Cerita ini Mengisahkan Seorang Guru Fisika Bernama Yayan, dan Guru Kimia bernama Ribca Yang Berjodoh karena Dijodohkan oleh Siswa-siswi di sekolah tempat mereka mengajar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon All Yovaldi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 16: Langkah Awal Menuju Cita
---
Pagi di SMAN 5 Buntok terasa lebih bersemangat setelah acara perpisahan Dika yang mengesankan. Para siswa kembali berkumpul di kelas XI MIPA, membahas rencana masa depan mereka setelah melewati perpisahan yang mengharukan itu. Di tengah diskusi, Jovan merasa terpacu untuk menuliskan kisah yang terinspirasi oleh pertemanan dan cinta di sekolah.
“Teman-teman, kita harus merencanakan sesuatu untuk mengisi waktu luang kita sebelum ujian akhir,” kata Alsa, memulai pertemuan.
“Setuju! Kita bisa memanfaatkan waktu ini untuk belajar bersama,” tambah Sapina.
Yovaldi, yang biasanya pendiam, tiba-tiba angkat bicara. “Bagaimana kalau kita adakan sesi belajar di rumah Jovan? Dia punya banyak buku dan tempat yang nyaman.”
Jovan terkejut mendengar nama rumahnya disebut. “Oh, iya! Tentu saja, aku bisa menyiapkan makanan dan minuman untuk kita semua.”
“Bagus, Jovan! Kita bisa belajar sambil bersenang-senang,” kata Alsa, antusias.
Sejak Dika pindah, suasana di kelas menjadi lebih akrab. Masing-masing siswa merasa lebih terbuka satu sama lain. Rencana belajar bersama pun disepakati, dan mereka mulai berdiskusi tentang materi yang perlu dipersiapkan untuk ujian.
Ketika hari belajar tiba, suasana di rumah Jovan penuh dengan tawa dan keceriaan. Dia menyiapkan camilan dan minuman untuk teman-temannya. Mereka duduk melingkar di ruang tamu, buku-buku terbuka di depan mereka.
“Yuk, kita mulai dengan materi matematika! Banyak rumus yang harus kita kuasai,” kata Sapina sambil membuka buku catatannya.
Kegiatan belajar berjalan lancar. Mereka saling bertanya dan membantu satu sama lain. Jovan merasa senang melihat teman-temannya begitu bersemangat. Dia juga tidak mau kalah, berusaha menjelaskan beberapa konsep yang mungkin sulit bagi mereka.
“Jovan, kau pandai sekali menjelaskan! Seharusnya kau jadi guru!” puji Alsa, membuat Jovan tersenyum.
Setelah beberapa jam belajar, mereka memutuskan untuk istirahat sejenak. Sapina menggoda Yovaldi, “Ayo, Yovaldi, tunjukkan talentomu menyanyi!”
Yovaldi, yang dikenal pendiam, terlihat ragu. Namun, setelah dorongan dari teman-temannya, dia pun mengambil gitar yang ada di sudut ruangan. Dengan suara pelan, dia mulai menyanyikan lagu yang akrab di telinga mereka. Suara Yovaldi yang merdu membuat semua orang terpesona.
“Wow, Yovaldi! Suaramu bagus sekali!” seru Sapina.
“Berikutnya, kita harus adakan konser di sekolah!” kata Alsa dengan semangat.
Selesai bernyanyi, mereka kembali belajar. Kali ini, Jovan merasakan ketegangan yang berbeda. Dia mengamati Bu Ribca dan Pak Yayan yang tengah berada di ruang guru. Mereka terlihat lebih dekat dari sebelumnya, berbincang dan tertawa. Jovan menyadari bahwa cinta di antara mereka tumbuh semakin kuat.
Malam itu, saat semua teman-temannya pulang, Jovan berinisiatif untuk menulis cerita tentang hubungan antara guru dan murid. Dia merasa bahwa kisah cinta yang ada di sekelilingnya patut diceritakan. Dengan semangat yang membara, dia duduk di meja belajarnya, mengeluarkan buku catatan dan pulpen.
“Setiap cinta memiliki ceritanya masing-masing,” gumamnya, mulai menulis.
Keesokan harinya, Jovan kembali ke sekolah dengan semangat. Dia membawa cerita yang ditulisnya semalaman untuk dibaca oleh teman-temannya. Namun, saat dia sampai di kelas, dia melihat Pak Yayan dan Bu Ribca sedang berdiskusi di luar kelas. Mereka tampak serius, tetapi wajah mereka terlihat cerah.
“Selamat pagi, Pak Yayan, Bu Ribca!” sapa Jovan, menghampiri mereka.
“Selamat pagi, Jovan! Ada yang bisa kami bantu?” tanya Pak Yayan.
“Tidak, Pak. Saya hanya ingin menunjukkan beberapa tulisan saya,” jawab Jovan sambil mengeluarkan buku catatannya.
Bu Ribca mengangguk dengan minat. “Tentu, Jovan. Kami senang melihat karya-karyamu.”
Jovan membacakan ceritanya dengan percaya diri. Saat dia bercerita tentang pertemanan, cinta, dan perjuangan para siswa, Pak Yayan dan Bu Ribca saling melirik dengan senyum. Jovan merasakan kedekatan di antara mereka.
“Cerita ini sangat menarik, Jovan. Kamu memiliki bakat yang luar biasa,” puji Bu Ribca.
“Ya, teruskan menulis! Suatu saat, kamu bisa menerbitkan buku,” tambah Pak Yayan, memberikan dorongan kepada Jovan.
Jovan merasa bangga dan bersemangat setelah mendapatkan pujian. Dia bertekad untuk terus menulis dan berbagi kisah-kisah inspiratif yang dia temui di sekitar.
Selama beberapa minggu ke depan, Jovan semakin aktif menulis dan berbagi cerita dengan teman-temannya. Setiap kali mereka belajar bersama, dia akan membacakan satu bagian dari tulisannya. Para siswa sangat menikmati cerita itu, dan mereka merasa terhubung dengan apa yang Jovan sampaikan.
Suatu sore, saat mereka sedang belajar, Alsa mengatakan, “Jovan, sepertinya kita harus mengadakan pertunjukan seni di sekolah! Kita bisa menampilkan bakat kita dan mengajak Pak Yayan serta Bu Ribca untuk menilai.”
Sapina setuju, “Itu ide bagus! Kita bisa menampilkan musik, puisi, dan juga cerita yang ditulis oleh Jovan!”
Yovaldi menambahkan, “Kita juga bisa mengundang siswa-siswa dari kelas lain untuk berpartisipasi.”
Jovan merasa senang melihat ide-ide mereka berkembang. “Baiklah! Mari kita mulai merencanakannya. Kita bisa adakan pertunjukan setelah ujian akhir.”
Mereka pun mulai membagi tugas untuk mempersiapkan pertunjukan seni itu. Alsa bertanggung jawab atas promosi, Sapina mengatur acara, Yovaldi akan menyiapkan pertunjukan musik, dan Jovan bertugas menyiapkan cerita yang akan dibacakan.
Semakin dekat dengan hari pertunjukan, suasana di kelas menjadi lebih ceria. Setiap kali mereka bertemu, mereka tidak hanya belajar, tetapi juga berdiskusi tentang pertunjukan yang akan datang. Jovan merasa bersyukur atas persahabatan yang telah terjalin dan semangat yang membara di antara mereka.
Di tengah semua persiapan itu, Jovan tidak bisa mengabaikan ketertarikan yang semakin tumbuh antara Pak Yayan dan Bu Ribca. Setiap kali mereka berinteraksi, ada sinar di mata mereka yang membuat Jovan merasa terinspirasi. Cinta mereka adalah contoh nyata bahwa hubungan bisa tumbuh dengan indah, meskipun ada tantangan yang harus dihadapi.
Pada hari pertunjukan, aula sekolah dipenuhi dengan siswa-siswa yang antusias. Semua orang menunggu dengan sabar, dan Jovan merasakan degup jantungnya semakin cepat. Dia berusaha untuk tetap tenang, meskipun perasaannya campur aduk antara kegembiraan dan sedikit rasa gugup.
Alsa membuka acara dengan sambutan hangat. “Selamat datang di Pertunjukan Seni Kelas XI MIPA! Kami berharap kalian semua menikmati penampilan yang telah kami siapkan.”
Siswa-siswa satu per satu tampil di panggung. Yovaldi memukau penonton dengan permainan gitarnya, sementara Sapina dan beberapa teman lain menampilkan tarian yang penuh energi. Jovan merasa bangga melihat teman-temannya berani menunjukkan bakat mereka.
Ketika tiba gilirannya, Jovan melangkah maju ke panggung dengan buku catatan di tangan. Semua mata tertuju padanya. Dia mengambil napas dalam-dalam, merasakan kehangatan dukungan dari teman-temannya. “Selamat sore semuanya. Saya ingin membacakan cerita yang terinspirasi dari pengalaman kita di sekolah ini. Semoga bisa menyentuh hati kalian,” ucapnya.
Dengan suara yang mantap, Jovan mulai membacakan ceritanya. Dia menceritakan tentang persahabatan, perjuangan, dan cinta yang tumbuh di antara mereka. Setiap kata yang dia ucapkan membawa penonton dalam perjalanan emosional. Jovan merasakan ketegangan dan kebahagiaan dalam satu waktu.
Ketika dia selesai, suara tepuk tangan menggema di seluruh aula. Jovan tersenyum lebar, merasakan rasa syukur atas momen itu. Pak Yayan dan Bu Ribca terlihat bangga, memberi acungan jempol sebagai bentuk dukungan.
Setelah acara selesai, suasana semakin hangat. Siswa-siswa berkumpul untuk merayakan kesuksesan pertunjukan. Mereka berbagi cerita, tawa, dan kebahagiaan, merasakan ikatan yang semakin kuat di antara mereka.
Jovan menatap Bu Ribca dan Pak Yayan, yang berbincang-bincang di sudut ruangan. Dia merasa bahwa cinta yang mereka miliki adalah sesuatu yang indah. Dalam hatinya, dia berdoa agar mereka selalu bahagia.
...*---------------Happy reading-------------*...
Next ....
btw.. semngat ya kak author nya/Chuckle/