Entah apa yang di pikirkan oleh ayah dan sang ibu tiri hingga tiba-tiba menjodohkan Karin dengan pria yang tak memiliki apapun, apa mereka sengaja melakukan itu untuk menyingkirkannya?
Matteo Jordan, pria tak berguna yang di pungut oleh keluarga Suarez menyetujui menikah dengan wanita yang tak ia ketahui hanya demi sebuah balas budi.
Akankah cinta tumbuh di antara keduanya? Sementara Karin masih mencintai mantan kekasihnya, sedangkan Matteo pria sedingin es yang penuh misteri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~19
Karin yang baru masuk ke tempat acara bersama sang ayah langsung menghentikan langkahnya ketika melihat sosok pria menyebalkan yang sedang menunggunya di altar. Pria tampan yang mengenakan kemeja dan tuxedo warna senada dengan gaunnya itu terlihat menatapnya datar.
"Nak, ayo." Bisik pak Kusuma saat putrinya itu tetiba berhenti.
"Dia siapa, Pa ?" Ucap Karin yang masih mematung di tempatnya.
"Tentu saja nak Matteo calon suamimu, kamu pasti terkejut ya dengan penampilannya ?" Pak Kusuma memaklumi perilaku putrinya karena memang biasanya pemuda itu terlihat sederhana.
"Dia tidak kembarkan, Pa ?" Tanya Karin lagi dan sontak membuat sang ayah langsung mengernyit, begitu juga dengan nyonya Kusuma.
Wanita paruh baya itu langsung menatap tajam gadis itu. "Tuan Suarez hanya memiliki satu cucu angkat dan tolong jangan jadikan ini sebagai alasan untuk mengubah pemikiranmu tentang pernikahan, kamu tahu sendirikan jika pernikahan ini gagal maka perusahaan akan benar-benar bangkrut lalu kita akan tinggal di mana karena rumah pun takkan cukup untuk melunasi semua hutang yang menunggak ?" Ucapnya dengan lirih agar tidak sampai terdengar oleh tamu undangan yang hadir, akan di taruh di mana mukanya nanti jika mereka tahu.
Karin nampak memejamkan matanya sejenak, kemudian gadis itu mengangguk kecil. "Ayo !!" Ucapnya meskipun berat hati, bagaimana jika mereka adalah pria yang sama. Apalagi saat mengingat kemarin mereka bertemu di cafe di mana pria itu bersama seorang wanita cantik.
Akhirnya prosesi pernikahan pun di laksanakan dan kini Karin telah mendapatkan gelar seorang istri meskipun jauh dalam lubuk hati wanita itu tak menginginkannya.
"Selamat ya Rin, ingat aku akan selalu ada untukmu." Amel langsung memeluk sahabatnya itu ketika baru ada kesempatan karena sejak tadi Risa selalu mengusirnya setiap kali ia ingin mendekat. Namun wanita itu memutuskan untuk tak mengatakan apapun dan mendoakan semoga pernikahan sahabatnya itu akan langgeng meskipun ia sendiri kurang yakin.
"Jadi kalian tidak menginap di hotel dulu ?" Pak Kusuma nampak terkejut saat Matteo meminta ijin untuk membawa Karin pulang ke rumahnya padahal ada fasilitas hotel yang bisa mereka nikmati.
"Sudah biarkan saja Pa, diakan kampungan jadi hotel bukan tempat yang nyaman untuknya yang lebih suka tinggal di rumah yang berada di gang sempit." Sela nyonya Kusuma mengejek namun sang suami langsung menatapnya tajam.
"Baiklah, nak Matteo kalau begitu papa nitip Karin ya tolong jaga dia dengan baik." Pak Kusuma terlihat sedih menatap putrinya itu, meskipun sejak ia menikah lagi hubungan mereka kurang dekat tapi bagaimana pun juga gadis itu tetaplah putrinya.
"Jangan khawatir, dia akan merasa lebih baik bahkan dari rumahnya sendiri." Tegas Matteo seraya melirik ke arah nyonya Kusuma sejenak dan sontak membuat Karin langsung menatapnya, sepanjang acara gadis itu memang tak berhenti menatap suaminya itu. Ia masih belum yakin jika pria itu dan pria yang ia temui di cafe kemarin adalah orang yang berbeda.
"Kalau begitu terima kasih banyak nak Matteo, sering-seringlah mengunjungi kami di rumah." Pak Kusuma langsung memeluk menantunya tersebut, entah kenapa ada perasaan lega ketika menyerahkan putrinya pada pria itu. Bukan karena perusahaan akan kembali berjaya tapi perasaan sebagai seorang ayah jika putrinya berada pada orang yang tepat. Ia menyadari putrinya selama ini juga banyak menderita tapi bagaimana lagi ia juga mencintai istrinya saat ini dan ia juga sudah mencoba untuk berbuat adil pada mereka semua.
Kini Karin pun di bawa oleh Matteo pulang ke rumahnya, entah kenapa Karin juga merasa lega akhirnya bisa meninggalkan rumahnya yang selama ini seperti neraka baginya dan ia pun penasaran rumah macam apa yang di miliki oleh pria itu.
"Kamu bilang rumahmu berada di sekitar bengkelmu ?" Ucap Karin ketika motor yang membawanya melewati jauh bengkel pria itu.
"Aku menyicil tempat yang sedikit layak, ku harap kamu akan suka." Sahut Matteo yang terlihat fokus dengan jalanan yang lumayan lenggang, motor bututnya tetap menjadi andalan kemana pun pria itu pergi.
"Jika kedinginan geserlah dudukmu sedikit maju !!" Perintah pria itu ketika tak sengaja mendengar gadis itu menggigil karena angin malam.
"Tidak, aku tidak kedinginan kok." Tolak Karin, rasanya aneh jika harus duduk merapat dengan pria itu dan kini gadis itu pun tetap pada posisinya yang memberikan jarak antara mereka.
Matteo tak lagi mengeluarkan suaranya dan saat membelokkan motornya ke arah jalanan yang lumayan sepi pria itu pun langsung menaikkan laju kendaraannya hingga membuat Karin terpaksa memegang sedikit jaketnya dan tiba-tiba motor berhenti mendadak karena ada kucing yang lewat, Karin yang terkejut pun tanpa sadar langsung memeluk pinggang suaminya itu.
"Maaf aku tak sengaja, lain kali bisa berhati-hati dalam mengemudi ?" Ucapnya seraya menjauhkan tangannya dari pinggang pria itu tapi Matteo langsung menahannya.
"Dalam berkendara apapun bisa terjadi, tetaplah seperti ini itu akan lebih aman." Ucap pria itu lantas menjauhkan tangannya dan kembali menjalankan motornya.
Karin yang masih memeluk pria itu pun nampak menelan ludahnya ketika menyadari posisi mereka yang tak ada jarak apapun bahkan kini ia bisa merasakan betapa liat punggung pria yang baru beberapa jam menjadi suaminya itu dan degup jantungnya pun semakin berpacu kencang.
"Kenapa tadi tidak menginap saja di hotel dulu, besok pagi kita bisa pulang dengan taksi online ?" Tanya Karin yang mencoba memecah keheningan di antara mereka, sebelumnya ia sudah menawarkan untuk naik taksi online saja tapi entah kenapa tak ada satu pun taksi yang datang. Apalagi tiba-tiba Tuan Suarez juga menyetujui jika mereka naik motor saja, benar-benar pria tua tak berperasaan. Kenapa tidak meminjamkan sebuah mobilnya untuk mengantar mereka.
"Menginap di hotel dan menghabiskan malam pertama seperti pasangan lain ?" Sahut Matteo dan tentu saja itu membuat Karin langsung melotot.
"Tidak, lupakan. Jadi kapan kita sampai ?" Ucapnya mengalihkan pembicaraan, malam pertama? Sungguh ia belum siap untuk itu. Cita-citanya adalah menyerahkan kehormatannya untuk pria yang ia cintai di malam pertamanya bukan dengan pria asing yang tiba-tiba hadir dalam hidupnya.
Tak berapa lama motor yang mereka kendarai pun berhenti di depan sebuah rumah susun di pinggiran kota. "Ki-kita akan tinggal di sini ?" Tanya Karin seraya mengedarkan pandangannya ke sekitarnya yang terlihat sepi dan sedikit gelap.
"Ini rumah susun yang baru di bangun jadi penghuninya belum banyak, kamu tidak keberatankan? Karena hanya tempat ini yang mampu ku cicil." Sahut Matteo.
"Ten-tentu, tentu saja tidak keberatan asalkan tidak kehujanan dan kepanasan saja." Karin tak mempermasalahkannya asalkan bisa di gunakan untuk berlindung.
Matteo mengangguk kecil,lantas menarik tangan gadis itu dan membawanya memasuki area tersebut. Sepanjang jalan Karin hanya mencuri pandang ke arah genggaman tangan pria itu. Entah perasaan apa yang ia rasakan saat ini, sangat bercampur aduk hingga membuatnya tak bisa berpikir.