Cyra Alesha wanita berusia 25 tahun wanita yang berhati baik dan tulus selalu di bully dan di hina karena fisiknya yang berbeda dari yang lain.Semua orang selalu memandang remeh Cyra akan karena fisik yang tak terawat.
Bagaimana kisah Cyra Alesha selanjutnya?
simak ya gess..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 13
"Arggghhh....!" Erang Cyra badannya terhempas ke bebatuan kecil.
"Mampus kau wanita jelek !" Yudi tersenyum setan. Berhentikan motor untuk memastikan Cyra masih bernafas atau tidak.
Cyra meringis jidat dan pelipis tergores bebatuan mengeluarkan darah. Badannya terasa sakit di mana-mana pandangan matanya terasa kabur.
Dalam keadaan seperti ini samar Cyra melihat Yudi.
"Kau jahat sekali, apa salahku?" Cyra bernafas berat.
"Heh ! Kau tuli ya, sudah aku bilang dari awal aku melakukan semua ini karena kau jelek, dan tidak cocok bersanding dengan Rendi. Sampai sini kau paham kan ?!" Benci Yudi menatap remeh Cyra.
Cyra menitikan air mata perkataan Yudi menghunus jantung hatinya, jiwa raga, lahir juga batinnya.
"Yu---Arggghhhh !" Pekik Cyra kepalanya dite***ng oleh Yudi. Cyra tak sadarkan diri.
Yudi melotot seketika panik. "Cyra, Cy ! Bangun, kau tidak papa?" Mengguncang bahu Cyra.
Melihat Cyra yang diam tak bergerak, wajah panik Yudi berubah.
"Hahaha, mampus !" Yudi menyeringai pergi menjauhi Cyra.
Tak lupa sebelum Yudi pergi dengan motornya. Motor biru Cyra ia dorong ke sungai setelah itu Yudi pergi penuh ketenangan seperti tak terjadi apapun.
🔹🔹🔹
"Cyra !" Teriak Rendi terduduk nafasnya memburu keringat membanjiri keningnya.
"Ya Alloh, aku mimpi buruk" Rendi segera beranjak dari kursi mengambil minum putih.
Ternyata Rendi ketiduran di kursi sampai pagi ini. Langit sudah mulai cerah. Begitu nyenyaknya hingga Rendi tak mendengar kumandang adzan.
"Pukul berapa sih ini?" Rendi menilik jam di ponselnya.
"Pukul enam pagi, ah masih bisa sholat subuh. Aku mandi dulu" Rendi mengambil handuk di kamar.
Menghela berat saat Cyra tidak ada, Rendi yakin Cyra pasti di rumah Ibu. Setelah ini Rendi akan menyusul dan meminta maaf padanya. Rendi sangat menyesal.
Selesai melaksanakan kewajibannya Rendi segera ke rumah Ibu dengan motornya. Di sana tidak ada motor biru yang biasa di pakai Cyra.
"Assalamualaikum" Rendi masuk rumah, sepi mungkin semua di belakang rumah atau di dapur.
"Papa" Seru bocah 8 tahun.
Rendi memeluknya. "Hasa sedang sarapan apa? Nenek, kakek di mana? Om, Tante juga di mana?"
"Mereka di belakang rumah Pa, Mama di mana Pa? Sudah ke warung ya?"
Deg !
"Lho Mama bukannya di sini Ha?" Rendi terkejut.
Hasa menggeleng.
"Ibu pikir Cyra sudah pulang, sejak subuh Cyra sudah pergi" Mini yang baru datang dari menjemur pakaian menyahut.
"Ada apa sih Ren?" Tanya Mini.
"Tidak papa Bu, berarti semalam Cyra tidur di sini?"
"Iya, ada apa sih Ren? Ayo cerita ke Ibu" Mini mengambil piring kotor, Hasa sudah selesai sarapan.
"Ceritanya panjang Bu" Rendi ragu untuk bercerita, takut Ibu tidak percaya karena sampai sekarang pun dirinya masih tidak percaya.
"Pa, Hasa ingin berangkat sekarang" Hasa menggendong tasnya.
Rendi tersenyum. "Salim dulu ke Nenek"
Hasa menurut. "Assalamualaikum Nek, Hasa berangkat sekolah dulu" salim tangan sama Nenek.
"Walaikumsalam, hati-hati ya Ha, sekolah yang pintar"
"Iya, Nek"
"Ya sudah Rendi antar Hasa dulu ya Bu, Assalamualaikum" Rendi mencium tangan Ibunya
"Waalaikumsalam"
Rendi dan Hasa pun pergi ke sekolahan dengan motor.
🔹🔹🔹
Mobil putih berhenti di pinggiran jalan, pria berkemeja hitam keluar dan menilik ban bagian depan.
"Kenapa mobilnya Gam?" Pria berjaz putih ikut keluar berdiri disisi Agam, asisten pribadinya.
"Sedikit kempes, Dok. Nambah angin sebentar tidak papa?" Agam menekan-nekan ban mobilnya.
"Tidak papa"
Agam menghubungi nomor temannya yang memiliki bengkel, Agam berdiri disisi jalan menatap hamparan sungai. Agam mengernyit melihat pemandangan dipinggir sungai itu.
"Hallo Gam? Assalamualaikum" Sapaan dari telfon.
"Ar, bengkel milikmu sudah buka belum? Ban mobi ku kempes ini. Aku ingin mengantar dokter Rudi kerumah sakit" Jawab Agam.
Pria berjaz putih itu memang dokter Rudi, dan Agam ini adalah asisten pribadinya.
"Ini baru buka, cepat kesini mumpung belum ramai" Ardi teman Agam dan Rudi menyahut.
Agam mematikan panggilan menyimpan ponsel disaku celana, matanya menyipit menatap pinggir sungai sana.
"Itu orang bukan sih?" Batin Agam.
"Bagaimana Gam?" Dokter Rudi mengalihkan atensi.
"Baru buka dok. Sini sebentar dok" Agam mengintruksi.
Dokter Rudi mendekat. "Ada apa Gam?"
"Coba dokter lihat dipinggiran sungai itu" Agam menunjuk dengan telunjuknya.
Dokter Rudi mengikuti arah telunjuk Agam. "Gam, itu orang? Itu seperti orang kecelakaan ada motornya juga itu. Ayo kita kesana"
Agam pun mengikuti dokter Rudi dibelakangnya.
Sampainya dilokasi dokter Rudi dan Agam terbelalak. Dugaannya benar ternyata seorang wanita sudah tak sadarkan diri dengan motor tak jauh dari posisinya.
"Gam, angkat wanita itu kemobil. Motornya juga amankan" Perintah dokter Rudi.
"Baik, Dok" Agam segera mengangkat wanita itu membawanya kemobil.
🔹🔹🔹
Cyra membuka mata perlahan, bau obat menguar diindra penciumannya.
Lemas, pusing, sakit dimana-mana. Tenggorokan terasa kering Cyra butuh air minum untuk membasahinya.
Dipandangi sekitarnya, Cyra yakin bahwa sekarang ini dirinya berada dirumah sakit.
Apalagi jarum infus yang tertancap dipunggung tangannya, cukup kuat untuk membuktikan.
"Ya Alloh, kenapa sakit sekali?" Cyra memegang sisi kepalanya meringis.
Pintu terbuka dari luar pria berjaz putih muncul dari sana. Mendekati Cyra.
"Hei, kau sudah bangun?" Dokter Rudi tersenyum, merasa lega.
"Mmm, Dok siapa yang bawa saya kesini? Apakah suami saya?" Cyra ingin tahu.
"Kami yang membawamu kemari"
"Kami?" Cyra mengerut kening. "Maksud Dokter?"
Dokter Rudi tersenyum menyuntik vitamin diinfus Cyra. "Saya dan asisten saya yang membawamu kerumah sakit ini. Aku menemukanmu dipinggiran sungai"
Cyra memejam sejenak diantara sedih dan masih sakit hati. "Kenapa dokter menyelamatkan saya?"
Dokter Rudi memberesi alat medisnya. "Kenapa pertanyaanmu aneh sekali, menolong sesama bukankah itu--"
"Kenapa dokter baik sekali? padahal diluaran sana banyak orang yang kukenal tapi mereka sangat jahat membenciku. Bahkan tega melukaiku hingga seperti ini"
Manik Cyra berkaca-kaca mengingat perlakuan Yudi padanya. Apa lagi suaminya. Rendi lebih membuatnya sakit mebentak mengatainya gil4.
"Kau gil4 !" Bentak Rendi.
Kata itu terus terngiang dikepala Cyra. Cyra menangis dalam diam. "Dok apa anda sudah memberitahu keluarga saya?"
"Kau tidak membawa identitas jadi saya belum mengabari siapapun"
"Kalau bisa dokter jangan beritahu mereka atau siapapun jika saya ada disini"
"Lho? Kenapa? Apa anda tidak kasi---"
"Tidak, aku sedang menghindari mereka. Aku tidak ingin dihina dibully terus-terusan dok" Cyra mengusap air mata yang masih mengalir.
Mungkin ini waktunya Cyra harus bangkit dari keterpurukan.
"Baiklah, kau boleh tinggal diapartement saya. Kebetulan disana kosong"
Cyra terkejut dengan perkataan dokter Rudi. "Dok, benarkah? Kenapa anda baik sekali?"
Dokter Rudi tersenyum. "Sudahlah, lebih baik kau makan dan minum obatnya supaya lekas sembuh"
hihihi