Sejak lahir, Jevan selalu di kelilingi oleh para perempuan. Ia tak pernah tahu dunia lain selain dunia yang di kenalkan oleh ibunya yang bekerja sebagai penari pertunjukan di sebuah kota yang terkenal dengan perjudian dan mendapat julukan The sin city.
Jevan terlihat sangat tampan sampai tak ada satupun perempuan yang mampu menolaknya, kecuali seorang gadis cuek yang berprofesi sebagai polisi. Jevan bertemu dengannya karena ia mengalami suatu hal yang tak lazim di hidupnya.
Peristiwa apakah yang telah di alami oleh Jevan? Ikuti ceritanya yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sitting Down Here, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 Trauma yang Tersisa
Jevan tak mau membuang waktunya lagi. Setelah mendengar percakapan tersebut ia langsung menghubungi Ron, yang kemudian langsung bergegas untuk mencari si pelaku yang telah menculik Corey. Beberapa jam kemudian, Ron menghubungi Jevan.
"Jev, menaurut analisa kami kemungkinan ada tiga ketua gangster yang bisa jadi adalah pelaku yang telah menculik Corey. Nama mereka adalah Chase, Greg dan Bruno. Aku akan mengirimkan data-data mereka padamu untuk kau lihat"
"Oke, Ron. Terima kasih. Aku akan segera mengabarimu lagi nanti"
"Oke"
Jevan lalu mengamati mereka satu persatu. Sesuai dengan alamat mereka, Jevan lalu mendatangi satu persatu alamat mereka secara diam-diam untuk mengawasi pergerakan mereka. Awalnya sulit untuk menemukan pelakunya karena sepertinya tak ada yang mencurigakan dari mereka. Jevan kemudian mengingat sesuatu. Rossie dan Mimi sebelumnya berkata kalau gangster yang merupakan pacar Pixie ini adalah seorang hiper se*s yang sama seperti Pixie.
Jevan kemudian mengikuti seorang ketua gangster yang bernama Greg. Ia sering sekali pergi ke klab malam dan setelah itu ia pulang. Jevan berpikir keras mengenai dimana kira-kira Greg menyekap Corey. Ketika sedang mengamati Greg yang sudah pulang ke rumah setelah dari klab malam, Jevan mengamati kalau Greg selalu ke belakang rumahnya untuk memberi makan hewan peliharaannya. Setelah itu ia masuk ke dalam ruangan seperti gudang di belakang rumahnya untuk waktu yang cukup lama.
"Apa di tempat itu ya dia menyekap Corey?" Jevan lalu segera menghubungi Ron.
Dua unit mobil datang secara diam-diam untuk mengamati tempat tersebut. Ron memberitahu Jevan untuk menunggu sampai pasukannya masuk dan memastikan kalau Corey benar-benar ada di dalam. Setelah pasukan khusus masuk ke dalam, mereka lalu menghubungi Ron.
"Kami sudah masuk ke dalam dan menelusuri untuk mencari keberadaan Corey, Ron tetapi belum terlihat tanda-tanda... "
Pemimpin pasukan khusus yang bernama Clay tiba-tiba terdiam ketika menyadari ada suara gaduh di sekitar tempat itu.
"Kalian dengar itu?"
"Iya, pak"
"Tapi tak ada pintu di sini. Apa mungkin ada ruang rahasia di sini?"
"Mungkin saja ada, pak"
"Ayo kita berpencar untuk mencari sumber suara tadi"
"Baik, Pak"
Jevan dan Ron masih menunggu dengan cemas. Ternyata Greg pintar menyembunyikan keberadaan Corey. Seluruh pasukan sudah berkeliling untuk mencari Corey. Suara ketukan tersebut masih terdengar, tapi mereka masih belum juga menemukan Corey.
Greg yang tadinya sedang tidur di rumah utama, menjadi terbangun ketika mendengar suara gaduh dari arah gudang. Ketika Greg melangkahkan kakinya ke arah gudang para pasukan khusus segera bersembunyi.
"Kenapa sih kau selalu berisik? Lama-lama aku bisa gila kalau kau begini terus!"
Greg lalu mengeluarkan seperangkat kunci dari sakunya. Ternyata selama ini Corey di sembunyikan di ruang bawah tanah yang tersembunyi di ruang gudang tersebut. Clay lalu langsung menodongkan senjatanya ke kepala Greg.
"Bebaskan Corey sekarang juga atau aku akan menembakmu"
Dengan wajah sinis, Greg tidak merasa takut sedikit pun. Ia malah menjawab ucapan Clay.
"Coba saja, kau takkan berani untuk menembakku, bisa-bisa kau... "
Dor!
Greg tak bisa menyelesaikan ucapannya karena anak buah Clay sudah terlebih dahulu menembak kakinya.
"Sialan! Aku pikir kau takkan berani melakukannya!"
"Sudah diamlah, Greg! Lain kali kepalamu yang aku tembak!"
Setelah di rasa aman, Jevan dan Ron kemudian masuk ke dalam untuk membantu membebaskan Corey yang terlihat sangat marah atas perbuatan Greg. Setelah ikatan di tangan dan kakinya di lepas, Corey langsung meninju wajah Greg dengan keras.
"Sialan! Kau telah mematahkan gigiku!"
"Biar saja, aku tak peduli! Kau telah menghalangi pekerjaanku, untuk itu aku akan menuntut kamu dan semua yang terlibat di sini tanpa terkecuali!"
Greg kemudian langsung di bawa ke kantor polisi. Para anak buahnya yang telah membantunya juga ikut di bawa ke kantor polisi. Nino memang tidak menculik Corey, tapi ia mengetahui perbuatan Greg, jadi ia juga ikut di tangkap oleh polisi. Nino yang selama ini selalu berkata kalau ia kebal hukum, akhirnya merasakan tinggal di penjara, walau hukumannya tak selama Greg dan para anak buahnya.
***
Beberapa minggu kemudian, sidang kedua di gelar dan kali ini Corey tidak absen.
"Senang melihatmu, Corey. Seorang Corey Hamilton tak mungkin menyerah begitu saja tanpa berusaha semaksimal mungkin, kan?" Ucap hakim persidangan kepada Corey.
"Benar, Yang Mulia" Corey tersenyum kepada hakim yang sudah mengenal sifat Corey yang gigih dan pantang menyerah.
Sesuai janjinya, di persidangan yang kedua ini Corey memanggil Joyce Strap sebagai saksi ahli yang telah melakukan beberapa kali sesi pertemuan dengan Jevan. Joyce sebenarnya juga hampir di culik oleh Greg, tapi Greg sepertinya sedang kena sial karena waktu ia mencoba untuk mendekati Joyce, tiba-tiba ia di serang oleh dua anjing buas yang ternyata adalah hewan peliharaan Joyce. Kedua hewan itu memang hanya bisa jinak dengan Joyce karena Joyce telah menyelamatkan mereka sewaktu mereka masih kecil.
Ketika Greg hendak menyerang Joyce, orang-orang sudah berkerumun dan salah satu dari orang-orang itu bahkan ada yang sudah memanggil polisi. Greg lalu langsung kabur dari tempat tersebut tanpa berpikir panjang lagi.
Para hadirin yang berada di persidangan menjadi terharu ketika mendengar kesaksian Joyce, karena Jevan sudah bertahun-tahun mengalami trauma akibat perbuatan Pixie dan Chelsea. Pekerjaannya sebagai pria panggilan membuatnya lebih sulit lagi untuk mengatasi rasa trauma yang ia alami. Yang selama ini ia lakukan hanyalah menghindari klien yang berjumlah dua orang wanita karena ia tak sanggup lagi melakukan thre*so*e dengan mereka.
Simone terus menerus menangis sampai persidangan selesai. Ia merasa sudah menjadi ibu yang buruk karena tidak bisa menjaga anaknya dengan baik. Ia pikir waktu ia bekerja dan menitipkan Jevan kepada Pixie dan Chelsea, Jevan akan aman. Tetapi ia salah besar. Ketika persidangan selesai, Jevan masih menghibur ibunya dengan memeluknya erat. Tetapi kemudian ia melihat seorang perempuan lagi yang berada di belakang ibunya yang juga sedang menangis.
"Lou?"
Perempuan yang menangis tadi adalah Louisa. Tetapi bukannya menghampiri Jevan, Louisa malah pergi keluar dari ruang persidangan sambil berlari kencang. Jevan kemudian meminta izin kepada ibunya untuk mengejar Louisa dan Simone pun memberikan izinnya.
***
Jevan mencoba untuk menjajari lari Louisa yang cepat. Di sekolah, Louisa memang gemar berolahraga dan lari sprint-nya memang yang paling cepat di antara murid lain di angkatannya. Tetapi ketika ia berlari untuk menghindari Jevan, ia sempat lengah dan tertabrak sebuah mobil yang tiba-tiba melintas di jalan. Louisa jatuh pingsan dan di dahinya menetes darah yang mengalir dengan cukup deras.
Jevan hampir tak bisa bernafas saking terkejutnya ia melihat keadaan Louisa. Ketika akhirnya ia berhasil mendekati Louisa, ia lalu meminta orang yang tadi tidak sengaja menabrak Louisa untuk segera mengantarkan Louisa ke rumah sakit terdekat.
"Ayo cepat bawa kami ke rumah sakit sebelum terlambat!" Jevan berteriak karena panik, begitu juga orang yang telah menabrak Louisa. Di dalam hatinya ia berdoa semoga Louisa selamat, karena kalau tidak, hukuman berat di penjara pasti sudah menantinya.