Spin off "Touch me mr. Cassanova"
🍁🍁🍁
"Kak, ini beneran kita menikah?"
Pertanyaan itu lolos begitu saja dari bibir mungil seorang Mikhayla Nolan.
Belasan tahun menyandang status sebagai seorang adik, kini tiba tiba ia berganti status menjadi seorang istri.
Kok bisa?
Kenapa?
Mikha merasa seperti mimpi buruk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy_Ar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
...~Happy Reading~...
Setelah Mikha masuk ke kamarnya dan menghilang dari pandangan, Edward langsung menarik Calvin ke ruang kerja. Papi Edward, sosok yang biasanya tenang dan bijaksana, terlihat sedikit gelisah. Calvin mengikuti dengan tenang, meski ia sudah menduga pembicaraan apa yang akan terjadi.
Begitu pintu ruang kerja tertutup, Edward memutar kursi dan menatap Calvin dengan tajam.
"Kalian langsung melakukannya?" tanya Edward, tanpa basa-basi.
Calvin terdiam sejenak, mencoba mencerna maksud pertanyaan itu. "Maksud Papi apa?" tanyanya bingung.
"Malam pertama!" Edward menjawab tegas, tanpa ragu.
Calvin menghela napas panjang, menahan keinginan untuk tertawa atau merasa kesal. "Belum, Pi."
Ekspresi Edward berubah menjadi tak percaya. "Belum? Kalau belum, kenapa Mikha begitu?"
"Begitu gimana maksud Papi?" Calvin kini benar-benar kebingungan.
"Dia mau tidur seharian, seperti kelelahan... seperti kalian habis melakukan sesuatu," ujar Edward dengan nada penuh kecurigaan.
Calvin mengusap wajahnya dengan satu tangan, berusaha menahan tawa sekaligus rasa frustrasi. "Astaghfirullah, belum, Pi. Bahkan Calvin tidak melakukan apapun sama Mikha."
Edward terdiam sejenak, tapi rasa penasaran di wajahnya belum surut. "Tapi—"
"Pi, Calvin mengajak Mikha pulang karena hari ini Calvin harus keluar kota," potong Calvin sebelum Edward melanjutkan. "Papi ingat kerja sama kita dengan Alvaro Group? Semalam mereka memberi kabar kalau hari ini mereka mau bertemu."
"Kamu mau ke sana?" tanya Edward, nadanya masih penuh pertimbangan.
‘’Iya Pi,”
‘’Kamu yakin?’’
Calvin menganggukkan kepala. "Bukankah ini proyek penting?"
Edward mengangguk pelan, tapi tetap ada sesuatu yang mengganjal di pikirannya. "Iya, tapi—"
"Pi, percaya sama Calvin. Mikha masih aman. Papi jangan khawatir," ucap Calvin, berusaha menenangkan ayah mertuanya.
Edward menghela napas berat, tetapi kemudian berkata, "Calvin, bukan itu maksud Papi—"
"Papi, selama kami tinggal di sini, kami tetap tidur di kamar masing-masing,"
"Itu bagus," jawab Edward dengan cepat.
Seketika itu Calvin tersenyum getir, meskipun hatinya sedikit terasa aneh. Iat ahu kekhawatiran ayah angkatnya terhadap sang tuan putri. Walaupun Edward sudah menyetujui pernikahan mereka, akan tetapi pasti Edward memiliki kekhawatiran yang tidak biasa kepada putrinya.
Biar bagaimana pun, Mikha adalah putri satu satunya. Bahkan usianya masih cukup belia, dan ia pasti tidak akan tega melihat putrinya terluka.
Dan setelah berbicara dengan Edward, Calvin langsung menuju kamar Mikha untuk berpamitan sebelum pergi ke pertemuan bisnisnya. Ia mengetuk pintu dengan pelan.
"Mikha, Kakak masuk, ya," ucap Calvin sebelum membuka pintu.
Mikha yang masih meringkuk di tempat tidur hanya menggeliat malas. "Apa sih, Kak? Ganggu aja."
Calvin tersenyum kecil sambil mendekati tempat tidur. Ia duduk di sisi ranjang dan menatap Mikha yang masih memeluk bantal. "Kakak harus keluar kota sebentar. Ada pertemuan penting."
Mikha mengintip dari balik selimut. "Lama nggak?"
"Mungkin dua atau tiga hari. Kamu jangan nakal di sini, ya. Dengarkan mami dan papi," ucap Calvin sambil menepuk kepala Mikha pelan.
Mikha hanya mendengus, tetapi ada sedikit senyum di bibirnya. "Iya, iya. Eamng nya Mikha bocah apa, pake di bilangin begitu. Bilangin tuh ke Keynan, dia yang bocah rusuh,”
Calvin tersenyum. Ia tahu, meskipun Mikha sering bersikap seperti anak kecil, ada sisi dirinya yang perhatian dan peduli. Laki laki itu mengambil dompet nya dan mengambil beberapa uang berwarna merah di sana.
‘’Kamu pegang buat jajan. Mulai hari ini, jangan minta uang saku kepada Mami atau Papi lagi. Kebutuhan kamu, tanggung jawab kakak, jadi jangan minta ke mereka lagi,” ujar Calvin.
Melihat uang tentu saja mata Mikha langsung berbinar, gadis itu langsung beranjak dan mengubah posisi tiduran menjadi duduk bersila.
‘’Dan ini kartu ATM kakak, kamu pegang. Kamu gunain kalau mau beli kebutuhan lain nya, simpan baik baik. Ingat jangan meminta uang ke Mami sama Papi lagi!’’ imbuh Calvin panjang lebar dengan tegas.
‘’Siap boss, Mikha janji kalau gak lupa tapi ya,”
‘’Mikha!’’
‘’Heheh bercanda, iya iya Mikha gak akan minta jajan ke mami sama papi lagi. Tapi kalau di paksa gimana? Mikha gak enakan loh orang nya,” kata gadis itu masih berusaha mengelak.
Calvin menatap istri kecil nya dengan tatapan datar, seolah tak suka dengan perkataan Mikha, membuat gadis itu lagi lagi menyengir kuda.
**
Sementara itu, di ruang kerja nya, setelah melihat Calvin pergi, Edward duduk sendirian, masih memikirkan percakapannya dengan Calvin. Ia menghela napas panjang.
“Mereka memang masih muda,” gumamnya sendiri. “Tapi kalau begini terus, kapan mereka benar-benar akan hidup seperti suami istri?”
Tak berapa lama, Mami Faiz masuk dan sempat mendengar gumaman suaminya hanya tersenyum kecil. “Sabar, Sayang, Mikha memang masih anak-anak di kepala kita, tapi Calvin tahu cara menangani dia.”
Edward mengangguk, meski pikirannya tetap dipenuhi rasa ingin tahu. Apakah Calvin dan Mikha benar-benar bisa menjalani peran baru mereka dengan baik?
‘’Sayang, apakah kamu tidak berfikir kalau putri kita masih terlalu kecil?’’ tanya Edward menatap istrinya dengan ragu.
Faiz memutar bola matanya malas, ‘’Mikha sudah cukup besar kok, kamu jangan terlalu khawatir.’’
‘’Wajar dong kalau aku khawatir, Mikha masih sekolah sayang.”
‘’Astaga, hanya berbeda beberapa tahun dengan ku dulu sayang!’’ kata Faiz menghela napas berat, ‘’Dan juga, kita sudah cukup mengenal bagaimana Calvin. Bahkan dia tumbuh besar di tangan kita. Masa kamu gak percaya sama Calvin sih?’’
‘’Bukan gak percaya sayang, hanya saja Calvin itu—“
‘’Setidaknya Calvin itu bukan tukang es teh celup kaya kamu dulu! Jadi kamu gak usah khawatir,. Kalau papa aku aja bisa ngerelain putrinya yang cantik dan pintar ini buat Kang es teh celup kaya kamu, kenapa kamu gak bisa ngerelain putri kamu untuk laki laki sejati seperyi Calvin!’’ olem Faiz panjang lebar dengan nafas yang sedikit menggebu, tentu saja hal itu langsung membuat Edward terdiam.
Masih saja, selalu saja faiz membahas hal yang sudah lama berlalu. Bukankah itu hanya masa lalunya, mengapa Faiz malah membandingkan nya?
Tentu saja Edward dan Calvin dua orang yang berbeda. Edward hanya tumbuh dengan seorang ayah, bahkan saat remaja ia harus bergelut dengan Dunia mafia yang dimana ia memiliki begitu banyak godaan. Dan jangan lupakan tragedi masa kecil nya yang cukup menyakitkan, hingga membuatnya menjadi tukang es teh celup.
Sedangkan Calvin? Meskipun ia tidak memiliki kedua orang tua kandung,. Tapi Calvin tumbuh dengan berlimpah kasih sayang dari Edward dan Faiz. Bahkan kedua keluarga besar Faiz juga menerima Calvin dengan sangat baik. Bisa di katakan bahwa Calvin tidak pernah kekurangan kasih sayang, jelas sangat berbeda dengan masa kecil nya dulu.
‘Nasib laki laki emang selalu salah di mata perempuan,’ gumam Edward dalam hati lalu segera keluar dan mengejar istrinya yang merajuk.
...~To be continue …....
papi bisa JD perkedel..
Calvin kyke kambing ilang..
Mikha np km mlh crita ma ortu km coba
aya aya wae ari si mikha😂😂
bukan adik ipar tapi adik yang jadi istrinya ☺️☺️
masih anak2 tapi kamu juga bisa bikin anak,,eeeh