Anna seorang gadis desa yang memiliki paras cantik. Demi membayar hutang orang tuanya Anna pergi bekerja menjadi asisten rumah tangga di satu keluarga besar.
Namun ia merasa uang yang ia kumpulkan masih belum cukup, akan tetapi waktu yang sudah ditentukan sudah jatuh tempo hingga ia menyerah dan memutuskan untuk menerima pinangan dari sang rentenir.
Dikarenakan ulah juragan rentenir itu, ia sendiri pun gagal untuk menikahi Anna.
"Aku terima nikah dan kawinnya...." terucap janji suci dari Damar yang akhirnya menikahi Anna.
Damar dan Anna pada hari itu di sah kan sebagai suami dan istri, Namun pada suatu hari hal yang tidak di inginkan pun terjadi.
Apa yang terjadi kelanjutan nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MomoCancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Beberapa jam sudah berlalu, Angga cukup lama menghabiskan waktu diperjalanan menuju kampung Asri Kenangan, beberapa orang tengah berjaga ronda disebuah pos dipinggir jalan. Mereka asyik berbincang, Angga berinisiatif menanyakan alamat Anna dan berniat meminta bantuan untuk di antar ke rumahnya.
Pria itu turun dari mobil, ia mendekati kumpulan bapak-bapak ronda yang sedang asyik mengobrol. Terdengar mereka tengah berbicara tentang hal berbau sijago merah. Membuat Angga semakin ingin tahu topik pembahasan mereka.
"Asalamualaikum, maaf bapak-bapak kalau saya ganggu. Saya mau bertanya mengenai alamat, boleh?"
"Oh, boleh nden, Silahkan."
"Alamat rumah ini, kalau boleh tahu dimana ya?" Menunjukkan selembar kertas bertuliskan alamat rumah Anna.
Bapak-bapak itu saling bertukar pandangan. Ia menatap curiga terhadap Angga.
"Mau apa nden, ke alamat ini?"tanya salah satu dari mereka.
"Kebetulan saya kerabat jauhnya dari jakarta, boleh kah saya meminta diantar kan ke tempat ini?" Pinta Angga dengan penuh kesopanan .
Lagi-lagi bapak-bapak itu saling bertukar pandangan, mereka seolah sedang bertanya satu sama lain, Angga yang sedari tadi memperhatikan mereka, terheran.
"Ada apa ya , pak? Ko malah diem?" Tanya Angga.
"Gini nden, rumah itu sekarang tidak ada penghuninya."ucap salah satu bapak-bapak itu.
Angga mengeryit." Apa?! Kemana ya pak?"
"Katanya mereka mau ke kota, soalnya rumah yang mereka tempati sore tadi kebakaran, lalu Anna dibawa suaminya ke kota," tuturnya bapak-bapak.
Seketika membuat Angga terkesiap mendengar pengakuan nya, Angga sontak dibuat tertegun mendengar ucapan bapak-bapak yang tengah meronda itu.
"Iya, nden. Ada yang gak suka sama mereka. Kasian sudah ditinggal orang tua, difitnah pula berzinah, eh sekarang rumah mereka dibakar nyaris mereka terbakar hidup-hidup."kata bapak Yanto, yang kini tengah menceritakan kejadian belakangan yang terjadi pada Anna.
"Sebentar, tadi bapak bilang suaminya Anna?"ucap ulang Angga.
"Iya nden, suaminya. Saya kurang tahu sih perginya kemana,"kata bapak itu.
Angga manggut-manggut. Ada sedikit rasa yang sedikit nyelekit mendengar Anna sudah bersuami. Angga pun terdiam sejenak.
"Apa mereka gak kenapa-kenapa, pak?"
"Alhamdulillah, mereka selamat."sahutnya.
"Syukurlah, maaf sudah mengganggu waktunya. Kalau begitu saya pamit, pak. Asalamualaikum,"
"Iya nden, tidak apa-apa. Waalaikumsalam."
Angga pergi dengan tangan hampa. Jangan kan menemui Damar menemui Anna saja dia sudah tidak bisa. Apalagi kini wanita itu sudah berstatus istri orang. Angga berpikir jika Damar pergi menenangkan diri saat ia tahu Anna sudah berkeluarga.
[Damar lu dimana sih? Papa minta lu segera pulang.]pesan singkat yang dikirim Angga untuk Damar. Namun tidak kunjung mendapat balasan juga.
Beberapa kali panggilan tidak tersambung, Angga nyaris putus asa untuk menghubungi Damar yang entah kemana.
[Mar, lu dimana sih?]
[Kasih tahu gue, posisi lu. Nanti gue susul]
[Lu gak kasian sama papa, dia sakit lagi mikirin lu,]
[Gue harap lu segera balik, perusahaan sedang gak baik. Kondisi papa juga semakin menurun]
Beruntun anggan mengirimkan pesan singkat untuk Damar berharap dia segera membacanya dan gegas pulang.
Angga pun kembali ke Jakarta dengan tangan kosong. Ia mencemaskan kondisi pak Suryo yang kini tengah sakit akibat perusahaan yang hendak dibuat bangkrut oleh kelakuan Bella.
*****
Keesokan harinya. Damar membawa Anna di sebuah villa milik keluarga Darmawan yang hanya ia sendiri yang tahu, bahkan pak Suryo sendiri tidak tahu jika Damar membangun villa di bandung, untuk sesekali dirinya bercuti dari kesibukan.
"Sementara kita disini dulu, ya?" Kata Damar.
"Ini villa keluarga kamu, mas?"tanya Anna.
"Iya, ini sengaja aku bangun, dikala aku sedang bercuti atau ingin menyendiri. Disinilah aku ditempat ini tidak jauh beda dikampung kamu, udaranya sejuk, segar, dan tenang. Tidak banyak orang yang menganggu." Ucap Damar seraya tersenyum menatap Anna.
Anna membalasnya dengan senyuman kecil. Perasaan nya masih tidak karuan setelah beberapa hari banyak yang telah terjadi didalam hidupnya.
Wanita itu masih memikirkan tentang kebakaran yang terjadi pada rumahnya, sekilas terpikir jika kejadian kebakaran itu ulah dari Anton. Karena memang masalah yang datang belakangan ini hanya orang itu yang mampu ciptakan.
"Kamu lagi mikirin apa sih? Ko melamun terus?" Tegur Damar dengan kecupan mesra mendarat di bibir manis Anna.
"Mas, kamu ini bikin kaget aja."
"Habisnya kamu melamun terus sih, yaudah aku cium aja. Gimana kalau kita beres-beres, kayanya bi asih belum datang."
"Bi asih?"Anna mengernyit.
"Iya, dia pembantu di villa ini."
"Oh.."
Mereka pun segera berjibaku dengan peralatan seadanya, banyak debu dimana-mana cukup lama tempat ini tidak ia kunjungi, sehingga barang-barang juga seisinya hapuk berdebu.
Beberapa jam sudah mereka habiskan untuk membersihkan tempat itu, akhirnya mereka bisa bersantai sejenak setelah pekerjaan yang cukup merepotkan selesai.
Suara perut Anna mengalihkan perhatian Damar, ia tersenyum dan mencubit kecil hidung Anna yang merah.
"Maaf aku lupa, jika kita sejak semalam belum makan. Kamu tunggu disini, aku beli makanan dulu ya." Ucap Damar berlalu dari sana, tak lupa meninggalkan kecupan dikening sang istri.
Tuk
Tuk
Tuk
Sebuah ketukan mengejutkan Anna, ia berjalan perlahan begitu waspada.
"Asalamualaikum,"ucap seseorang dibalik pintu.
"Walaikumsalam, sebentar."jawab Anna.
Anna segera membuka pintu, telah berdiri seorang wanita setengah baya berusia sekitar 50 tahunan. Anna terdiam memandangi atas hingga bawah wanita tua itu.
"Cari siapa, Bu?"tanya Anna.
"Si neng ini siapa, ya? Saya asih yang menjaga rumah ini, kenapa neng bisa masuk?"
"Oh, bi asih. Saya istrinya mas Damar, bi." Ucap Anna seraya tersenyum.
"Oalah, meuni geulis, akhirnya si Ujang Damar teh nikah juga. Masya Allah, neng kalau butuh sesuatu bilang aja sama bibi, ya."kata bi asih, terlihat wajah tua nya itu sangat senang dengan kedatangan Anna dan Damar.
"Iya bi, makasih banyak. Sementara saya belum membutuhkan apa-apa,"
"Kalau bibi tahu si Neng sama si Ujang Damar mau kesini, mungkin bibi akan siapkan semuanya. Maaf bibi belum sempat bersihin, soalnya suami bibi baru sembuh, Neng. Mohon dimaklumi ya, Neng?"
Anna mengangguk. "Tidak apa-apa,bi."
Damar sampai dengan mobilnya. Ia membawa beberapa kantung belanjaan yang cukup banyak. Membuat kedua wanita itu sedikit terkejut, belanjaan yang ia bawa seolah-olah sedang ingin menyiapkan perbekalan selama berbulan-bulan.
"Mas, apa gak kebanyakan?"
"Enggak, ini persediaan buat kita selama sebulan."
"Sini, bibi bantu. Si Ujang ini kalau belanja gak nanggung-nanggung."
Anna dan bi Asih, mengemas persediaan yang sudah dibeli kan Damar, sedangkan pria itu masih menurunkan beberapa barang lagi yang belum selesai, dari beras, minyak, lauk pauk dan cemilan kecil juga tidak lupa beberapa macam minuman kemasan.
****
"Hari udah mau malam, bibi pulang dulu ya Neng Anna, kalau butuh sesuatu kasih tahu bibi aja. Rumah bibi gak jauh ko, dari sini." Kata bi Asih.
"Iya, bi. Makasih ya udah bantu-bantu saya disini."jawab Anna.
"Iya Neng. Mangga atuh bibi pulang dulu, Asalamualaikum."
"Walaikumsalam,"
Bi asih pun pergi dari villa, terlebih hari mulai gelap bi Asih harus pulang takut keluarga nya cemas karena pulang terlambat.
Aroma shampo tercium begitu semerbak, Damar baru keluar dari kamar mandi, rambutnya masih menetes kan air. Tubuhnya yang perfect, tinggi, putih, dan berotot membuat Anna dibuat terpaku.
"Hai, wajahmu bersemu merah." Kecup kilat bibir Anna.
"Mas, kamu ini kebiasaan. Basah tahu," Dumel Anna memalingkan wajahnya dari tatapan Damar yang sangat dekat.
"Tapi suka, kan?" Godanya Damar.
"Apaan sih, udah sana pakai baju nanti kamu masuk angin," kata Anna seraya melepaskan pelukan Damar.
"Iya istriku yang cantik, kamu juga mandi gih biar seger," bisik Damar membuat Anna menggeliat geli.
Anna terdiam sesaat. Ia lupa jika pakaiannya sudah terbakar habis, ia cuma bisa menyelamatkan tas Damar saat lari dari lalapan api.
"Memang disini ada pakaian perempuan?"tanya Anna pelan.
Damar tercenung. "Aduh .. maaf sayang, aku lupa. Besok kita belanja pakaian kamu ya, sementara kamu pake pakaian aku dulu, ya. Mau?"
"Ya sudah," pasrah.
Damar memberikan satu kemeja nya berwarna putih sesuai kesukaan nya, ia memberikan pakaian itu pada Anna dan satu handuk agar ia bisa menyegarkan diri.
****