Rena Agnesia merasa sial saat tertimpa musibah, namun takdir itu mengantarkannya bertemu Jojo Ariando, pangeran tampan yang membuat hatinya meleleh.
Rena menjalin cinta jarak jauh dengan Jojo, seorang pria tampan nan dingin yang dikelilingi banyak wanita karena talentanya dalam pengobatan herbal.
Akankah mereka bersatu setelah konflik yang terus menghalangi cinta mereka? Mampukah Jojo memantapkan pilihan hati ke sosok Rena Agnesia di saat seorang rival berat hadir membayangi?
Saksikan romansa mereka hingga puncak manis yang didamba setiap insan di dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mardi Raharjo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. Kehadiran Nina
"Genit banget sih! Jangan-jangan sundel!", gumam Rena yang kesal melihat Jojo didekati perempuan yang nampak seksi dan sok kenal.
"Ini ngga bisa dibiarin!", lirih Rena seraya bangkit dan mendekati Jojo, menggeser posisi Nina.
"Maaf ya mbak, kalau mau reuni jangan di sini. Kami ke sini mau makan. Permisi!", ujar Rena sembari menarik lengan Jojo. Ia tak peduli pendapat Jojo dan langsung merangkul mesra lengannya, menunjukkan sikap posesifnya.
"Nah, duduk di sini, di sampingku. Biar kujaga dari kupu-kupu yang mencoba menghisap madumu!", ujar Rena yang mendorong Jojo agar duduk disampingnya, bukan berhadapan seperti biasanya.
Nina hanya mengerutkan kening, melihat bagaimana Rena menarik Jojo ke sisinya. Seakan tak menyerah, Nina duduk di depan mereka berdua dan menatap Rena.
"Apa?", tantang Rena siap bentrok dengan siapapun yang mau merebut kekasihnya.
"Sabar-sabar", bisik Jojo yang merasa malu dilihat pengunjung lain di warung yang selalu ramai hampir setiap waktu.
"Apanya yang sabar. Sudah diam dulu Jo", ucap Rena, tak lagi menyebut dear di saat seperti ini.
"Kamu siapanya Jojo? Istrinya?", heran Nina dengan sikap posesif Rena.
"Calon istrinya. Nih!", ujar Rena sembari menunjukkan cincin perak yang baru saja diberikan Jojo.
"Emph, masih calon sudah banyak gaya. Posesif banget!", cibir Nina.
"Memangnya kamu siapanya? Mantan?", balas Rena yang geram. Dia ingin sekali menjambak rambut panjang Nina yang sok cantik ini.
"Bukan sih, cuma pernah dekat saja. Yah, siapa tahu Jojo mau berpindah ke lain hati. Jangan marah ya, itu kan hak Jojo untuk memilih istri yang lebih tinggi daripada kamu", ejek Nina yang mencapai 165cm, dibanding Rena yang hanya 158cm.
"Brengsek!", umpat Rena yang meraih asbak dan hendak menggampar wajah Nina karena ejekannya.
"Eh sabar Ay, sabar", ucap Jojo yang sigap merebut asbak besi itu. Tentu ia takut Rena akan masuk penjara hanya gara-gara masalah sepele berujung pasal penganiayaan.
"Iih, ngapain sih Jo? Kamu belain dia?", Rena benar-benar emosi melihat Nina yang terlihat lebih cantik, modis, dan tinggi dibanding dirinya. Bahkan Jojo seolah melindungi Nina daripada membelanya.
"Sabar, sabar. Yuk kuantar pulang. Makanannya dibungkus saja ya", ujar Jojo mencoba terus menenangkan Rena. Nampak pengunjung warung telah berkerumun menonton perdebatan seru itu.
Terpaksa, Jojo menggandeng tangan Rena. Ia masih mengenakan sarung tangan yang belum sempat ia lepas.
"Ye, nenek lampir pemarah! Ngaku aja kalau kalah!", Nina masih terus mengompori Rena.
Sontak Rena yang kini posisi berdiri di dekat Nina melayangkan tendangan tinggi, menyasar kepala Nina.
"Jangan!", Jojo sigap menahan serangan itu dan bergegas menarik Rena, keluar warung setelah membayar makanan yang mereka bawa.
"Ayo, naik Ay, abaikan dia, abaikan saja", ujar Jojo masih dengan tenang agar Rena tidak semakin emosi dan malah menjadi tontonan menyenangkan bagi orang lain.
"Huu, dasar preman, bisanya main kasar!", ejek Nina saat Rena sudah duduk di boncengan.
Jojo terpaksa menahan tangan Rena, melingkarkan agar memeluk pinggangnya dari belakang dan segera melajukan motor. Ia khawatir Rena akan memaksa turun dan menghajar Nina sampai kritis.
Rena adalah atlet taekwondo yang berbakat. Ia pernah menyabet piala provinsi kala itu. Namun, atas permintaan bu Sri, Rena pun berhenti bertanding.
Tak lama, Jojo menghentikan motornya ke taman kota.
"Yuk, kita makan di sini saja", ajak Jojo yang sudah turun dari sepeda motor bersama Rena. Nampak gadis itu hanya diam, memalingkan wajah dari Jojo dan melipat kedua tangan di dada.
"Ayo ke sana. Tempatnya rindang dan sejuk", Jojo masih sabar menenangkan emosi Rena meski tak lagi menggandeng tangannya.