KEMBALI SETELAH MILYARAN TAHUN

"A-apa yang sebenarnya terjadi?"

"Sistem!"

[Ya tuan?]

"Apa kau tau apa yang sedang terjadi? Kau juga merasakannya bukan?" tanya Zane.

[Saya juga tidak tau tuan]

"Tsk, tidak berguna!" Zane menjetakkan lidahnya dan mencibir sistemnya.

[Saya benar-benar tidak tau tuan. Tapi!"

"Tapi apa?"

[Besar kemungkinan, ini semua karena aliran waktu!]

"Hmm." mendengar pernyataan itu, membuat Zane berfikir keras.

"Apa sekarang aku terjebak di aliran waktu?"

"AAHH! Terserahlah, setidaknya aku bisa membantai mereka lagi!"

Zane berjalan kedepan sampai dipintu gerbang Domain God, sekali lagi dia mengetuk pintu dengan meninjunya. Ledakan kembali terjadi, kericuhan, kepanikan, terjadi kembali.

Zane melakukan hal yang sama seperti sebelumnya, dan kali ini juga sama setelah meratakan Domain God. Ia akan dikembalikan ke tempat semula, seperti tidak terjadi apa-apa.

Dia terus melakukannya lagi dan lagi, selama ribuan tahun Zane membantai mereka sampai puas. Kebosanan kembali melanda perasaannya, rasa senang dan menggebu-gebu untuk balas dendam pun, sudah tidak ada lagi.

Dia sudah tidak berselera lagi menyiksa para dewa, raut wajahnya suram sekarang, "Hmm." Ia duduk termenung di tengah alun-alun.

Di sekitarnya terdapat banyak sekali mayat yang berserakan dimana-mana, dia sedang menunggu ke sebelas dewa yang ada di istana dan rajanya yaitu Artur.

Kesebelas dewa itu adalah petinggi di istana, mereka pada akhrinya akan mati dan tersisa lima saja, sekarang Zane sudah memecahkan rekor membantai para dewa dalam 10 menit.

Yang sebelumnya harus menakan waktu sampai bertahun-tahun lamanya untuk sampai ke alun-alun, tapi sekarang cukup 10 menit saja.

Ia menunggu dengan tenang di sana, dengan berlumuran darah di sekujur tubuhnya, "Hey ini bukan darahku! Ini darah mereka." ya benar, itu adalah darah dari para dewa di tubuhnya.

"Mereka datang kah? Lama sekali yah." Zane berdiri perlahan dari duduknya.

"Siapa kau beraninya menerobos tempat yang su-"

"Yayaya, aku sudah mendengar ribuan kali." Zane menyelanya, sambil mengorek-orek hidupnya untuk mencari harta karun.

Melihat muka Zane yang menjengkelkan itu, mereka secara bersamaan menyerangnya.

Pertarungan itu berlangsung sangat cepat, tidak sampai bertahun-tahun seperti sebelumnya, kali ini Zane menyadari satu hal.

Ketika dia di kembalikan, hanya dialah yang ingat dengan kejadian sebelumnya, tapi para dewa itu tidak seperti Zane yang ingat dengan kejadian sebelumnya.

Namun tubuh mereka mengingat rasa sakit, rasa takut, dan trauma, itu masih bisa mereka rasakan. Tapi mereka tidak bisa mengingat apa yang terjadi sampai mereka mengalami, rasa sakit, rasa takut, dan trauma itu.

Makanya Zane sudah hafal dengan apa yang akan mereka ucapkan, teknik apa saja yang akan mereka keluarkan. Walaupun tidak menghafalnya, ia sampai hafal dengan sendirinya, dan sudah muak mendengarnya.

Kembali lagi di titik dimana, sang raja Artur datang dari atas sambil meneriakkan Zane untuk berhenti, Artur kembali bertanya.

"Siapa kau? Apa alasanmu melakukan semua ini?" tanya Artur dengan marah.

"Haa, persetan!" Zane menjawabnya dengan mengacungkan jari tengahnya, yang sontak membuat amarah Artur membludak.

Karena sudah hafal dengan gerakan dan teknik Artur, kali ini Zane dengan mudah mengalahkannya.

'BUUUKKK!'

Artur terkena tinjuan Zane dan membuatnya terpental kebelakang, 'Dia benar-benar sangat kuat!' ujar Artur dalam hatinya.

"Cuih! Mari kita akhiri ini." dengan memuntahkan sedikit darah dari mulutnya, Artur mengeluarkan segala yang ia miliki untuk teknik pamungkasnya ini.

Kali ini Zane tidak menggunakan pedangnya, melainkan hanya tinjunya saja. Saat Artur melesatkan teknik pamungkasnya, Zane juga ikut melesatkan tinjunya.

Tapi di detik-detik terakhir, Zane melihat seorang wanita yang berlari ke arah Artur.

"Hah! Hiaapp."

'KABOOOMM!'

Zane terpental kebelakang terkena serangan pamungkasnya Artur, ia menarik kembali tinjunya, dari menyerang menjadi bertahan.

"Apakah sudah berakhir?" tanya Artur.

"GURUUU!"

"Jangan ke sini apa yang ka... Uhuk... Uhuk!" Artur terjatuh ke tanah, ia memuntahkan darah dari mulutnya.

"Guru!" melihatnya berdarah dan terluka, wanita itu sangat khawatir.

"Aku tidak apa-apa! Tenanglah." Artur mengangkat satu lengannya memberi isyarat, bahwa dia baik-baik saja.

Di antara puing-puing bangunan, 'KABOOM!' Zane berdiri kembali, dia tampak tidak terluka sedikitpun.

"Ketemu juga kau!"

Bersambung....