Tetesan-tetesan air hujan meninggalkan jejak basah kilau bening di pucuk-pucuk daun mahoni ditambah semburat cahaya mentari yang mulai meredup bak permata.... indah itulah dipengelihatanku.
Kumengadah ke atas kelabu itu sudah beranjak pergi berganti cahaya kemerahan di sana....kuhirup perlahan aromanya sambil memejamkan mata masih terasa segar....
Ku buka mata....masa itu... kenapa tiba-tiba menyergap ku....kuraba hatiku....masa yang selalu menghantui hidupku....apakah jejak kelabu dihatiku kan berganti ataupun sudah terkikis? kata hatiku berkata....aku rindu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lili, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 6 Tahun Kemudian: Waktu Tak Terasa Berlalu
...•...
...•...
...•...
...~Selamat Membaca~...
...°°...
Masih sepi lenggang saat ku melewati gerbang dengan gapura disisinya berwarna senada coklat yang terbuka berukuran lumayan besar dan lebar itu kita-kira dapat dilewati 2 mobil sekaligus tinggi gerbang seukuran orang dewasa.
Di sisi kiri pojok gerbang terdapat pos berukuran tiga kali tiga meter dan kulihat Pak Dadang sudah stand by di sana.
Terlihat Beliau sedang menelepon dan menoleh ke arahku karena mendengar laju suara motor. Kuanggukan kepalaku yang menggunakkan helm dan kubuka kaca helmku tersenyum menyapa Beliau.
"Assalamualaikum selamat pagi Pak Dadang." sapaku sambil memasuki kawasan kerjaku.
"Waalaikumsalam selamat pagi Bu Lin." sapa Beliau.
Lalu kulajukan sepeda motorku pelan, Beliau adalah satpam di tempatku bekerja. Kulirik jam di pergelangan tanganku masih pukul 6 kurang lima belas menit....pantas terlihat sepi batinku, karena di sini masuk pukul 7 dan setengah 7 biasanya anak-anak mulai berdatangan.
Aku di sini sudah lama bekerja tak terasa aku masih 6 tahun aku bekerja. Jarak rumah dengan tempatku bekerja 5 km, lumanyan dekat. Aku sebagai salah satu tenaga pendidik di sini. Bisa dibilang guru honorer. Ya tempatku bekerja adalah sekolah lebih tepatnya sekolah dasar.
Sekolah ini masih sekolah tergolong muda, 20 tahun yang lalu didirikan dibanding yang sekolah lain yang disekitarnya yang telah didirikan puluhan tahun yang lalu, meskipun masih tergolong baru, anak-anak yang menimba ilmu semua di sini tergolong banyak sekitar 500 anak, dari kelas 1 sampai kelas 6. Lumayan banyak bukan?
Kuakui kualitas dan kuantitas sekolah di sini lebih unggul dari sekolah lain di sekitar daerah tersebut.
Setelah memarkirkan sepeda motorku ketempat parkir, ku berjalan santai menuju kantor, terlihat sesosok yang kukenal sedang mengurus tanaman hias dan membersihkan sekitar tanaman tersebut, aku berjalan mendekati dan berhenti di samping Beliau.
"Assalamualaikum, selamat pagi Pak Udin"ku sapa Beliau sambil menunduk dan tersenyum.
Di sini ada 6 pekerja sebagai bersih-bersih di tempat ini dan Beliau adalah salah satunya. Nama Beliau Pak Udin. Kira-kira umur Beliau sudah setengah abad atau mungkin sudah lebih.
Diumur yang mulai senja Beliau masih bekerja. Beliau memiliki perawakan kecil tapi masih tegap, Beliau orang yang ramah, suka guyon, dan mudah bergaul. Beliau lebih supel dibanding diriku yang pendiam.
"Waalaikumsalam, eh Bu Lin tak kira siapa masih pagi sudah datang Bu" kata Pak Udin menyapa ramah tapi tangan beliau masih tetap bergerak mengurus tanaman hias itu.
Kutengok kanan-kiri ya masih sepi sekali mungkin Beliau melihatku.
"Masih belum ada yang datang Bu, guru-gurunya dan anak-anak, Bu Liana yang pertama datang" Kata Pak Udin seperti bisa membaca pikiranku.
Agak tersentak kaget lalu aku menjawab.
"Eh...Bukan saya yang pertama datang mungkin Bapak, kan Pak Udin sudah mengurus tanaman" kataku sambil tersenyum.
"Eh bukan, Bu Nar yang pertama tadi, Bapak mah jarang yang pertama datang "kata Beliau, Bu Nar juga merupakan salah satu pekerja seperti Pak Udin
"Masih pagi sudah datang Bu?"tanya Beliau lagi.
"Iya, Pak saya mau ngeprint tugas anak-anak nanti, makanya saya datang pagi"jawabku.
"Oh gitu"kata Beliau
Biasanya aku ngeprint di rumah tapi berhubung di rumah printernya sedang rusak ya akhirnya mengeprint di sekolah.
"Iya Pak, Pak kantor sudah dibuka?"kataku lagi.
"Sudah Bu....tadi kantor dan kelas sama Pak Dadang sudah dibuka." kata Beliau.
Pak Dadang adalah penjaga di sini yang tadi berada di pos.
"Lha gitu saya ke kantor dulu ya Pak, Mari Pak Udin." kataku.
"Mari Bu"kata Beliau
Sesampainyaku di kantor aku meletakkan tasku dan mengambil sebuah flashdisk berwarna putih yang kuletakkan di kotak pensilku lalu berjalan menuju komputer untuk membuka data lalu mulai mengeprint, sambil menunggu printnya selesai aku keluar dari kantor. Anak-anak maupun teman kerjaku mulai berdatangan.
Aku berjalan perlahan menyusuri lorong-lorong kelas hingga beberapa saat aku berhenti ku lihat dari sini seorang anak, ya anak didik sekolah di sini sedang berjalan pelan sambil menunduk lalu saat matanya menangkap keberadaanku dia tersenyum lebar hingga matanya sipit setengah berlari sambil tangannya diangkat seperti dada-dada menuju ke arahku.
"Bu Lin....." katanya menyapa dengan napas terengah-engah.
"Salam dulu" kataku ketika dia sudah berada di dekatku.
"Assalamualaikum, selamat pagi Bu Lianaku." katanya cengengesan
"Waalaikumsalam, selamat pagi juga Dani." kataku.
Ya namanya Dani lebih tepatnya Daniel Arifiansyah.
Dia salah satu murid di sekolah ini. Perawakan yang bongsor kira-kira tinggi 175cm, tidak banyak mengira bahwa dia masih kelas 6, salah satunya diriku yang terkecoh dan awal jumpa bertemu dengan Dani salah satu murid yang dekat denganku.
Padahal dia anak yang terkesan dingin dan pendiam dengan orang lain baik dengan guru dan teman-temannya tapi tidak tahu mengapa denganku dia menunjukkan sisi kekanak-kanakannya.
Aku jadi teringat ketika awal aku bertemu dengan si Dani ini.
Flashback
Hari ini genap 17 hari ku hitung semenjak usai wisuda kelulusan di kampusku dan terhitung aku sudah 9 hari mulai bekerja di sekolah ini.
Apalagi di tempat yang baru ini. Kamu baru pindah dan tidak tahu akankan menetap sementara atau selamanya.
Setelah wisuda aku mencoba mencari pekerjaan yang sesuai dengan jurusan waktu aku kuliah dan alhamdulilahnya aku di terima dan menjadi bagian warga sekolah ini. Untuk itu karena masih proses perjajakan aku suka datang lebih pagi untuk mempersiapkan agenda di kelas dan ini nanti adalah perdana aku mengajar di kelas dengan sebelumnya aku melakukan observasi di kelas.
Ruang kelas sudah tertata dengan rapi dan materi untuk hari ini sudah aku siapkan juga. Masih ada sisa waktu 15 menit untuk anak-anak datang ke ke kelas. Aku duduk di kursi guru yang terdapat di pojok depan kelas. Aku menengok ke arah jendela rintik-rintik air sudah mulai surut. Suasana ini terasa dejavu.
Kadang jika masih teringat waktu itu aku masih merasa....., perasaan apa ini apakah rasa penyesalan, rasa kesedihan, atau perasaan lain aku tak tak tahu. Perasaan yang sulit aku jabarkan dengan kata-kata. Perasaan yang aku baru kuketahui namanya ketika waktu diujung perpisahan. andai jika aku lebih bersabar untuk menunggu waktu itu atau tidak seandainya aku memiliki keberanian untuk mengungkapkan perasaan ini kepadanya. Aku hanya ingin mengutarakan rasaku kepadanya. Entah dia memiliki rasa yang sama atau tidak, itu diluar kuasaku.
Tiba-tiba aku tersentak merasa ada sentuhan kecil yang dingin di lenganku.
"Assalamualaikum Bu. Bu Lin Bu guru baru, perkenalkan namaku Dani" kata satu murid di kelasku yang sudah datang dan meraih tanganku untuk salim.
"Waalaikumsalam Dani" kataku mencoba tersenyum kepadanya setelah kumenyapu genangan air itu dimataku.
Tatapannya masih tertuju kepadaku dan aku merasa tidak nyaman dengan tatapan itu.
"Bu Lin tidak apa-apa?"katanya
"Tidak apa-apa, lho tidak pakai payung atau jas hujan Dani, lihat baju dan rambutmu itu basah" kataku lagi setelah menguasai keadaan dan mengalihkan pembicaraan karena malu karena ketahuan aku bersedih di depan muridku.
Seperti mengerti aku mengalihkan pembicaraan. Tatapannya berganti seperti biasanya tidak seperti tadi.
"Sengaja Bu, hehehe" katanya lagi.
"Lain kali tidak seperti itu ya, nanti sakit" kataku.
"Insyaallah Bu, ini terakhir"katanya.
Setelah meletakkan tasnya di tempat duduknya, dia menghampiriku lagi.
"Bu, aku tidak tahu alasan Bu Lin bersedih, tidak apa-apa lho bersedih itu manusiawi kok tapi jangan lama-lama sedihnya sebentar aja ya..., nanti cantiknya berkurang dan aku harap Ibu Lin dijauhkan dari hal-hal yang sedih" katanya
"Terimakasih Dani, Bu Lin sudah tidak sedih lagi karena Dani" kataku sambil tersenyum meyakinkan.
Mendengar itu dia tersenyum cerah dan aku merasa lega seharusnya hal-hal itu tadi jangan sampai kecolongan lagi batinku.
"ngomong-ngomong Bu, itu tadi jangan malu Bu kan hanya aku yang tahu" katanya tersenyum jahil kepadaku dan aku tersenyum simpul.
Suara bel pertama tanda aktivitas pembelajaran di sekolah telah dimulai, mengakhiri ingatanku ketika awal bertemu dengan Dani.
"Ayo Dani, segera masuk kelasmu, Bu Isna sudah siap-siap itu" kataku.
"Iya Bu, jadi ingin balik kelas sama Bu Lin lagi" katanya
"Maaf tidak boleh seperti itu, Bu Lin juga sama Bu Isna sama saja kan sudah naik kelas juga Dani, sudah buruan masuk, semangat belajar ya" kataku lagi.
"Iya Bu maaf, iya ini jadi semangat 45 kalau disemangati sama Bu Lin, saya masuk kelas dulu ya Bu, assalamualaikum" katanya.
"Waalaikumsalam Dani" kataku.
Aku segera pergi ke kantor untuk mengambil printku tadi untuk kegiatan belajar mengajar di kelasku.
Selamat membaca ya untuk para pembaca yang berkenan membaca cerita ini, ini cerita pertama yang aku coba share di sini. Terimakasih😊🙏
Bukan karena cepat puas. Justru karena tujuanku besar yah aku belajar menikmati apa yg aku punya hari ini sambil berjuang untuk mimpi-mimpi berikutnya.
Rasa cukup ini yang bikin hati semakin luas.
I have everything I need to be happy right now. Walau belum sesukses orang lain, tapi cukup kok.
Bukan karena cepat puas. Justru karena tujuanku besar yah aku belajar menikmati apa yg aku punya hari ini sambil berjuang untuk mimpi-mimpi berikutnya.
Rasa cukup ini yang bikin hati semakin luas.