Cecil dan Kevin sepasang kekasih. Hubungan mereka terkendala restu dari mamanya Cecil. Namun, karena rasa cintanya yang begitu besar, Cecil pun berani menantang orang tuanya.
Padahal, tanpa Cecil sadari, dia hanya dimanfaatkan Kevin. Gadis itu sampai rela menjual barang-barang berharga miliknya dan bahkan meminjam uang demi menuruti permintaan sang kekasih.
Apakah hubungan yang toxic ini akan bertahan? Sadarkah Cecil jika dia hanya dimanfaatkan Kevin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Puluh Enam
Cahaya senja mulai beranjak redup, menghamparkan langit dengan nuansa jingga yang lembut. Di salah satu rumah bergaya minimalis dengan taman yang asri di pinggiran kota, persiapan untuk akad nikah antara Athalla dan Cecil sedang dilakukan. Suara riuh rendah para tamu yang datang mengisi halaman rumah Cecil menambah suasana semakin hangat. Dengan tawa dan canda, seluruh anggota keluarga dan sahabat berkumpul, sambil membantu menyiapkan segala sesuatunya.
Cecil, gadis berambut lurus berkilau, berdiri di depan cermin sambil memastikan penampilannya. Gaun putih yang dirancang khusus oleh desainer ternama itu terpasang sempurna di tubuhnya. “Duh, Deg-degan deh,” gumamnya pelan saat memandangi diri sendiri. Di sampingnya, Mimi, sahabat terbaiknya, menepuk bahunya dengan lembut.
“Tenang, Ce! Kamu cantik banget! Athalla pasti akan terpesona melihatmu,” kata Mimi dengan semangat.
“Semoga saja,” jawab Cecil, sambil menghela napas. Ia memejamkan mata sejenak, mencoba menenangkan jantungnya yang berdegup kencang.
Di sisi lain, Athalla juga sedang bersiap. Dengan setelan jas hitam yang rapi, ia terlihat sangat tampan. Di hadapannya, Rafi, sahabatnya yang setia, sedang mengacak-acak dasinya. “Eh, jangan berantakan! Ini acara penting, bro!” seru Athalla, sedikit frustasi.
“Ya, ya, aku tahu. Pesta pernikahan ini lebih penting daripada pertandingan bola, ya?” balas Rafi sambil tersenyum lebar.
“Dan lebih berharga dari semua trophy di dunia ini!” sahut Athalla, tak bisa menahan tawa. Ia pun semakin bersemangat.
Ketika waktu mulai menunjukkan pukul enam sore, semua tamu sudah berkumpul di halaman rumah Cecil. Bunga-bunga berwarna cerah menghiasi setiap sudut, sementara lilin-lilin berukuran kecil sudah dinyalakan, memantulkan cahaya lembut ke seluruh ruang. Suasana terlihat begitu romantis dengan musik akustik yang mengalun pelan.
“Pertama kali melihatmu, aku tahu kamu adalah orang yang tepat untukku,” ucap Athalla saat mereka berdua sedang bersiap. Dalam hatinya, ia berdoa agar semua berjalan lancar.
Kemudian, saat suara adzan maghrib berkumandang, itulah saat yang ditunggu-tunggu. Athalla dan Cecil bersiap untuk melangsungkan akad nikah. Dengan diiringi langkah lembut, Cecil melangkah perlahan menuju pelaminan yang telah dihias megah. Athalla menanti di sana, mengatur nafas saat mengingat setiap janji yang akan mereka ucapkan.
Adik kandung papa Cecil, dengan bangga dan penuh haru, menyerahkan putrinya kepada Athalla. “Jagalah putri saya baik-baik, Athalla. Dia sangat berharga bagi saya,” katanya dengan nada serius.
“Tentu, Om. Saya akan menjaganya dengan sepenuh hati,” jawab Athalla, merasakan beban tanggung jawab yang besar di pundaknya.
Adik kandung dari papanya Cecil tinggal di luar negeri. Dia datang khusus sebagai wali nikah ponakannya.
Tambahan dari Rafi yang mempelopori suasana menjadi lebih ceria, “Sekarang kita semua menjadi saksi, jangan biarkan Athalla kehabisan kata-kata ya!”
Cecil tersenyum menahan tawanya, membalas tatapan Athalla yang penuh harap. Di hadapan penghulu, mereka mulai mengucapkan janji suci berupa akad nikah. Suara Athalla bergetar saat mengucapkan kalimat pertamanya, “Saya terima nikah dan kawinnya …,” ucap Athalla dengan lemah lembut namun penuh penekanan dan tegas.
Setelah sah, mereka pun berpelukan hangat. Tanda bahagia dan penuh cinta di antara mereka berdua. Suara tepuk tangan menggema, memberi semangat baru bagi pasangan yang baru menikah ini.
Setelah selesai dengan akad nikah, malam menjelang. Mereka beralih ke taman rumah yang telah dihias khusus untuk pesta pernikahan. Cahaya lilin kini menari-nari lembut di atas meja-meja yang berbaris. Bunga-bunga mawar dan melati menghiasi setiap sudut, memberikan aroma yang menenangkan.
Sebuah panggung kecil dibuat di sudut taman, di mana band yang tidak kalah menarik sedang mempersiapkan diri untuk menghibur para tamu. Athalla dan Cecil berdiri di tengah taman, saling berpegangan tangan, merasakan kehangatan pernikahan mereka.
“Sekarang waktunya kita buat kenangan,” ucap Athalla sambil tersenyum lebar.
“Yuk, kita ajak teman-teman dan keluarga buat merayakan!” jawab Cecil dengan semangat.
Ketika pesta dimulai, musik mengalun merdu. Para tamu pun ikut berdansa, mengenang momen indah di hari bersejarah ini. Athalla membawa Cecil ke tengah-tengah kerumunan. Mereka berdua saling tersenyum lebar, memandang satu sama lain tanpa ada yang bisa memisahkan mereka.
“Aku mencintaimu hari ini, besok, lusa dan selamanya, Cecil," ucap Athalla di sela para tamu memberikan ucapan selamat. Cecil hanya bisa tersenyum menanggapi ucapan pria itu. Dia sangat berharap jika itu bukan hanya sekedar kata-kata saja.
Malam berlanjut, dan setiap tamu menikmati hidangan khas yang telah disiapkan. Para tamu pun tidak lagi bisa menahan diri untuk memberikan selamat kepada pasangan baru ini. “Semoga kalian bahagia selamanya!” seru Mama Cecil dengan mata berkaca karena terharu.
“Terima kasih, Ma! Dukungan Mama adalah yang terpenting bagi kami!” jawab Cecil, memeluk mamanya dengan penuh rasa syukur. Begitu juga dengan Mama Tari, dia tampak bahagia, walau dalam hatinya masih memikirkan apa yang akan dilakukan Kevin saat mengetahui pernikahan putranya.
Sebelum memotong kue, Athalla dan Cecil menghampiri panggung. Mereka saling pandang dan tersenyum, berjanji untuk selalu mendukung satu sama lain, dalam suka maupun duka. Mereka pun melangkah ke mic untuk menyapa semua tamu.
“Terima kasih untuk semua tamu yang telah meluangkan waktunya untuk datang di hari bahagia kami!” ujar Cecil, suaranya bergetar karena haru.
“Aku sangat beruntung memiliki Cecil,” kata Athalla dengan tulus. “Kita akan menciptakan banyak kenangan indah bersama. Doakan kami selalu bahagia bersama hingga akhir hayat."
Dan kemudian, mereka memotong kue yang dihias cantik dan berbentuk hati, simbol cinta mereka yang semakin kuat. Semua mata tertuju pada mereka, berharap kebahagiaan ini abadi dan langgeng.
“Sekarang, saatnya menari bersama!” seru Rafi dari belakang, mengalihkan perhatian ke layar tempat musik bergema. Athalla dan Cecil bersiap untuk menari, membawa semua tamu bergabung dalam keceriaan malam itu.
Tak ada yang lebih indah daripada tarian cinta di bawah bintang, dalam suasana yang sudah diciptakan dengan penuh kasih sayang. Dengan lilin yang berkelap-kelip dan aroma bunga yang menenangkan, semua tamu turut merasakan kebahagiaan dan kehangatan yang membara.
Cecilia memandang wajah Athalla, “Kita akan membangun cerita bersama, bukan?”
“Selamanya, Ce. Selamanya,” jawab Athalla penuh keyakinan, dan dengan suara lembut, mereka melanjutkan tarian, merayakan cinta yang baru saja dimulai dengan langkah-langkah penuh harapan.
Di bawah langit malam yang dihiasi bintang-bintang, Athalla dan Cecil bersiap menutup bab baru dalam hidup mereka. Dengan penuh cinta, mereka melangkah maju menuju masa depan yang cerah, penuh warna. Berharap kebahagiaan akan mereka rasakan hingga menua bersama.
tp gmn kl emg dh sifat dy begitu..
ya tergantung qt aja sbgai istri yg menyikapinya...
ya qt jg hrs ekstra lbh sabar mnghdapinya...