Keluarga Wezumo adalah salah satu keluarga paling berkuasa di Asia. Mereka menguasai pasar bisnis dan memiliki perusahaan raksasa yang bergerak di bidang otomotif, Fashion dan properti.
Darrel, putra sulung keluarga Wezumo terpaksa menikahi Hope Emilia, putri seorang sopir keluarganya. Dua tahun menikah, Darrel tidak pernah menyentuh Hope, hingga Darrel tidak sengaja meminum obat perangsang malam itu.
Hubungan keduanya makin dekat saat Darrel mengangkat Hope menjadi asisten dikantornya. Namun kemunculan seorang pria tampan yang amat berbahaya di dekat Hope memicu kesalahpahaman di antara keduanya.
Belum lagi Hope tidak sengaja mendengar fakta sebenarnya dibalik pernikahan mereka. Membuatnya berada dalam pilihan yang sulit. Meninggalkan Darrel, atau mempertahankan pria itu bersama anak Darrel yang ada dalam kandungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 11
Kira-kira pukul delapan malam Darrel pulang. Urusannya sudah selesai dan dia tidak mau berlama-lama apalagi hari ini dia dan Hope baru saja sampai. Kalau urusannya tidak penting, mana mau dia bekerja hari ini.
Apartemen sangat sepi. Lelaki itu tidak melihat isterinya dimana-mana. Di dapur, ruang tamu, dan pada saat masuk ke dalam kamar, tak didapati juga keberadaan Hope di sana. Darrel mengernyitkan dahi lalu memeriksa dikamar yang satunya lagi.
Ternyata Hope ada di sana. Wanita itu ketiduran. Darrel berjalan mendekat. Langkahnya sama sekali tak terdengar. Pria itu mengamati isterinya lama, entah apa yang dia pikirkan.
Drrtt ... Drttt ...
Bunyi ponselnya membuat dia gagal fokus sebentar pada sang istri yang terlelap. Darrel mengeluarkan ponsel dari saki celananya, dan melihat siapa yang menelpon. Ternyata dari Lina, teman sekaligus wanita yang dia sewa untuk mengajari Hope nanti.
Lina adalah teman sekampus Darrel dan Keno. Bekerja dikantornya juga. Posisinya sebagai manajer keuangan dan punya wawasan luas. Karena Hope tidak kuliah, Darrel ingin istrinya belajar banyak hal yang tidak ia tahu. Lelaki itu bahkan sudah menyewa beberapa guru profesional lainnya dari bidang yang berbeda-beda. Mereka akan datang mengajari Hope secara khusus. ia tidak mau nantinya Hope dipandang remeh orang-orang karena tidak memiliki wawasan.
Persaingan di kantor sangat ketat. Apalagi dikantornya. Orang-orang pasti akan mencari tahu alasan kenapa Hope bisa terpilih menjadi asistennya. Posisi yang paling banyak diminati banyak orang, karena bisa berhadapan secara langsung dengan bos. Banyak orang yang suka menjilat demi dipromosikan, tentu saja posisi asisten CEO akan mendapat banyak keuntungan.
"Ada apa?" Darrel membalikan badan membelakangi Hope, kemudian mengangkat telpon dan mulai bicara pada wanita yang menelponnya.
"Aku akan bicara dengannya dulu, kapan waktunya tergantung dia. Dia tidak terlalu pintar membaca navigasi karena jarang keluar rumah. Untuk sementara kau saja yang datang ke sini. Mm, aku akan menghubungimu lagi nanti. Datanglah besok pagi untuk perkenalan awal." setelah bicara panjang lebar dengan wanita bernama Lina itu, sambungan pun terputus.
Darrel berbalik lagi dan pandangannya langsung bertemu dengan mata hitam jernih milik Hope. Wanita itu sudah bangun.
"M ... Mas Darrel kapan sampai?" tanya Hope mengganti posisinya yang tadinya berbaring menjadi duduk.
"Kenapa tidur di sini?" pria itu tidak menjawab, malah balas bertanya.
"I ... Ini kamar aku kan?"
Alis Darrel terangkat. Kedua tangannya terlipat di dada menatap Hope lurus. Tak bicara apa-apa
"B ... Bukan?" wanita itu mendongak ke suaminya.
Apakah aku yang salah masuk kamar?
Tapi kamar tadi memang adalah gaya Darrel, berbanding terbalik dengan kamar ini. Tempatnya tidur.
"Kamarmu? Maksudmu kau ingin tidur terpisah denganku?" suara berat Darrel terdengar indah di telinga Hope. Namun wanita itu cukup bingung mendengar perkataan suaminya.
"Aku pikir karena ada dua kamar di apartemen ini jadi ..."
"Ini kamar tamu. Kita berdua adalah suami istri. Memangnya kau pernah lihat suami istri tidur terpisah?"
Hope menundukkan kepala. Ternyata dia sudah salah berpikir kalau Darrel ingin mereka tidur di kamar yang berbeda.
"Tapi mas, aku nggak enak mas tidur di sofa lagi seperti di rumah." ucapnya.
"Kemasi semua barang-barangmu dan segera pindah ke kamar sebelah. Aku akan pergi mandi sekarang." kata Darrel tak menanggapi ucapan terakhir Hope, setelah itu dia berbalik pergi. Meninggalkan Hope dengan wajah bingungnya.
Sepeninggalnya Darrel, Hope pun cepat-cepat mengemasi barang-barang miliknya yang sudah ia atur di dalam lemari tadi, dimasukan lagi ke dalam koper dan menyusul pria itu ke kamar.
Bunyi gemericik air dari dalam kamar mandi langsung terdengar begitu Hope memasuki kamar. Ia menggunakan kesempatan mengatur barang-barangnya saat suaminya mandi. Hope melipat pakaian miliknya lalu di letakkan di dalam lemari, di samping baju-baju suaminya yang sudah tersusun rapi.
Sesaat kemudian bunyi suara gemericik air tadi berhenti. Kamar mandi terbuka, Darrel keluar dari dalam sana dengan handuk putih yang terlilit di pinggangnya. Hope yang sempat melihat ke sana cepat-cepat menghadap lemari lagi, pura-pura sibuk dengan pekerjaannya.
Ia menutup matanya kuat-kuat, dan membukanya berusaha terlihat biasa saja padahal saat ini dia sudah gugup setengah mati.
Ya ampun, mas Darrel sangat tampan. Apalagi sehabis mandi.
Hope tidak berhenti-berhenti terpesona dengan tubuh kekar dan atletis suaminya yang begitu menggoda iman. Punggung tegapnya, otot-otot perutnya yang keras, Hope menyukai semuanya.
Saking sibuknya melamun, Hope sampai tidak sadar Darrel sudah berdiri dibelakangnya. Sangat dekat. Sampai Hope bisa merasakan tubuh pria itu menempel dibelakangnya. Saat menyadari hal itu, Hope hanya mematung sambil menggigit bibirnya.
Dia pikir Darrel mau ngapain, ternyata mau mengambil pakaian. Hope sedikit lega saat Darrel berhasil mengambil pakaiannya dan menjauh beberapa meter dari dirinya. Namun, wanita itu lagi-lagi dibuat kaget melihat suaminya melepaskan handuk yang terlilit di pinggangnya dan memakai pakaiannya saat dirinya masih berdiri di situ.
Benda yang menggelantung di sela paha pria itu sempat terlihat oleh Hope sebelum cepat-cepat membuang muka.
Astaga, Darrel tidak malu apa auratnya di lihat oleh orang lain? Ya, meskipun mereka suami istri tapi kan ...
"Kau tidak mandi?"
"Ah?" Hope refleks menatap suaminya. Untung pria itu sudah berpakaian lengkap sekarang. Kalau tidak akan canggung sekali.
"Aku tanya kau tidak mandi?"
"Oh, selesai mengatur ini aku akan mandi mas." sahut Hope menunjuk barang-barangnya. Darrel tidak bicara lagi. Hope melihatnya berjalan ke arah balkon.
Beberapa menit kemudian, wanita itu masuk ke kamar mandi. Habis mandi, ia keluar lengkap dengan pakaian tidurnya. Pandangannya menghadap keluar, ke balkon. Ia bisa lihat suaminya sedang telponan di ujung sana.
Kira-kira telponan sama siapa ya? Kekasihnya?
Hope mendesah panjang. Memutuskan untuk tidak peduli lagi. Ia pun naik ke tempat tidur, karena belum mengantuk, wanita itu memainkan games di hapenya sampai tidak sadar suaminya sudah kembali ke kamar dan sekarang hendak naik ke tempat tidur.
"Tidurlah, jangan lihat hape terlalu lama." nanti setelah laki-laki itu bersuara, barulah Hope menyadari keberadaannya.
Hope tampak kaget karena Darrel kini berbaring di tempat tidur.
Dia mau tidur di sini? Bukan di sofa?"
Ucapnya dalam hati. Terus mencuri-curi pandang ke Darrel.
"Kenapa?" lelaki itu memiringkan kepala menatap Hope.
"Mm .. a ..."
"Bukankah kau tidak enak aku tidur di sofa? Mulai hari ini aku akan tidur di sini." kata pria itu.
"Kalau begitu aku saja yang tidur di so ..." Hope bersiap-siap berdiri dari kasur namun tangan Darrel menahannya.
"Jangan kemana-mana, tidurlah di sini. Kita bahkan sudah berhubungan intim, tidak ada yang aneh dengan tidur satu kasur."
Hope terdiam. Benar kata suaminya. Karena pria itu tidak keberatan tidur dikasur yang sama dengannya, kenapa juga dia merasa tidak enak.
"Tidurlah," ucap Darrel lagi. Hope pun menganggukkan kepala menuruti kata suaminya.