Cerita ini berkisah tentang perjalanan ketiga saudara kembar...Miko, Mike, dan Miki dalam menemukan cinta sejati. Bisakah mereka bertemu di usianya yang sangat muda?
Ikuti kisah mereka bertiga ^^
Harap bijak dalam membaca...
Plagiat dilarang mendekat...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phine Femelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Miki mengangguk.
"Kak Miko yang pertama"
"Kenapa Miko dan lo berpisah dengan Mike?"
"Papa dan mama orang tua yang sibuk jadi gak sempat mengurus tiga anak sekaligus. Nenek gak terima kalau kami diasuh oleh suster di rumah jadi beliau yang mengurus tapi Kak Mike gak mau"
"Kenapa?"
"Gak ada kebebasan"
"Maksud lo?"
"Cara didik nenek lebih..."
Miki berpikir.
"...seperti gak setiap waktu diizinkan keluar rumah. Maklum di desa. Di desa kalau keluar malam pasti dianggap orang gak benar. Kak Mike anak yang gak bisa diatur begitu lalu nenek sangat disiplin tapi gue senang dengan cara nenek. Membuat hidup gue lebih teratur"
"Oh...jadi Miko bisa diatur?"
"Sebenarnya kalau tentang kagum aku lebih mengagumi sosok Kak Miko" kata Miki dengan tersenyum.
Novita merasa tidak percaya.
"Miko yang sombong itu?"
Miki merasa heran.
"Maaf. Maaf. Gue gak bermaksud tapi semua tahu sosok Miko. Sangat sombong, dingin dan merendahkan orang"
"Masa Kak Miko begitu?"
"Gue memang gak tahu Miko di rumah gimana?"
Miki tertawa pelan.
"Kenapa lo tertawa?"
"Maaf. Maaf. Gue cuma merasa lucu karena cara bicara lo dan nada kalau membicarakan Kak Miko seperti ada dendam"
"Gak. Gue gak dendam karena secara pribadi gue gak pernah berurusan dengan Miko cuma banyak saksinya kalau Miko memang sombong"
Miki berheti tertawa.
"Kak Miko cukup peduli dengan kedua adiknya"
"Baguslah kalau Miko bisa begitu mengingat di sekolah beda"
Miki tersenyum.
"Maaf. Maaf. Tolong lo jangan cerita apapun kepada Miko ya? Gue juga gak ada urusan dengan Miko"
"Memangnya gue anak TK yang selalu memberitahu kalau ada orang yang membicarakan Kak Miko?"
"Lo adiknya"
Miki tersenyum.
"Kenapa jadi membicarakan Miko ya?"
"Gue juga merasa heran bisa cerita tentang diri gue kepada cewek yang baru dikenal"
Novita tersenyum.
"Nama lo siapa?" tanya Miki basa basi.
Novita memberikan tangannya.
"Perkenalkan. Gue Novita"
Miki menjabat tangan Novita dan tersenyum.
"Lo mau berkenalan dengan gue?"
"Lo aman, bukan?"
"Maksud lo?" tanya Miki tidak mengerti.
"Gak jahat atau punya maksud tertentu?"
Miki tertawa pelan.
"Kalau lo curiga seharusnya gak mau berkenalan dengan gue?"
"Ya...jaminannya Miko" kata Novita coba becanda.
Akhirnya mereka tertawa bersama. Banyak yang dibicarakan sebagai perkenalan awal membuat Novita lupa tanya tujuan Miki datang ke rumahnya.
"Lo gak sekolah di tempat yang sama dengan Miko?"
"Sebenarnya gue, Kak Mike dan Kak Miko disuruh ke sekolah yang sama tapi Kak Miko ingin sekolah di tempat lain. SMP kami sudah sekolah di satu tempat jadi Kak Miko ingin beda jadi dia memilih di SMA Berkembang"
"Sepertinya memang Miko gak senang kalau sering bersama kalian"
Miki tersenyum.
"Gak begitu. Mungkin ingin cari suasana lain dan Kak Miko berhak memilih"
"Lo sekolah di mana?"
"SMA Berkilau"
"Di sana sekolah nomor satu ya?"
Miki cuma tersenyum.
"...tapi aneh kakak lo memilih di sekolah nomor dua"
"Gak ada nomor satu dan dua. Lo salah berpikir begitu. Semua sekolah sama. Tergantung aturan dari kepala sekolah saja. Mau ketat atau gak. Kak Miko juga gak seburuk yang lo pikirkan"
"Sebenarnya gue gak peduli karena gak ada hubungannya dengan gue. Gue juga gak tertarik dengan cowok seperti Miko cuma gue selalu mendengar anak di sana selalu membicarakan Miko. Gak cowok. Gak cewek kalau Miko sangat sombong"
"Apa benar?"
Novita mengangguk.
"Kalau menurut lo gimana?"
"Gak tahu. Seperti yang tadi gue bicara. Gue gak peduli karena sekalipun gue gak pernah berinteraksi dengan Miko. Gue juga beda kelas dengan Miko"
Novita melihat sebentar jam dinding.
"Ternyata kita sudah lama ngobrol"
"Apa benar?"
Miki melihat sebentar jam dinding. Pukul 12.30.
"Lo sudah mau makan siang? Gue pulang"
Novita mengangguk.
"Terima kasih lo memperbolehkan gue masuk dan bersedia ngobrol"
"Lo terlalu sopan dengan gue padahal kita satu umur" kata Novita dengan tersenyum.
"Karena gue ada maksud dengan lo"
"Maksud lo?"
"Gue mau minta nomor handphone. Apa boleh?"
Novita tersenyum.
"Astaga. Gue pikir apa?" kata Novita dengan tertawa pelan hanya sebentar.
Miki tersenyum senang.
"Boleh saja"
Mereka saling melihat dan tersenyum lalu Miki mengeluarkan handphone dari dalam sakunya dan Novita memberitahu. Miki mengetik hingga selesai maka Miki undur diri.
"Besok sudah masuk sekolah lagi ya?"
"Begitulah. Kalau tanggal merah di hari Kamis memang tanggung" kata Novita dengan mengangkat bahu.
"Gue chat lo untuk tes"
"Handphone gue ada di kamar"
"Simpan nomor gue"
Novita mengangguk.
"Gue pulang"
Novita mengangguk dan Miki berdiri lalu berjalan pergi dan Novita berjalan masuk. Miki sudah ada di depan rumah Novita dan merasa senang karena berhasil mendapatkan nomor apalagi saling bicara sampai selama itu. Miki tidak menyangka Novita sangat terbuka dengan dirinya. Devie datang menghampiri Winda yang baru pulang dan merasa heran dengan sikap Winda yang beda.
"Kamu kenapa? Fandi di mana?"
"..."
Devie semakin heran.
"Winda? Win?" panggil Devie.
"Ah...eh...ha? Ya, Kak?"
Devie merasa heran.
"Kamu kenapa? Kamu gak apa apa? Fandi di mana?"
"Masih di luar. Aku ke kamar dulu" kata Winda dengan berjalan pergi.
Devie merasa heran dan melihat kepergian Winda.
"Kenapa dengan Winda? Apa yang terjadi? Apa ada hubungan dengan Fandi?" pikir Devie pelan.
Devie mendengar suara langkah kaki lalu menoleh dan melihat Fandi. Devie berjalan menghampiri Fandi.
"Kenapa Winda jadi aneh? Kamu ada sesuatu hal dengan Winda misalnya menyinggung sesuatu atau melakukan hal yang membuatnya jadi lebih diam?"
"Aku gak melakukan apapun. Aku jawab kalau Winda tanya dan menuruti keinginannya untuk jalan"
"Memangnya Winda tanya apa? Winda mengajak kamu ke mana?"
"Seharusnya aku rekam tadi. Kamu sangat ingin tahu"
"Gak begitu. Aku cuma merasa aneh dengan perubahan Winda. Seharusnya dia cerita panjang lebar setelah jalan dengan kamu. Biasanya dia gak akan berhenti cerita ketika menyangkut kamu"
Fandi tersenyum.
"Jadi aku gak disuruh duduk dulu?"
"Maaf. Ayo duduk" kata Devie dengan berjalan menuju sofa.
"Kamu gak dimaafkan" kata Fandi dengan tersenyum geli.
Devie tertawa pelan hanya sebentar lalu Fandi berjalan menuju sofa dan mereka duduk.
"Kamu segitunya? Seharusnya kamu tanya tentang aku"
"Aku juga tanya tentang kamu"
"Kamu cuma tanya tentang Winda"
Devie tertawa pelan.
"Iri? Aku lebih memperhatikan Winda tapi gak bermaksud begitu, Amour. Aku cuma heran dia aneh"
"Bukan. Aku cemburu" kata Fandi pura-pura kesal.
Devie berhenti tertawa.
"Cemburu? Kenapa?" tanya Devie dengan merasa heran.
"Kamu cuma peduli tentang Winda. Aku gak..."
"Gak begitu. Sungguh. Aku cuma heran. Sungguh heran tentang Winda. Ayolah kamu jangan berpikir begitu. Aku juga peduli dengan kamu" potong Devie.
semangat💪