NovelToon NovelToon
Sarjana Terakhir

Sarjana Terakhir

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Spiritual / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:15.8k
Nilai: 5
Nama Author: Andi Budiman

Siang ini udara panas berembus terasa membakar di ruas jalan depan gerbang Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Matahari meninggi mendekati kulminasi. Suara gaduh di sekeliling menderu. Pekikan bersahut-sahutan, riuh gemuruh. Derap langkah, dentuman marching band dan melodi-melodi bersahutan diiringi nyanyian-nyanyian semarak berpadu dengan suara mesin-mesin kendaraan.

Rudi salah satu laki-laki yang sudah tercatat sebagai mahasiswa Unsil selama hampir 7 tahun hadir tak jauh dari parade wisuda. Ia mengusap peluh dalam sebuah mobil. Cucuran keringat membasahi wajah pria berkaca mata berambut gondrong terikat ke belakang itu. Sudah setengah jam ia di tengah hiruk pikuk. Namun tidak seperti mahasiswa lain. Pria umur 28 tahun itu bukan salah satu wisudawan, tetapi di sana ia hanya seorang sopir angkot yang terjebak beberapa meter di belakang parade.

Rudi adalah sopir angkot. Mahasiswa yang bekerja sebagai sopir angkot....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Andi Budiman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

17. Bantuan Kecil

Saat kelas taksonomi berakhir Rudi tak langsung keluar. Ia berkenalan dengan beberapa kawan baru. Hampir semua memanggilnya dengan sebutan A Rudi atau Kang Rudi, sebagai panggilan kakak laki-laki di tatar Sunda karena mereka tahu bahwa Rudi memiliki usia rata-rata lima tahun di atas mereka.

Dari tengah kerumunan Intan muncul dan menyapa Rudi dengan hangat. Ia menyatakan kekagetannya, bahwa tidak disangka mereka kini bisa kuliah di kelas yang sama. Gadis itu pun menyatakan kegembiraannya karena Rudi sudah tidak cuti lagi dan kembali melanjutkan kuliahnya yang sempat tertunda lama.

Intan bercerita kepada Rudi bahwa saat dosen taksonomi mengabsen, ia sempat mendengar nama Rudi dipanggil. Saat itu Intan sangsi apakah benar Rudi itu Rudi yang dikenalnya dan setelah orangnya masuk ke dalam kelas, ternyata kesangsian itu terpecahkan.

Rudi pun mengatakan bahwa pada Senin pagi ia sempat melihat Intan di sekitar kampus. Siangnya sepulang dari kantor fakultas Rudi mencari-cari Intan, tapi tak ketemu. Lalu Rudi mengira bahwa Intan sedang mengikuti kuliah, karena waktu itu didengarnya ada satu kelas yang sedang menyelenggarakan mata kuliah tingkat tiga di lantai satu. Rudi pun menduga bahwa ia tak akan sekelas dengan Intan, sebab di hari Senin itu kelas Rudi belum ada jadwal kuliah.

Intan menjelaskan bahwa waktu itu ia sengaja ke kampus untuk pinjam buku ke perpustakaan untuk persiapan kuliah hari ini.

Hari ini mereka mengobrol lebih akrab dari terakhir kali bertemu di mesjid universitas. Kecanggungan di antara mereka sudah semakin berkurang.

Selain bertemu Intan Rudi juga bertemu kembali dengan Resti, bahkan empat orang lainnya yang tidak disangka Rudi. Mereka adalah Galih, Aditia, Mira dan Evita. Keempat orang ini adalah teman-teman Intan yang sempat satu kelompok dengan Intan dan Resti. Mereka tahu mereka sempat dibantu Rudi waktu masih tingkat dua, ketika presentasi mata kuliah anatomi dan fisiologi tubuh manusia.

Mereka semua antusias berkenalan dengan Rudi. Selama ini mereka kerap mendengar nama Rudi dari Intan, tetapi baru kali ini mereka berjumpa dengan orangnya secara langsung.

“Salam kenal A, nama saya Evita…”

“Halo Kang, saya Aditia!”

“Nama saya Galih, salam kenal Kang!”

“Salam kenal juga…” jawab Rudi.

“Makasih loh A, waktu itu kami dibantu presentasi! Kami dapat nilai paling bagus waktu itu.” kata Evita sumringah.

“Iya, sama-sama…”

“Mira, Mira, ayo sini!” panggil Resti.

Mira yang baru saja selesai mencatat menghampiri.

“Halo salam kenal! saya Mira. Oh ini A Rudi itu? Ganteng banget orangnya ternyata ya! Pantesan kalau cerita tentang A Rudi Intan kayak yang seneng gitu.” seloroh Mira sambil tertawa.

“Apaan sih kamu Mir!” sahut Intan tersipu.

“Bukan hanya ganteng, tapi juga smart!” imbuh Evita sambil cekikikan.

Intan cemberut.

Selesai acara perkenalan mereka semua berencana akan istirahat sebentar di kantin sebelum lanjut kuliah lagi jam sepuluh. Masih ada waktu sekitar satu jam.

Rudi memohon maaf karena tidak bisa ikut ke kantin. Ia bermaksud akan mengerjakan tugas hukumannya yang harus disetor besok siang. Rudi mengeluarkan buku catatan dan alat tulis.

Intan mengikuti teman-temannya. Sesaat kemudian ia melempar pandang ke arah Rudi dari ambang pintu, kemudian menghilang.

Di ruang G5 Rudi tidak sendirian. Ada tiga mahasiswa lain yang sedang bercengkrama di pojok depan, tampaknya sedang membicarakan kesan-kesan pertama kuliah di tingkat tiga.

Di pojok belakang Rudi mulai berpikir. Pertama-tama ia akan menyusun konsep tugas makalah itu. Namun baru selesai menulis judul kepalanya berdenyut. Rudi masih bisa merasakan kantuk karena lelah bekerja semalam. Selain itu perutnya juga keroncongan karena belum sempat sarapan. Ia pun memutuskan untuk duduk tak melakukan apa-apa. Rudi memejamkan mata sambil memikirkan konsep makalah.

Sesaat kemudian Intan kembali bersama Resti membawa bungkusan makanan. Tiga mahasiswi lain juga datang membuat kelompok sendiri, mereka makan bersama di salah satu pojok di ruang besar itu. Resti bergabung bersama tiga mahasiswi yang baru tiba itu, sementara Intan menghampiri Rudi yang duduk sendiri di belakang.

“Abang!” panggil Intan.

Rudi membuka mata. Tahu-tahu Intan sudah duduk di dekatnya, seperti hantu yang tiba-tiba muncul.

“Loh sudah di sini lagi?” tanya Rudi kaget.

“Tadi Intan ke kantin cuma beli makanan aja.”

“Oh, pantesan…”

“Makan dulu nih!”

Intan menyodorkan sebungkus makanan sambil tersenyum. Gadis itu begitu ceria dan bersemangat.

Intan memang periang. Selama perkenalan dengan kawan-kawan barunya tadi Rudi mulai melihatnya lagi, apa yang sempat ia lihat ketika pertama kali melihat Intan dulu bersama teman-temannya di ruas jalan depan universitas saat ia masih jadi sopir angkot. Di kios-kios foto copy, di taman mesjid universitas atau di cafe. Intan memang sosok gadis periang, ceria dan penuh semangat.

“Kamu ini, nggak usah repot-repot!” kata Rudi.

“Apaan sih Abang! Nggak repot kok!” sangkal Intan, cemberut.

“Ya sudah, makasih ya!” Rudi menerima bungkusan mendoan dan lontong yang diberikan Intan kemudian memakannya dengan lahap.

“Abang belum sempat sarapan ya?”

Rudi menggelengkan kepala. Mulutnya tidak bersuara karena penuh dengan makanan.

“Makannya kok sampai kayak gitu?” kata Intan sambil menahan tawa.

“Kenapa memangnya, lucu?” kata Rudi sambil berusaha menelan makanannya.

Selesai makan, Rudi kembali menulis konsep tugas makalah. Ia tak habis pikir dosen taksonomi memberinya tugas makalah tiga puluh halaman di hari pertama ia kuliah dan harus dikumpulkan besok.

“Mau lagi?” tanya Intan.

“Sudah Dek! Sudah kenyang.” kata Rudi. Rudi melanjutkan penulisan konsep makalahnya.

Intan melihat-lihat apa yang sedang dikerjakan Rudi.

“Hmm… Bu Diana itu memang ya!”

“Kenapa?” tanya Rudi.

“Ngasih tugas Abang kok banyak bangeeet...”

“Mau bagaimana lagi Dek?”

“Abang juga sih, kenapa tadi terlambat?”

“Nggak apa-apa, mungkin hanya capek aja.” jawab Rudi singkat sambil tersenyum.

“Capek?”

Intan cemberut.

“Intan bantu ya?” pinta gadis itu.

“Jangan Dek!  Kamu kan ada tugas taksonomi juga.”

“Abang ini, tugas makalah Abang ini kan buat besok…”

Rudi tak bicara, ia sibuk menulis.

“Boleh ya, Intan bantu?”

“Nggak usah, biar Abang sendiri saja!”

“Ayolah Bang, tugasnya banyak gituuu…”

Rudi berhenti dan melirik ke arah Intan,

“Pleaseee!” rengek Intan.

Rudi menghela nafas sambil memandangi konsep makalah yang sedang dibuatnya, lalu berkata :

“Iya sih, tiga puluh halaman banyak juga... Ya sudah, boleh deh!”

“Oke! Makasih ya Bang!”

“Abang yang makasih!”

Intan tertawa.

Mereka pun membagi tugas sesuai arahan Rudi. Untuk beberapa saat mereka terlibat diskusi dan adu argumen. Intan tak kalah cerdas dari Rudi, karenanya tak butuh waktu lama konsep tugas Rudi pun selesai. Rudi tinggal mengetiknya dan menyisipkan beberapa gambar di komputer.

“Akhirnya selesai juga…” kata Intan lega.

“Makasih ya Dek!” ucap Rudi.

“Iya Bang, sama-sama!” jawab gadis itu, tersenyum sambil mengangkat jempol.

Tidak lama kemudian ketua kelas memberi tahu lewat sosial media bahwa kuliah berikutnya akan segera dimulai di ruangan yang sudah ditentukan di lantai satu. Rudi dan Intan pun bergegas keluar ruangan, menuruni anak tangga. Di tangga mereka berpapasan dengan seorang dosen laki-laki. Masih muda dalam setelan jas rapi. Intan mengenal sang dosen dengan baik. Begitu pula Rudi, Rudi mengenal dosen muda itu dengan baik, bahkan Rudi tak akan pernah bisa melupakannya.

1
Delita bae
😁🤗👍🙏😊😇
Andi Budiman
Top
Delita bae: saya mampir 😁
total 1 replies
IR WANTO
kok di buat jdi tolol katanya cerdas..naifff
Andi Budiman: yang baca terlalu... tol...
total 1 replies
Samsul Rijal
Luar biasa
Andi Budiman: Terimakasih
total 1 replies
Sera
kalau sudah jodoh pasti akan bertemu lagi
Sera
ayo sadar intan. abang sudah datang
Sera
semangat author
Sera
jadi inget angkot yang bersliweran
Sera
sampai di panggil fakultas karna kelamaan cuti ini
Was pray
demam panggung di rudi, jadi ngeblank...hilang semua ilmu kepalanya. sepintar apapun kalau kena mental duluan maka akan jadi orang bodoh rajanya bodoh termasuk si rudi itu pad sidang skripsi,
Fatkhur Kevin
lanjut thor. crazy up thor
Fatkhur Kevin
langkah awal kemenangan BR
Fatkhur Kevin
takdir yg tk pernah diduga
Was pray
takdir telah menyatukan intan dan rudi sejauh apapun tetap akan bersatu
Fatkhur Kevin
hei kpn kamu sadar intan
Fatkhur Kevin
intan seperti putri tidur
Was pray
takdir berjodoh intan dan rudi, skenario Allah itu. terbaik bagi manusia
Fatkhur Kevin
sangat mengharukan
Fatkhur Kevin
lanjut besokx🤣🤣🤣
Was pray
semoga saja prof. Pardiman saidi mau menyelidiki penyebab rudi du DO tiba-tiba dan mau membantu agar rudi bisa meraih gelarnya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!