Naya seorang wanita yang ceria seketika berubah hidupnya setelah mengalami kecelakaan kerja. Tak hanya mengalami kelumpuhan, satu persatu nasib malang mulai hadir di hidup Naya. Meskipun atasan tempat Naya bekerja bertangung jawab atas Nanya namun itu tidak mampu membuat hidup Naya lebih baik.
Lalu bagai manakah Naya menjalani hidup dengan nasibnya yang malang itu ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadis Scorpio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mulai Terapi
Saat ini Damar dan Naya sedang berada di dalam mobil untuk menuju rumah sakit. Seperti yang sudah di janjikan, pagi ini Naya akan mulai terapi. Sepanjang perjalanan Naya hanya diam.
"Kau takut ?" tanya Damar memecah keheningan di antara mereka.
Naya yang sejak tadi menatap ke jendela mobil menoleh dan menggelengkan kepala.
"Tidak, pak."
"Lalu, mengapa kau terlihat seperti banyak pikiran ?" tanya Damar lagi.
"Entahlah. Mungkin hanya nervous." jawab Naya sedikit tersenyum untuk menutupi perasaan yang sesungguhnya.
"Tenanglah. Semuanya akan baik baik saja." ucap Damar menenangkan kegelisahan Naya.
Padahal Damar tidak tahu jika Naya bukan memikirkan tentang terapinya, tapi tentang bagai mana kehidupannya setelah sembuh nanti.
Hari pertama terapi hanya lima belas menit, dan setelah tiga hari baru jadwal terapi selanjutnya.
Setelah mengantar Naya pulang ke rumah, Damar baru pergi ke kantor. Begitu tiba di sana Damar berpapasan dengan seseorang di lobi.
"Siapa pria itu dan ada apa dia kemari ?" tanya Damar pada resepsionis.
Damar sengaja pura-pura bertanya, padahal ia sudah kenal.
"Itu tunangan Naya, pak. Dia ke sini ingin menanyakan tentang Naya." jawab seorang staf resepsionis yang tadi melayani Candra.
Damar hanya mengangguk menanggapi jawaban resepsionis itu kemudian dia kembali melangkah menuju ke ruangan kerjanya.
Rupanya dia masih mencari Naya. Batin Damar.
Melihat kegigihan Candra dalam mencari Naya, Damar merasa pria itu memang sangat mencintai Naya. Tapi sayangnya mereka tidak berjodoh dan Damar sedikitpun tidak merasa bersalah dengan apa yang telah ia lakukan. Dia menikahi Naya setelah orang tua Candra memutuskan hubungan pertunangan antara Candra dan Naya. Jadi Damar merasa tidak merebut Naya dari pria itu.
Apa Naya juga masih mencintai pria itu ?
Terlintas pertanyaan itu di dalam benak Damar. Saat Naya di rawat di rumah sakit Damar sempat melihat bagai mana interaksi mereka yang sangat mesra. Tidak mungkinkan Naya bisa langsung melupakannya dalam sekejap.
*
Hari berlalu bulan berganti, tak terasa sudah dua bulan Naya menjalani terapi dan dua bulan juga Damar masih memendam pertanyaan itu di hatinya. Pertanyaan yang ternyata sangat mengganggu konsentrasinya dalam bekerja.
"Untuk hari ini latihannya sudah cukup." kata Dokter setelah melihat Naya bisa melangkah.
Naya begitu bahagia akhirnya sekarang dia sudah bisa berjalan. Meskipun baru satu langkah dan masih berpegangan tapi itu sangat memuaskan.
"Aku sudah bisa berjalan, pak." kata Naya senang ketika Damar mengangkat tubuhnya ke kursi roda.
Padahal Damar juga ada di sana dan melihat Naya setiap kali terapi.
"Syukurlah. Berlatih lebih giat lagi." kata Damar memberikan semangat sambil terus mendorong kursi roda Naya.
Berbeda dengan Naya yang merasa senang, Damar justru merasa sebaliknya. Bukannya ia tidak suka melihat Naya bisa sembuh dan berjalan kembali. Tapi, bagai mana jika setelah Naya sembuh dan akan kembali kepada Candra lagi.
Saat ini Damar dan Naya sudah tiba di rumah. Karena terlalu senang sudah bisa melangkah, Naya menolak ketika Damar ingin membantunya.
"Aku sendiri saja, pak." ucap Naya ketika Damar ingin mengangkat tubuhnya dari kursi roda ke tempat tidur.
Lalu Naya mulai menurunkan kakinya dari kursi roda satu persatu. Setelah itu ia berusaha berdiri sambil berpegangan pada pundak Damar. Dan setelah berhasil berdiri Damar menggeser kursi roda agar Naya bisa duduk di tempat tidur. Meskipun butuh waktu yang lama bagi Naya untuk memindahkan tubuhnya sendiri, tapi Damar dengan sabar menunggu dan melayaninya.
"Cukup. Jagan di paksa. Ingat pesan dokter." kata Damar ketika Naya ingin menaikkan kakinya sendiri.
Untuk tahap awal Naya tidak boleh terlalu banyak bergerak, meskipun ia sudah bisa menggerakkan kakinya.
Mendengar ucapan Damar itu, Naya pun membiarkan Damar membantu menaikkan kakinya seperti biasa.
"Apa ada yang kau butuhkan lagi ?" pertanyaan Damar setiap kali ia akan pergi meninggalkan Naya sendiri di kamar.
"Tidak, pak." jawab Naya.
"Terima kasih." lanjut Naya lagi sebelum Damar memutar tubuhnya berjalan ke pintu keluar.
Seperti biasa Damar akan pergi ke kantor setelah selesai menemani Naya terapi.
Setelah Damar pergi, Naya mengambil ponselnya di meja samping tempat tidur. Naya ingin menghubungi mama Maudy dan memberitahukan tentang kabar gembira hari ini. Maudy begitu senang mendengar tentang Naya yang sudah bisa menggerakkan kakinya dan rencananya dia akan datang mengunjungi menantunya itu bersama dengan papa Awan dan Aulia.
Selesai menghubungi ibu mertuanya, Naya kemudian membuka sosial media miliknya. Meskipun semua akses Candra sudah Naya blokir, tapi tetap saja ada kabar pria itu lewat di berandanya. Salah satu teman Candra baru saja mengunggah sebuah foto tentang pria itu.