Pindah sekolah dua kali akibat dikeluarkan karena mengungkap kasus yang tersembunyi. Lima remaja dari kota terpaksa pindah dan tinggal di desa untuk mencari seseorang yang telah hilang belasan tahun.
Berawal dari rasa penasaran tentang adanya kabar duka, tetapi tak ada yang mengucapkan belasungkawa. Membuat lima remaja kota itu merasa ada yang tidak terungkap.
Akhir dari setiap pencarian yang mereka selesaikan selalu berujung dikeluarkan dari sekolah, hingga di sekolah lain pun mengalami hal serupa.
Lantas, siapakah para remaja tersebut? Apa saja yang akan mereka telusuri dalam sebuah jurnal Pencari Jejak Misteri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zennatyas21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17. Itu Siapa?
"Halo, Kak?"
"Rey?"
Reyza bersama Bisma datang ke kantin menemui Ratu serta Ninda dan Intan. Belum sempat ada obrolan, Ninda jadi berinisiatif untuk bertanya kepada Reyza.
"Rey, lo semalem lecet karena siapa sih?"
Bukan malah menjelaskan, Reyza justru bersikap ketus pada Ninda.
"Gak perlu dijelasin sekarang. Gak penting juga." jawabnya.
Ratu dengan perasaan tak enaknya mengusap punggung Ninda. Intan yang turut melihatnya pun memberi kode kepada temannya untuk sabar.
"Kamu kenapa sih, Rey? Kenapa akhir-akhir ini kamu aneh?" tanya Ratu mewakili semua temannya.
Laki-laki berdecak. "Gue gak suka jadi mainan. Gue manusia, bukan permainan. Kalau niatnya cuma mau main, ya main aja sama pemain. Jangan sama gue, kalau emang punya cadangan." kata Reyza.
Sahabatnya saling pandang satu sama lain. Ada banyak pertanyaan dari masing-masing benak mereka. Termasuk Ratu, kali ini ia bahkan tidak mengerti maksud ucapan dari kembarannya.
Bel masuk menjadi akhir dari kumpulnya mereka di kantin.
...******...
Pelajaran selanjutnya setelah istirahat pertama Ratu sedang fokus memperhatikan materi dari guru di depan papan tulis. Ia duduk sebangku dengan Ninda, sedangkan Intan bersama siswi lain.
Pintu kelas yang tak tertutup membuat sudut mata Ratu melihat seorang siswi duduk di koridor depan kelasnya.
Sambil memainkan pulpennya menggunakan tangan kanannya, siswi kembarnya Reyza itu menolehkan kepalanya ke sisi kiri. Dimana menuju ke arah koridor.
Itu anak murid baru atau siapa, ya? Perasaan dari tadi di sana terus. Batin Ratu.
Saking penasarannya, Ratu sampai bertanya pada Ninda.
"Eh, lo liat cewek duduk di koridor depan kelas kita gak?" bisik Ratu lirih.
Ninda sempat menoleh sekilas, tapi matanya tetap kembali memperhatikan gurunya yang tengah menjelaskan sebuah materi pelajaran Matematika.
"Gak ada ah, ganggu aja lo, orang gue lagi fokus materi."
Diam-diam Ratu berniat untuk bertanya pada gurunya, meski ia rasa sedikit malu dengan teman-temannya.
"Pak, maaf. Saya boleh tanya tidak, ya?"
Sang guru langsung menatapnya, "Ya, mau tanya tentang apa?"
"Apa ada murid baru?"
Semua memusatkan perhatian ke Ratu. Reyza yang merasa kakaknya melihat sesuatu pun hanya diam saja.
"Tidak ada, Ratu. Kamu lihat yang di depan kelas, ya?" tanya si guru itu.
Walau sedikit terkejut sebab mengapa gurunya tahu arah pikirnya, Ratu tetap bersikap selayaknya orang biasa.
"Iya, Pak. Emangnya itu siapa?"
"Namanya Siska. Kalau kamu mau kenalan ya boleh, dia memang suka bermain di area sekitar tangga belakang sini." tutur beliau.
"Main?!"
Satu kelas terkejut tidak menyangka semua. Jika yang dilihat Ratu tak mereka lihat, berarti ... Ya, murid yang disebut Ratu adalah hantu.
"Yaa ... Dia memang sering nongkrong numpang duduk di sana. Kadang juga menemani saya ketika sedang mengoreksi tugas kalian. Intinya dia masih seumuran dengan kalian, hanya saja kita beda alam."
Ninda tiba-tiba mendekat ke Ratu.
"Jadi, lo bisa lihat hantu?" tanya Ninda berbisik.
Ratu mengangguk pelan. "Gak sering lah, cuma kadang aja kalau kebuka ya gini, suka bingung malah kalau ngeliat begituan. Soalnya hantu zaman sekarang ternyata bisa glow up juga loh. Susah bedain antara manusia sama yang tak kasat mata."
"Eh, Rat, lo gak ajak murid itu buat masuk? Kan bisa kita ajak belajar." usul Intan.
"Oy, emang lo bisa lihat? Di mana?" Ninda celingukan penasaran.
Intan menggeleng sembari menyengir.