menceritakan tentang seorang Gus/ anak kyai yang bernama Zhafran, yang memberikan janji pada seorang wanita bernama Zahwa,bahwa akan menikahinya saat dia menyelesaikan studi di luar negeri.
namun sayang 3 tahun wanita itu menunggu setelah laki laki itu kembali, dia malah di menikah dengan yang lain, bahkan menikah dengan sahabat nya sendiri.
penantian nya selama ini sia sia,janji yang terucap dari bibir laki laki itu pun hanyalah bualan semata.
apakah wanita itu akan terus memperjuangkan cintanya agar penantian nya selama ini tak sia sia? atau apakah dia akan rela melepaskan laki laki yang di cintai nya bersanding dengan sahabat nya sendiri?
yuk baca cerita lengkap nya di sini.
"aku yang kau beri janji mengapa dia yang engkau nikahi"
Zahwa nazneen syachrina majnun.
visual cek ig@alwiah_putri
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alwa'ys putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 21. selamat tinggal
"selamat tinggal bandung, selamat tinggal luka. Terimakasih atas semua pelajaran yang telah engkau ajarkan padaku,dan luka serta penantian yang berakhir duka untuk ku."ucap Zahwa sebelum dia masuk ke dalam pesawat.
Hari ini Zahwa pergi meninggalkan kota Bandung,entah untuk selamanya ataupun sementara sampai luka di dalam hatinya sembuh.
Pagi tadi Zahwa di antar oleh Zara dan juga tetangganya ke bandara,suasana tadi pagi sangat mellow dan di penuhi dengan tangisan mereka melepaskan Zahwa.
Zahwa berniat akan pergi ke Jawa tengah,entah lah dia juga sebenarnya tak punya saudara di sana. Zahwa hanya berbekal uang yang ada di rekening nya untuk dia membeli rumah di Jawa tengah nanti.
Zahwa sudah berpikir dia akan membangun usaha di Jawa tengah itu, dengan modal yang yang ada di tangannya dari hasil menjual toko kue milik sang bunda dan juga uang miliknya.
Zahwa membiarkan rumah yang ada di Bandung di rawat oleh tetangganya,Zara ak menjual atau menyewakan rumah itu, karena barang barang di sana masih lengkap dan Zahwa tak ingin menjual rumah itu karena banyak menyimpan kenangan dia dan orang tuanya.
Zahwa harap di Jawa tengah nanti dia bisa mengobati rasa sakit hatinya,dan menemukan kebahagiaan nya di sana. Saking niatnya Zahwa ingin melupakan Zhafran dia sampai mengganti nomor bahkan ponsel nya saja dia ganti.
Ponsel yang lama dia simpan di rumahnya,dan dia membeli ponsel baru,hanya beberapa orang saja yang ada di ponsel Zahwa. No tetangganya,Zara, umi Farah,dan juga Adzkiya.
***
Di tempat lain,pagi pagi keluarga ndalem sudah bersiap untuk pergi ke kediaman Zahwa untuk ziarah ke makam bunda Zahwa.
"Ayo Abah jangan lama-lama nanti keburu siang."ucap umi Farah.
"Sabar umi astaghfirullah."ucap kyai Malik.
Semua keluarga ndalem turut ikut untuk pergi ke kediaman Zahwa,bahkan umi Farah membawa beberapa barang untuk Zahwa yang katanya akan pergi ke luar kota itu.
Yang tanpa di ketahui mereka bahwa Zahwa sudah pergi ke luar negeri, mereka membawa dua mobil satu mobil untuk kyai Malik,umi Farah dan juga Bu nyai Anisah,mobil satunya lagi di isi oleh Nadia, Zhafran,dan Adzkiya.
Mereka juga di temani beberapa santri abdi ndalem dan juga beberapa ustadz dan ustadzah yang turut ikut ziarah ke pemakaman bunda Yara,namun dengan mobil yang berbeda.
"Abah kok dari tadi perasaan umi gak tenang yah,umi pengen cepat cepat ketemu Zahwa sebelum dia pergi ke luar kota. Umi juga pengen nganterin Zahwa sampai bandara."ungkap umi Farah, mengungkapkan kegundahan hatinya.
"Mungkin itu cuman firasat umi saja." Balas kyai Malik.
Di mobil lain,Gus Zhafran tetap fokus dengan jalan di depannya. Setelah pertemuan nya kemarin dengan Zahwa,Gus Zhafran banyak diam bahkan dia mendiamkan istrinya tanoa adanya alasan yang pasti.
Membuat hati dan perasaan Nadia tak karuan,takut jika Nadia mempunyai salah pada Gus Zhafran. Sehingga Gus Zhafran mendiami nya.
Nadia juga sempat mengajak ngobrol Gus Zhafran namun Gus Zhafran menjawab dengan singkat dan tanpa ekspresi.
"Bang,Abang kenapa sih?"tanya Adzkiya,tadi Nadia sempat curhat padanya tentang sikap Gus Zhafran.
Adzkiya pun heran karena Kaka nya itu tak pernah bersikap seperti itu. "Abang kenapa apanya? Abang gak kenapa napa kok."ucap Gus Zhafran.
"Abang nyadar gak sih dari tadi Abang itu bersikap cuek dan dingin banget,ini kayak bukan Abang. Abang tau gak Nadia itu ngerasa bersalah sama Abang karena dari kemarin Abang cuek sama dia,kalau nadia punya salah Abang harusnya bicarakan baik baik."ucap Adzkiya,dia pun merasakan jika sikap Abang nya itu sedikit berubah.
Sedangkan Nadia dia hanya bisa menundukkan kepalanya,takut jika gu Zhafran marah karena dia telah mengadu pada Adzkiya tentang sikapnya.
Gus Zhafran pun tersadar dia langsung mengusap wajah nya,dan mengucapkan istighfar. Benar,tak seharusnya dia mengacuhkan Nadia.
Di sini Nadia tak ada sangkut pautnya, seharusnya dia menghargai keberadaan Nadia yang sekarang sudah menjadi istrinya.
Namun, bukan salahnya Zhafran juga karena saat ini Zhafran masih dalam tahap belajar mengikhlaskan Zahwa dan menerima takdirnya dengan Nadia,ya walaupun itu sulit namun akan Zhafran usahakan.
Zhafran sadar dia harus tanggung jawab dengan apa keputusan yang dia ambil, seperti perkataan Zahwa kemarin.
"Maafkan aku nad,aku sedang banyak pikiran."ucap Gus Zhafran menggenggam tangan Nadia.
Nadia pun membalas nya dengan anggukan tangan, sedangkan Adzkiya dia tersenyum senang karena kini keduanya telah kembali membaik.
Tak lama mobil yang mereka tumpangi pun sampai di kediaman Zahwa,rumah minimalis berwarna biru langit dua tingkat itu tampak sepi tak berpenghuni.
Mereka menekan bel yang ada di gerbang rumah itu sembari melihat lihat ke area rumah itu. Tentu saja sepertinya karena kan hanya Zahwa yang tinggal di sana.
Lama mereka berdiam diri di sana namun tak ada tanda tanda pemilik rumah datang,"Abah Zahwa mana yah?"tanya umi Farah.
"Abah juga gak tau umi,coba telpon."ucap kyai Malik.
Umi Farah pun menelpon nomor Zahwa,namun nomor itu tak aktif. Sekitar setengah jam mereka berada di luar gerbang rumah Zahwa.
Sampai tetangga yang mengantarkan Zahwa ke bandara pun pulang. "Assalamualaikum, permisi cari siapa yah?"tanya Bu Fatimah.
"Waalaikumusalam,eh ibu tetangga nya Zahwa kan?"tanya umi Farah di angguki oleh ibu Fatimah.
"Kalah boleh tau Zahwa nya kemana yah Bu? Dari tadi kami semua berada di sini tapi pemilik rumah nya gak keluar keluar."ucap Adzkiya.
"Ouh neng Zahwa,baru saja kami mengantarkan neng Zahwa ke bandara. Dia hari ini penerbangan nya ke luar negeri."ucap Bu Fatimah,sengaja dia berkata jika Zahwa pergi ke luar negri karena amanah dari Zahwa.
Jika ada yang menanyakan kemana dia pergi,bilang saja pergi ke luar negri ucap Zahwa pada Bu Fatimah.
Mereka semua kaget bukan main, mereka kira zahwa akan pergi beberapa hari atau Minggu lagi namun ternyata hari ini Zahwa sudah pergi meninggalkan kota Bandung.
Umi Farah tak bisa menahan air matanya untuk tidak turun,dia sudah menyiapkan barang barang untuk Zahwa nanti di luar negeri dia juga membawa segepok uang untuk Zahwa.
Berharap Zahwa masih ada di sana,dan umi Farah yang ingin mengantarkan Zahwa sampai di bandara kini pupus sudah.
"Kenapa Zahwa gak ngabarin umi,Abah. Umi pengen banget liat muka Zahwa meluk dia sebelum dia pergi."ucap umi Farah memeluk tubuh sang suami sembari menangis.
biarkan Zhafran dan Zahwa memuai apa yang di tanam nya