Setelah Danton Aldian patah hati karena cinta masa kecilnya yang tidak tergapai, dia berusaha membuka hati kepada gadis yang akan dijodohkan dengannya.
Halika gadis yang patah hati karena dengan tiba-tiba diputuskan kekasihnya yang sudah membina hubungan selama dua tahun. Harus mau ketika kedua orang tuanya tiba-tiba menjodohkannya dengan seorang pria abdi negara yang justru sama sekali bukan tipenya.
"Aku tidak mau dijodohkan dengan lelaki abdi negara. Aku lebih baik menikah dengan seorang pengusaha yang penghasilannya besar."
Halika menolak keras perjodohan itu, karena ia pada dasarnya tidak menyukai abdi negara, terlebih orang itu tetangga di komplek perumahan dia tinggal.
Apakah Danton Aldian bisa meluluhkan hati Halika, atau justru sebaliknya dan menyerah? Temukan jawabannya hanya di "Pelabuhan Cinta (Paksa) Sang Letnan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 Ingin Mengajukan Gugatan Cerai
Haliza terpukul dengan ucapan Ardian tadi yang menuduhnya tidak benar. Dia introvert tapi justru dituduhnya player hanya gara-gara dia sudah lebih dulu menikah sebulan setelah diputuskan Ardian.
Haliza menyesal sudah menemui Ardian di alun-alun itu. Haliza juga merasa bersalah karena selama ini tidak jujur terhadap Aldian.
Haliza masih terduduk di bangku alun-alun itu, meratapi ucapan Ardian juga menyesali keputusannya yang sudah menemui Ardian yang nyatanya hanya bikin ia sakit hati.
Sementara Aldian yang beberapa saat baru sampai, sempat mendengar percakapan terakhir antara Haliza dan mantan kekasihnya. Dia tersenyum getir melihat pertemuan Haliza dan Ardian yang nampak belum saling merelakan.
Haliza lebih memilih menjumpai mantan kekasihnya hanya untuk mendengarkan ocehan kotornya dibanding mendengar kata suaminya.
"Sudah reuniannya dengan mantan kekasih?" sapa Aldian sembari menatap Haliza menusuk. Haliza tersentak, secepatnya ia menyeka air mata yang jatuh ke pipinya. Air mata itu terlihat sangat memalukan di hadapan Aldian, suami yang jelas-jelas berjuang keras mencintainya, tapi hati Haliza ditutup oleh rasa penasaran tentang alasan kenapa Ardian memutuskannya.
Haliza berdiri dan menatap Aldian sekilas, ia tidak mampu menatap Aldian lebih lama, karena Haliza benar-benar sangat malu.
Aldian membalikkan badan lalu pergi dari hadapan Haliza. Ia sungguh sangat kecewa dengan Haliza yang diam-diam menemui mantan kekasihnya. Untuk alasan apapun, kali ini Aldian kecewa. Tidak peduli Haliza mendapat kecewa atau tuduhan tidak benar dari mantannya, Aldian benar-benar kecewa.
"Mas," lirihnya sesak sembari berdiri dan menyusul Aldian menuju parkiran. Aldian sudah memasuki mobil, dia tidak segera pergi, melainkan sengaja menunggu Haliza masuk mobil.
Haliza masuk mobil, lalu Aldian segera melajukan mobilnya menuju rumah. Sementara Bi Kenoh yang tadi sempat Aldian temui di food court, sudah disuruh Aldian pulang ke rumahnya bukan ke rumah Aldian. Karena Aldian hari ini sekalian pulang dan tidak ke kantor lagi. Kepala Aldian sudah sangat panas dan amarah menggumpal di sana.
Mobil itu tiba di depan halaman rumah. Aldian merapikan mobilnya, parkir dengan benar, lalu menuruni mobil diikuti Haliza, serta menutup kembali pintu gerbang. Haliza segera menuju pintu rumah yang ternyata masih dikunci. Tiba-tiba Aldian melemparkan kunci rumah yang dibawanya dan jatuh di bawah kaki Haliza. Haliza sungguh tersentak, belum pernah ia melihat Aldian seperti ini. Melempar barang sekecil apapun saat sedang marah.
Haliza memungut kunci itu lalu membuka pintu itu dengan susah payah, sebab dengan tiba-tiba pintu itu sulit dimasuki kunci. Aldian tiba-tiba merebut kunci itu dari tangan Haliza dan membuka pintu rumah dengan mudah oleh tangannya. Pintu itu terbuka sangat lebar, karena Aldian membukanya dengan sangat kasar oleh hempasan tangannya.
Haliza benar-benar takut kali ini menyaksikan sikap Aldian yang tidak pernah biasa sekasar itu. Kemudian pintu rumah itu ditutup kembali oleh Aldian dengan kasar pula sehingga terdengar bunyi dentuman yang cukup memekakkan telinga.
"Bummmm."
Dengan masih beralaskan sepatu, Aldian menyeret Haliza menaiki tangga lalu membawa ke dalam kamar dan menghempasnya di atas ranjang. Haliza benar-benar ketakutan.
Ia membayangkan sepatu tentara yang keras dan kuat itu menendang tubuhnya yang ringkih. Rasa takut kini benar-benar menyelimuti Haliza.
Haliza segera berdiri lalu berlari menuju kamar mandi. Akan tetapi Aldian menghalaunya sekali tarik. Lengan Haliza sudah berada dalam genggamannya.
"Diam di sana, aku mau bicara. Aku sudah tidak ingin bicara baik-baik lagi sama kamu. Aku sudah muak dengan berkata baik-baik. Nyatanya kamu tidak pernah dengarkan aku. Kamu selalu membantahku," sentaknya menghempas kembali tubuh Haliza ke atas ranjang. Meskipun empuk, akan tetapi masih terasa menyakiti tubuhnya saat tadi terhempas.
"Ma~maafkan aku, Mas. Aku menemuinya hanya untuk memastikan hal apa yang membuat mantanku meninggalkanku. Aku tidak bermaksud mengkhianati kamu. Aku hanya butuh alasan dari mantan aku." Haliza memberi alasan sekaligus pembelaan terhadap apa yang dilakukannya hari ini.
"Terserah apa katamu. Sampai mulutmu berbusa juga terserah, yang jelas aku sudah tidak ingin mempercayaimu lagi. Kamu mau membantah atau sekalian mau pergi dari rumah ini, juga terserah." Aldian berjalan menuju meja rias yang di sana terdapat skin care maupun alat make up Haliza, lalu ia hempas dengan tangannya sekali sapu. Barang-barang di dalam laci meja rias pun tidak luput dari amukan Aldian, dia membabi buta merusak semuanya termasuk vitamin yang diduga Haliza sebagai pil KB miliknya.
"Ini tidak ada gunanya. Aku tahu kamu tidak ingin hamil dariku, aku katakan di sini, kamu tidak usah hamil anakku. Aku tidak sudi anakku terlahir dari rahim seorang perempuan yang tidak pernah mematuhi apa kata suaminya," desis Aldian seraya menginjak vitamin itu sampai remuk serta isinya berhamburan.
"Mas, hentikan. Aku takut, aku mohon, hentikan!" pinta Haliza merunduk dengan tubuh ditutupi bantal. Niatnya berlari dari kamar itu, tapi tidak bisa, sebab tubuh Aldian tepat berada digaris luruh letak pintu.
Haliza hanya bisa menangis dan menutupi wajahnya dengan bantal, ia benar-benar shock dengan penampakan Aldian yang sedang ngamuk.
Aldian masih memanas, entah benda apa lagi yang akan menjadi sasaran kemarahan dia, yang jelas otaknya kini benar-benar mendidih akibat sikap Haliza yang sama sekali tidak mendengar perkataannya.
Aldian kini beralih pada Haliza yang menutupi dirinya dengan bantal. Secepat kilat Aldian menghampiri Haliza dan mengangkat tubuh kecil itu ke atas.
"Aku sudah berusaha mencintai kamu Haliza, apapun sikap kamu aku tidak peduli dan sejauh ini aku berusaha keras meraih hatimu, tapi kamu sama sekali tidak tersentuh. Kamu hanya sibuk memikirkan alasan apa yang menyebabkan mantan kekasihmu meninggalkanmu. Kamu sama sekali tidak memikirkan perasaan suamimu."
"Akhhhh."
Tubuh Haliza kembali melayang menghempas ranjang dengan sekuatnya, sehingga Haliza berpekik.
Setelah puas menumpahkan segala amarahnya, Aldian keluar dari kamar, tidak ketinggalan pintu itu juga kena sasaran kemarahannya.
"Bummm."
Haliza kembali tersentak, tiba-tiba saja kepalanya sangat berat dan kini Haliza tidak kuat berdiri. Tubuhnya kini benar-benar tersuruk menghempas ranjang.
Sementara itu, Aldian yang sudah keluar dari kamar, sejenak menatap pintu kamar yang tadi ditendangnya. Kamar itu saksi percintaannya dengan Haliza, haruskah kini tinggal kenangan? Setelah berpikir keras, Aldian bertekad akan mengakhiri pernikahannya dengan Haliza. Ia tidak mau membiarkan Haliza terbelenggu olehnya tanpa ada rasa cinta dalam hatinya. Aldian juga takut jika harus melakukan kekerasan fisik terhadap Haliza hanya karena gara-gara kecewa dan sakit hati oleh sikap dan ketidakpatuhan Haliza terhadapnya.
"Al ingin mengajukan gugatan cerai terhadap Haliza." Ungkapan di telpon itu terdengar nyata dan jelas oleh telinga Haliza. Haliza terpukul dan sedih mendengarnya, sementara ia tidak pernah menginginkan hal itu terjadi dalam pernikahannya.
Saya Kasih dulu Bunga Kembang Sepatu Biar Semangat Si Author Manis ini Nulis nya ya 😁😁