Sebagai lelaki bertanggung jawab, Abas mau menikahi pacarnya yang hamil duluan. Mereka menikah di usia muda dan harus rela berhenti sekolah. Sayangnya kehadiran Abas sebagai suami Tari tidak begitu diterima oleh keluarga sang istri. Bisa dibilang Abas tak pernah diperlakukan baik sebagai menantu. Dia terus dihina dan diremehkan.
Hingga suatu hari, karena hasutan keluarga sendiri, Tari tega mengkhianati Abas dan membuang anaknya sendiri.
Abas diceraikan dan harus merawat anaknya seorang diri. Namun dia tak putus asa. Abas mengandalkan keahlian tangannya yang terampil mencukur rambut dan memijat orang. Abas selalu bermimpi memiliki usaha di bidang jasa cukur & pijat yang sukses. Dalam perjalanan menuju kesuksesan, Abas menemukan banyak wanita yang datang silih berganti. Bahkan mengejutkannya, sang mantan istri kembali tertarik padanya. Bagaimana perjuangan Abas setelah dibuang oleh istri dan mertuanya? Berhasilkah dia membangun usaha jasa yang sukses?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 21 - Menghadapi Banyak Pelanggan
"Mila! Apa-apaan ini? Dujakur?" Abas langsung menimpali Mila.
"Kenapa? Itu tak salah kan?" tanggap Mila sembari mengulurkan dua tangannya ke depan.
Abas mendengus kasar sambil memutar bola matanya. Dia memilih tak terlalu memprotes Mila. Dirinya segera menghampiri barbershop, lalu menanyakan maksud kedatangan orang-orang yang berdiri di sana.
Ada sekitar tiga orang perempuan dan empat pria di sana. Tiga perempuan ingin dipijat, sementara ke-empat laki-lakinya meminta ingin dicukur.
"Buat yang pengen dicukur, silahkan masuk ke barbershop. Sedangkan untuk yang ingin pijat, saya mohon maaf sekali, kami belum memiliki fasilitasnya untuk sekarang," kata Abas.
"Harusnya bilang dong di iklan! Ini aku jadi capek-capek ke sini." Salah satu wanita tampak kesal dan langsung pergi. Sedangkan dua lainnya masih tetap di sana. Mereka terpesona akan ketampanan Abas.
"Ternyata dia lebih tampan secara langsung," bisik perempuan bernama Firda. Ia berbadan langsing, berambut panjang dan mengenakan lipstik merah menyala. Firda seksi dan cantik.
"Iya. Jadi pengen banget dipijat sama dia," sahut Erna balas berbisik, ia wanita yang satunya. Dia memiliki badan sedikit berisi. Meskipun begitu, Erna terbilang mempunyai wajah cantik.
"Kalau begitu, apa kau bisa datang ke rumah?" kata Firda.
"Ke rumah? Bisa aja kok," sahut Abas yang merasa tak keberatan. Dia sendiri sama sekali tidak memikirkan apa-apa.
"Wah! Kalau begitu kami minta nomor kamu deh. Nanti biar mudah dihubungi ya," imbuh Erna antusias.
"Boleh, Mbak." Abas segera membagikan nomor ponselnya.
Dari dalam barbershop, Mila memperhatikan apa yang terjadi pada Abas. Dia merasa cemas saat melihat Abas didekati oleh banyak cewek begitu.
"Mbaknya emang kerja di sini ya?" tanya pelanggan yang sedang dicukur rambutnya oleh Mila.
"Iya, Om. Saya baru aja kerja di sini kemarin," jawab Mila.
"Bagus deh. Aku akan jadi langganan di sini. Jarang-jarang ada tukang cukur gadis cantik sepertimu," goda lelaki tersebut.
Mila tersenyum tipis. "Baguslah kalau itu berdampak baik untuk barbershop ini," ungkapnya.
Bersamaan dengan itu, Abas masuk ke barbershop. Dia segera membantu Mila untuk mencukur pelanggan yang lain.
Hari itu Abas mendapatkan pelanggan yang lebih banyak dari biasanya. Sekarang sudah sore, dia dan Mila memutuskan menutup barbershop.
"Makasih. Berkat kau, pelanggan hari ini ada banyak. Nih buat gajimu hari ini. Maaf kalau nilainya nggak seberapa." Abas memberikan gaji pertama untuk Mila.
"Simpan aja deh, Bas. Aku nggak masalah," tolak Mila baik-baik.
"Loh, kenapa?" Abas heran.
"Aku punya penghasilan kok. Aku ini seniman loh. Pengikutku banyak di media sosial karena aku sering membagikan hasil karyaku di sana," jawab Mila.
"Wah! Hebat kamu ya," puji Abas.
"Hebat sih hebat. Tapi itu semua tidak mendapat dukungan dari keluargaku. Sebenarnya itulah alasan aku pergi dari rumah," ungkap Mila.
"Oh... Jadi karena itu kau tinggal sendiri sekarang..." Abas merasa berempati.
"Pokoknya aku akan buktikan pada mereka kalau aku bisa sukses dengan karya-karyaku itu." Mila bertekad.
"Lalu kenapa kau malah jadi tukang cukur sekarang? Sampai ngebet kerja di barbershopku ini lagi," timpal Abas.
"Kan sudah kubilang, aku cari teman seperjuangan. Nanti setelah membantumu, baru aku fokus dengan mimpiku." Mila mengembangkan senyuman sambil menatap lekat Abas.
Abas menganggukkan kepalanya. Dia dan Mila segera beranjak dari barbershop. Keduanya pulang ke rumah masing-masing.
Abas tidur setelah memastikan Denis makan dan minum obat. Namun tak berselang lama tertidur, Abas mendapat panggilan telepon dari Mila.
"Abas! Tolong aku! Tolong!" seru Mila dari seberang telepon.
kan mungkin aja entar hartanya dikasih anak Alina. secara itu kan cucu tuan Irwan... punya hak atas warisan kakeknya.
ingat entar tambah parah Lo bas....,