Terlahir dari orang tua yang membenci dirinya sejak kecil, Embun Sanubari tumbuh menjadi laki-laki yang pendiam. Di balik sifat lembut dan wajah tampannya, tersimpan begitu banyak rasa sakit di hatinya.
Ia tak pernah bisa mengambil pilihannya sendiri sepanjang hidup lantaran belenggu sang ayah. Hingga saat ia memasuki usia dewasa, sang ayah menjodohkannya dengan gadis yang tak pernah ia temui sebelumnya.
Ia tak akan pernah menyangka bahwa Rembulan Saraswati Sanasesa, istrinya yang angkuh dan misterius itu akan memberikan begitu banyak kejutan di sepanjang hidupnya. Embun Sanubari yang sebelumnya menjalani hidup layaknya boneka, mulai merasakan gelenyar perasaan aneh yang dinamakan cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dzataasabrn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Party!
"Pesta apalagi itu?" Saras menelengkan kepalanya, menjepit ponselnya dengan pipi dan bahu agar tidak terjatuh sementara kedua tangannya sibuk mengetik anggun di laptop berwarna silver yang ada di pangkuannya.
"Itu pestanya Ramon Adonio! Semua anak orang kaya di seluruh negeri ini pasti ada di sana. Ayolah, sekali ini saja kau harus ikut.."
Saras menghentikan gerak tangannya. Ia nampak berpikir sejenak sebelum kembali mengetik di laptopnya, "Ada banyak tugas yang harus aku kerjakan. Kurasa aku tidak akan ikut."
"Duh, sekali ini saja. Kau bisa langsung pulang kalau tidak suka. Lagipula sudah lama sejak terakhir kali kita datang ke pesta bersama. Ya?"
Saras menghela napas pelan, "Huh, baiklah kalau begitu." ujarnya pada akhirnya.
Di balik telepon itu, terdengar suara pekikan girang dari Dania. Saras paham betul bahwa sekeras apapun ia menolak, Dania pasti akan terus mendesak agar ia ikut. Daripada ia harus membuang-buang tenaga untuk berargumen dengan sahabatnya itu, Saras memutuskan untuk turut menghadiri pesta itu bersama teman-temannya.
Saras tidak mengingat kapan terakhir kali ia menghadiri sebuah pesta remaja. Ia hanya ingat pernah datang sekali bersama Dany dan berujung membuatnya nyaris disiksa semalaman oleh sang ayah lantaran ia tidak pulang hingga pagi. Ayahnya berpikir Saras melakukan hal-hal yang tidak-tidak dengan Dany. Hal itu membuatnya dikurung selama tiga hari tanpa makan dan minum sama sekali hingga ia pingsan karena lemas dan dehidrasi.
Jika dipikirkan lagi, sejujurnya Saras tidak terlalu menyukai pesta anak muda seperti yang akan ia hadiri ini. Pesta di kalangan anak pebisnis dan milyader selalu terkenal dengan keliaran dan kebebasannya, hal itu sangat bertolak belakang dengan karakter Saras sehingga seringkali membuatnya merasa tidak nyaman.
Meski begitu, ia memutuskan untuk mencoba hadir demi menikmati waktu dengan teman-temannya dan menghargai mereka. Lagipula, selama ini ia benar-benar tak pernah ikut saat teman-temannya itu pergi clubbing atau berpesta.
Usai menutup panggilannya dengan Dania, Saras kembali mengerjakan tugas kuliahnya. Beberapa waktu ini ia benar-benar disibukkan dengan Ujian Tengah Semester yang sangat menyita waktu dan pikirannya.
Hal yang sama juga dialami Sanu. Di bulan ketiga pernikahan mereka ini, keduanya benar-benar sama seperti biasanya. Tak ada perkembangan berarti dalam hubungan mereka usai Saras sakit kala itu. Saras kembali menunjukkan sikap dinginnya terhadap Sanu di mana hal itu membuat Sanu pun kembali menjaga jarak. Ia tak ingin membuat Saras tidak nyaman atau kesal apabila ia terus mencoba mendekat pada istrinya itu.
Di sisi lain, Saras justru memiliki pemikiran berbeda. Usai Sanu merawatnya dengan sepenuh hati saat ia sakit, Saras berharap Sanu akan kembali menunjukkan usaha terbaiknya untuk mendekati dan meluluhkan hatinya. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Sanu terasa kian menjauh dari Saras usai gadis itu sembuh. Hal itu membuat Saras kembali terheran dan tenggelam dalam pikiran buruknya terhadap Sanu.
Setiap harinya mereka bertemu dan bahkan tidur di ranjang yang sama, tetapi tidak ada satupun dari mereka yang berusaha berbicara terhadap satu sama lain. Mereka selalu menonton TV dalam diam hampir setiap hari. Kini, hal itu seperti telah menjadi kegiatan favorit mereka berdua. Meski keduanya hanya duduk berjauhan dalam diam dan sibuk dengan pikiran serta urusan masing-masing, mereka merasa hal itu adalah hal yang penting.
Sanu selalu menyegerakan pulang dari kampus lantaran ingin menghabiskan waktunya di rumah bersama Saras. Tak jauh berbeda dengan suaminya, Saras pun sama. Meski dirinya mulai disibukkan dengan pemotretan dan endorse produk lantaran ia dikontrak oleh beberapa brand dan menghabiskan banyak waktunya di luar rumah, Saras selalu ingin mengakhiri semua kegiatannya dengan cepat dan segera pulang untuk bertemu Sanu dan duduk di depan televisi bersamanya.
Tanpa sadar, keduanya sama-sama mendapatkan ketenangan hanya dengan duduk bersama di depan TV tanpa berkata-kata. Hal itu sudah cukup bagi Sanu dan Saras untuk mengembalikan semangat dan mood mereka.
Menyusul ajakan party dari Dania, Saras menghabiskan waktunya di ruang kerja untuk mengerjakan tugas-tugas kampusnya hingga sore. Seharian itu, Saras tidak melihat Sanu di apartement. Akhir-akhir ini Sanu memang cukup sering bepergian keluar rumah bahkan saat dirinya sedang tidak ada kelas. Hal itu membuat Saras sedikit penasaran, ia merasa ingin tahu apa yang sedang dilakukan Sanu akhir-akhir ini. Namun, ia terlalu gengsi untuk bertanya. Alhasil ia hanya bisa menunggu Sanu pulang dan menebak-nebak apa kegiatannya. Meski begitu, Saras berusaha untuk tidak terlalu ambil pusing karena hanya dengan melihat sosoknya saja mampu membuat Saras merasa tenang.
Usai merapikan barang-barangnya, Saras mulai bersiap-siap untuk menghadiri pesta Ramon sebagaimana dikatakan Dania sebelumnya. Setelah menimbang-nimbang pakaian apa yang harus ia kenakan, Saras memutuskan memakai dress mini berwarna hitam yang mengekspos punggung dan bahu mulusnya.
cr : pinterest
Ia bersiap-siap selama kurang lebih satu jam setengah. Ia sengaja memperlambat gerakannya, berharap Sanu pulang sebelum ia berangkat. Ia setidaknya ingin mengatakan kepada Sanu bahwa ia akan pergi ke pesta. Saras khawatir ia tidak akan pulang hingga pagi dan ia takut Sanu akan mengkhawatirkannya.
Namun, Sanu tak kunjung kembali. Setelah satu jam setengah itu, Saras memutuskan berangkat ke party dengan setengah hati. Sejujurnya jika bukan karena paksaan teman-temannya, ia jauh lebih memilih duduk di rumah dan menonton televisi bersama Sanu seperti biasanya.
Saras menyambar sebuah blazer berwarna hitam dan memakai blazer tersebut dengan anggun sebelum meninggalkan apartement mereka.
---
Saras berjalan memasuki rumah mega Ramon dengan hati-hati. Sorot lampu berwarna-warni nampak terlihat mencolok dari luar rumah megah itu. Semakin Saras masuk ke dalam, ia semakin bisa mendengar suara DJ yang sedang memainkan musik upbeat serta muda-mudi yang berjingkrak-jingkrak mendengar musik itu.
Di pelataran rumah Ramon, banyak muda-mudi yang saling berciuman di segala penjuru rumah. Saras bahkan menangkap dua orang yang sedang make out di kolam renang. Keduanya nampak saling menyambar mulut masing-masing sambil menggesekkan pinggul mereka. Saras bergidik melihatnya. Seperti tidak ada tempat lain saja untuk melakukan hal seperti itu.
Sesaat setelah Saras memasuki rumah megah itu, ia dapat melihat teman-temannya di salah satu meja. Teman-temannya nampak asyik menenggak segelas anggur dan saling melempar tawa. Baru tiga langkah ia berjalan, seseorang menyambar tangan Saras, memutar tubuhnya dan memeluk erat pinggangnya.
Sosok itu mengecap dan melumat bibirnya dengan rakus hingga membuat Saras tersentak. Ia benar-benar terkejut dan nyaris memekik saat pria itu menyesap lehernya. Saras mendorong tubuh pria itu dan betapa terkejutnya ia bahwa laki-laki itu adalah Dany.
Di balik rasa terkejut dan kesalnya, Saras memaksakan diri untuk tersenyum simpul, rasa kesalnya sedikit berkurang lantatan ia sudah sangat lama tidak bertemu Dany. Ia memeluk mantan kekasihnya itu sekali lagi. Menghirup aroma Dany yang terdiri dari percampuran bau alcohol, rokok, dan juga keringat. Sesuatu yang sangat khas dari dirinya. Dari aromanya, sepertinya kali ini Dany sudah tidak mandi selama dua hari, pikir Saras.
"Dari mana saja kau?" Saras melepas pelukan mereka dan menarik diri.
Dany menggerakkan tubuhnya seirama musik, tersenyum nakal ke arah Saras, "Tour basket bersama timku. Apakah kau merindukanku, sayang?" Dany kembali mengecup bibir Saras dengan cepat sebelum gadis itu kembali kesal.
"Sedikit. Dan juga, sudah kuingatkan padamu jangan menciumku seperti itu lagi Dany," ujar Saras, sedikit meninggikan suaranya agar terdengar oleh Dany lantaran suara musik DJ yang mengalun benar-benar memekakan telinga.
"Hahaha ya baiklah. Kukira kau merindukanku sekaligus ciumanku." ujar Dany dengan nada nakal.
Saras memutar bola matanya saat maniknya bertemu dengan teman-temannya yang terlihat memanggil dirinya dari tempat mereka duduk. Saras mengangguk ke arah teman-temannya seraya mengulas senyum, "Kurasa aku harus pergi," ujar Saras kepada Dany.
Dany tersenyum dan melayangkan pelukan sekali lagi, menghirup wangi tubuh Saras yang amat harum dan dirindukannya, lantas melepaskan gadis itu untuk menemui teman-temannya.
Mari kita lihat Saras, apakah malam ini kamu masih akan menolakku? batin Dany, mengulas senyum yang amat misterius sebelum berjalan pergi ke arah berlawanan.