Pencari Jejak Misteri
Ada sebuah kisah mistis yang dialami oleh 5 orang anak SMK Kenanga. Berawal dari masa liburan yang sedang dinikmati oleh murid kelas X TI 2.
Murid-murid tersebut bernama Bisma, Intan, Ratu, Reyza, dan Ninda. Awalnya mereka gunakan waktu liburan untuk membuat tugas sekolah tentang drama.
Dan pada saat pembuatan naskah dramanya, mereka belum ada yang memiliki laptop. Mau tidak mau mereka mengambil keputusan untuk meminjam komputer sekolah, dengan cara mereka masuk ke sekolah tanpa diketahui oleh penjaga sekolahan.
Pada malam jum'at kliwon setelah waktu maghrib, kelima anak itu berhasil membobol gerbang sekolah yang dikunci selama masa libur.
"Eh, lo yakin kita nulis naskah jam segini? Ini auranya gak kayak biasanya loh," tanya Intan memastikan.
Mereka membawa tas sekolah masing-masing, juga menggunakan jaket mereka sendiri. Suasana bangunan sekolah tak terlalu terang akibat semua lampu yang menyala redup. Hal itu membuat Ninda mulai merasa tidak enak.
"Perasaan gue udah gak enak nih, kenapa gak milih ke warnet aja sih?" ujar Ninda sambil mengusap tengkuk lehernya merinding.
Bisma yang merasa tertantang malah berdecak remeh. Sementara Ratu dan Reyza hanya diam sebab karakter mereka yang sama-sama kalem.
"Eh, lo pikir kita udah tau mau bikin drama apa hah? Belum kan? Aduh, lo tuh punya otak dipakai dong. Kalo kita bikin di warnet, nanti yang ada kita gak bisa mikir! Udah, mending kita ke laboratorium komputer aja." ketus Bisma dengan suara berbisik.
Intan dan Ratu saling menatap pasrah.
Sedangkan Bisma mulai melangkah masuk kemudian belok kanan untuk menaiki tangga ke lantai dua, tepatnya menuju laboratorium komputer.
Tak tak tak ...
Suara langkah sepatu mereka membuat Bisma berkali-kali memberi kode untuk lebih hati-hati.
"Lagian kenapa gak waktu siang atau pagi sih, Bis!" ketus Intan pelan. Tatapannya mengarah kemana-mana.
"Itu karena kalo siang penjaganya tuh belum balik, lo tau sendiri sekolah kita ini kosong kalo malem aja. Ini pun pas masa libur panjang, jadi gak ada anak-anak yang berangkat buat ekskul." jawab Bisma sambil terus melangkah dengan sesekali membungkuk.
Ketika sampai di depan pintu laboratorium, Ratu dan Reyza beristirahat sejenak duduk di koridor. Sementara Intan, Bisma dan Ninda berhasil membobol pintu laboratorium menggunakan alat seadanya.
"Ayo masuk, buruan," Ajak Bisma bersemangat.
Ninda serta Intan mengikuti Bisma, namun Reyza tetap masih duduk di koridor bersama Ratu.
"Lo sempat dengar kasus tentang lemari sekolah terlarang gak sih?" tanya Ratu sekedar basa-basi.
Reyza terdiam sambil berpikir sejenak, kemudian lelaki itu pun mengangguk. "Gue pernah dengar itu, katanya kalo gak salah ada di laboratorium ini." jawabnya kalem.
Ratu mengayunkan kedua kakinya sambil menatap pintu laboratorium yang sedikit tertutup. "Kenapa semua orang gak ada yang berani buat buka lemari buku itu ya? Bukannya laboratorium komputer jurusan kita memang menyediakan satu lemari di ruang nomor 5 ini." kata Ratu mulai penasaran dengan apa yang terjadi sebelum ia dan teman-temannya menjadi murid di SMK Kenanga.
"Menurut gue sih pasti ada sesuatu di sana, cuma belum ada orang yang mau menguak faktanya." sahut Reyza santai.
Di bawah pencahayaan lampu yang redup, Ratu tiba-tiba merasa ingin ke toilet. Ratu menoleh ke arah kanan koridor, ia sangat tidak tahan.
"Rey,"
"Hm?"
"Gue pengen ke toilet, tiba-tiba kebelet." ucapnya sambil memegangi perutnya.
Reyza langsung masuk ke laboratorium untuk memanggil Ninda. Ratu pun menunggu sambil menyalakan lampu di ponselnya.
"Nin," Panggil Reyza.
"Hah? Kenapa Rey?" tanya Ninda saat dirinya sedang mencari ide untuk membuat naskah drama di komputer.
"Temenin Ratu ke toilet tuh, kasian udah kebelet." ujar Reyza dingin.
Akhirnya Ninda beranjak dari duduknya dan keluar untuk menemani Ratu ke toilet. Keadaan sekolah yang sangat sepi membuat Bisma memiliki ide cemerlang.
"Heh, gue kayaknya dapet ide nih! Sini dah buruan," Bisma mengajak semua temannya mendekat.
Ketika sampai di toilet yang lokasinya dekat dengan tangga menuju koperasi, Ninda memilih menunggu duduk di koridor tak ikut masuk ke toilet.
Perasaan Ratu sudah tidak enak saat dirinya melangkah di lorong memasuki salah satu toilet perempuan.
Ciet ...
Sheerrsh ...
Suara air kran berbunyi setelah Ratu masuk ke dalam toilet tersebut. Berbeda dengan pendengaran Ninda yang merasa amat sepi bahkan tidak mendengar ada suara air dari kran mengalir.
"Duh, Rat, jangan kelamaan dong. Gue jadi ngerasa aneh gini tau ..." gumam Ninda mulai merinding.
Suhu udara di koridor mendadak sangat dingin dan membuat Ninda sempat merasakan rasa pusing. Perubahan hawa yang dirasakan oleh Ninda pun rupanya dirasakan juga dengan Ratu.
"Kok kran nya kebuka sendiri ya? Bukannya aku belum nyalain, apa ada sistem otomatis?" Ratu merasa ada hal aneh ketika dirinya baru masuk.
Bahkan pada saat ia menghilangkan rasa mulas itu, tiba-tiba dirinya merasa mual. Ditambah dengan suasana hawa yang mendadak dingin.
"Aduh, ini ada apa ya. Kok rasanya aku mual banget." lirihnya usai selesai membersihkan diri kemudian bergegas keluar dengan tubuh yang sempoyongan.
Ninda melihat Ratu seketika khawatir, "Rat? Lo kenapa? Kenapa lo jadi pucat kayak gini? Lo ngerasain pusing?" Sebenarnya banyak pertanyaan yang terlintas di pikiran Ninda saat ini.
Tetapi keadaan yang tidak tepat membuatnya akhirnya mengajak Ratu untuk ke laboratorium.
Selama berjalan menuju laboratorium, Ratu tak sengaja melihat sekelebat sosok perempuan yang menggantung di tiang bendera paling atas. Melihat itu, Ratu bergidik ngeri.
"Lo kenapa?" tanya Ninda.
"Ada yang kendat ..." Lirih Ratu sontak membuat Ninda ketakutan dan menoleh kemana-mana.
Tatapan Ratu masih terpaku pada tiang bendera yang tidak ada benderanya, penglihatan kini berbeda dari yang tadi.
Ratu pun mengerjapkan matanya berkali-kali. "Perasaan tadi menggantung di samping tiang itu, kenapa sekarang malah kayak di ..." Belum sempat Ratu menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba bahunya ditepuk oleh seseorang.
"Astaghfirullah! Reyza! Ih, lo bikin gue kaget ngerti gak!" ketus Ninda, rasa takutnya berubah menjadi kesal.
Reyza menatap Ratu yang bersikap aneh, lelaki itu pun sebenarnya sama seperti Ratu. Makanya, mereka lebih sering bersama untuk membicarakan hal yang tidak semua orang dapat melihat.
"Lo masuk aja, Nin, urusin naskahnya sama Intan dan Bisma. Biar cepet selesai," Perintah Reyza diangguki oleh Ninda.
Menatap kondisi Ratu yang kedinginan dan lemas, Reyza melepas jaketnya untuk menyelimuti tubuh temannya itu agar tidak terlalu dingin.
Latar belakang kehidupan Reyza dan Ratu memang sama. Mereka sudah sejak kecil dapat melihat bahkan berkomunikasi dengan yang tak terlihat.
Namun, untuk situasi kali ini mereka tidak berani jika hanya berdua saja.
"Lo ngeliat apa?" tanya Reyza lembut.
"Ada yang gantung ..." lirih Ratu putus-putus.
Reyza mengusap bahu Ratu menenangkan. Beberapa menit kemudian Bisma keluar dari laboratorium dalam kondisi wajah seperti akan marah.
"Wey, lo berdua kenapa gak ikut bantu hah?! Lo berdua cuma numpang nama? Iya? Lo juga Rey-"
"Gue juga apa, Bis? Lo ngerti gak keadaan Ratu sekarang, hah? Dia gak akan kayak gini kalo bukan karena lo! Ulah siapa lagi sih, kalo bukan lo yang suka seenak diri lo sendiri? Lo mikir gak ini anak siapa? Anak orang, lo gak mungkin ngertiin sampai situ kan? Pikiran lo cuma lo bisa bikin tugas naskah drama yang diganti jadi seolah-olah kayak film, dan itu lo memilih film horor kan? Lo pakai kesempatan di sini dengan lo pura-pura bikin video, padahal itu jadi film buat lo sendiri." Tegas Reyza kali ini tidak mengeluarkan sikap dinginnya.
Bisma pun sangat tidak menyangka jika Reyza mampu membantahnya. Ia menatap tajam pada Reyza yang selalu membela Ratu.
Ninda dan Intan ikut keluar karena mendengar keributan diantara tiga teman mereka.
"Rey, udah ... Gak papa, Rey,"
"Gak bisa gitu, Ratu ... Oke, kalo lo semua gak ngerti dengan keadaan Ratu sekarang, biar gue jelasin dengan satu hal ini." ucap Reyza serius.
Ratu duduk berpindah sandaran menjadi ke bahu Ninda. Reyza duduk di samping Ratu, sedangkan Intan di sebelah Ninda. Hanya Bisma yang berdiri di hadapan Reyza.
Selang beberapa menit, Reyza memperlihatkan sebuah sketsa gambar sesuatu dari hasil gambarnya ke Bisma, Ninda dan Intan.
"Nih, kalo masih gak paham biar sekalian gue tunjukkin di mana." kata Reyza.
"Sosok itu Rey ... Dia mau masuk ke gue ... Tadi-ngegantung di samping tiang bendera itu, dia nyuruh gue buat mau dikasih gimana gambaran dia dulunya, tapi gue gak mau karena gue gak akan kuat." Ucapan Ratu membuat Ninda serta Intan merasa iba.
Bisma melotot tak percaya dengan apa yang digambarkan oleh Reyza dan ucapan Ratu.
"Sosok ini? Dia yang gangguin Ratu dari toilet?" tanya Bisma sok tahu.
Reyza lagi-lagi tersulut emosi. "Dia yang gak suka lo upload dan lakuin uji nyali di ruang itu! Lo gak ngerti apa tentang kasus siswi meninggal misterius?!"
Ratu mengumpulkan tenaganya kembali, kemudian berusaha menenangkan diri Reyza yang masih marah.
Memang Ratu akui, Reyza pendiam seperti itu bukan berarti ia tidak mengerti dan mengetahui sesuatu.
"Udah Rey, Bis, ini kan malam jum'at kliwon. Udah lah, ngapain sih malah jadi ribut? Gue gak papa, mending sekarang kita selesaikan buat naskahnya, biar besok langsung diprint. Kita juga gak boleh terlalu lama di tempat ini, apalagi usai setahun diselimuti oleh kasus kematian seorang siswi secara misterius. Dan lokasinya gue yakin ada kaitannya sama ruang 5 itu, laboratorium jurusan kita."
Usai semuanya tenang, mereka kembali masuk ke laboratorium dengan perasaan yang waspada. Banyak kegelisahan diantara Ninda dan Intan.
Bisma kembali mengoperasikan komputer dan menulis naskah untuk tugas drama mereka dengan judul 'Misteri Lemari Terlarang'. Baru memencet tombol Enter, Reyza langsung menghapus judul tersebut hingga membuat Bisma menatap tajam tidak terima.
"Lo apa-apaan sih?! Gue udah capek-capek mikirin judul, sementara lo cuma duduk romantisan sama Ratu! Kerja kelompok macam apa lo!" Bentak Bisma berdiri sambil menarik kedua kerah baju Reyza.
Ketiga perempuan hanya bisa menyaksikan tanpa berkomentar. "Gak usah lo bawa-bawa nama Ratu! Lo bilang capek mikirin judulnya?! Terus lo bilang kerja kelompok macam apa? Lo mikir gak ini tugas apa? Lo yang bilang kerja kelompok kan?! Terus apa yang lo lakuin sekarang, hah?! Kerja kelompok? Dengan cara seenaknya sendiri? Pake apa-apa menurut sendiri, gitu? Yang namanya kerja kelompok itu kerja sama! Bukan cuma lo doang yang mikir! Dan cari ide sama inspirasi tuh gak kayak gini caranya!" Amarah Reyza tiba-tiba membludak.
Ratu menghampiri Reyza yang masih terbawa emosi.
"Udah, Rey. Sabar ... Gak usah kebawa emosi dong, santai aja bicarain baik-baik." ucap Ratu sambil mengelus dada Reyza untuk menenangkan.
"Enggak gitu, Kak. Aku udah sabar tapi dia tetap aja kayak gitu." Raut wajah Reyza benar-benar lelah.
"Kak? Jadi? Kalian berdua ini?" tanya Intan tak menyangka.
Reyza memeluk Ratu dari samping, wajahnya kembali cuek dan tersenyum tipis. "Apa? Kaget? Orang Ratu ini kakak kandung gue."
Bisma tak kalah bingung, lelaki itu justru sekaligus melihat sekelebat bayangan perempuan seumurannya. Lalu, bau amis pun turut hadir memasuki hidung mereka.
"Jadi, kalian saudara? Pantesan aja mirip, malah gue kira kalian pacaran," ujar Ninda berdiri di belakang Bisma.
Ratu tersenyum aneh, sementara Reyza mendekati Bisma yang sedang duduk di kursi depan banyaknya komputer. Ninda dan Intan saling menatap bingung, mengapa Ratu serta Reyza mendadak bersikap aneh.
"Kalo gue ada salah, gue minta maaf ya. Namanya juga manusia kan? Pasti punya kesalahan di masa hidupnya. Soal sikap lo yang kayak tadi udah gue maafin kok, maklum lah kalo ngomongin soal tugas buat seminggu depan." kata Reyza datar dengan tatapan mata yang kosong.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments