Pesona Janda Sultan

Kepulan asap putih tak hentinya membumbung ke atas langit kota metropolitan mengiringi hati seorang gadis yang sedang risau. Dadanya masih berkecamuk panas. Sudah dua batang puntung dihisapnya. Akan tetapi, amarah dalam hati belum juga mereda.

Seusai Jayden menyatakan pengumuman bahwa Sofia akan turut ikut dalam acara gathering perusahaan di kapal pesiar nanti, bisa ditebak sikap Azyla yang murka dan tak terima.

Gadis itu pun melesat masuk ke ruangan Jayden dan melayangkan protes kepada pria yang masih menjabat atasannya itu. Berdalih budget yang terlalu besar hanya untuk karyawan magang, Azyla mencoba menjelaskan bahwa lebih baik uang sebanyak itu disimpan untuk keperluan perusahaan yang lebih penting.

"Magang ataupun staf tetap, Sofia tetap bagian Baldwin, Zy. Perusahaanku ini tidak akan bangkrut hanya karena menyertakan Sofia untuk ikut ke dalam gathering."

Begitulah jawaban mengecewakan dari Jayden yang masih terngiang jelas di pikiran gadis dengan rambut gelombang terutai batas tulang belikat.

Kau benar-benar benalu, Sofia. Aku harus segera mencari cara untuk menyingkirkanmu.

DRRT!

Getaran ponsel pertanda notifikasi pun mengusik sesi lamunan Azyla yang masih menetap di rooftop Baldwin Enterprise sore itu. Sebuah pesan nyatanya dikirim oleh sang sepupu, Ivy.

...Pesan dari Ivy :...

...Hey, Zy. Aku sudah memberitahu Crish tentang kapal pesiar dan kita akan bulan madu di sana. Meskipun aku takut terombang ambing di laut, tapi sepertinya kapal pesiar menyenangkan. Ayo bertemu untuk membahasnya lebih lanjut....

Seutas senyum tersungging otomatis dari bibir Azyla kala selesai membaca pesan dari sepupu dekatnya itu.

 "Ch! Dasar penakut!" gumam Azyla seraya terkekeh geli. "Tunggu ... terombang-ambing di laut?"

Tiba-tiba Azyla terdiam. Rupanya, pesan dari Ivy berhasil memunculkan sebuah ide dalam benak. Ide yang sangat liar dan menakutkan diperuntukkan hanya untuk Sofia.

Oh, Sofia. Sepertinya kau harus benar-benar waspada kali ini. 

Aura jahat seketika menyelimuti sekitar Azyla lengkap dengan sunggingan licik pada belah ranumnya.

Di sisi lain.

"Pak Jayden," sapa Sofia dari arah belakang yang spontan membuat Jayden menoleh saat akan membuka pintu mobil. Sejujurnya, pria itu cukup terkejut akan kehadiran sang puan di basement tepat dimana mobilnya terparkir. Beruntung, Jayden bisa mengendalikan ekspresi wajahnya.

"Apa yang kau lakukan di sini, Sof?" tanya Jayden datar.

"Aku ingin bicara padamu sebentar saja. Setelah itu aku akan pergi," terang Sofia. Tanpa banyak bertanya, Jayden mempersilahkan wanita itu untuk berbicara.

"Aku rasa, aku tidak pantas untuk ikut gathering nanti. Kumohon kebijakanmu untuk membatalkan—"

Ucapan Sofia terpaksa harus terjeda kala Jayden melakukan aksi di luar dugaan. Dalam sepersekian detik, Jayden berhasil memojokkan tubuh sang puan bersandar di sisi mobilnya. Kedua tangan pria itu bahkan berpegangan ke atap mobil dengan maksud mengunci ruang gerak Sofia.

Momen kedekatan seperti saat di bawah guyuran hujan beberapa hari yang lalu pun kembali terulang. Keduanya kembali saling tatap dalam jarak yang sangat dekat.

Oh, Tuhan. Mengapa ini terjadi lagi? Mengapa hati ini selalu tak karuan saat menatap mata pria ini?

"Ikut atau tidak adalah mutlak keputusanku sebagai atasan, Sof. Aku tidak suka jika seorang staf mengintervensi," tegas Jayden.

Cukup! Aku muak dengan situasi seperti ini. Sofia kini membatin muak.

"Baiklah kalau begitu aku juga ingin kau menghentikan ujianmu padaku sekarang juga," pinta Sofia membalas dengan tegas. Aksinya sukses membuat kerutan keheranan di dahi Jayden. 

"Ujian? Apa maksudmu?" tanya Jayden tak mengerti maksud ucapan sang puan.

Sofia menghela satu tarikan napas sebelum akhirnya mengeluarkan suara. Bukan hanya beberapa kata saja, rentetan protes terkuar dari bibir mungil sang puan.

Sofia menuduh Jayden adalah bos yang angkuh karena sedang mengujinya apakah Sofia profesional atau tidak dalam pekerjaan. Di mulai dengan misi turun ke lapangan saat hari pertama masuk kerja hingga yang terjadi saat ini, yakni Jayden kembali menguji keprofesionalitas dengan pura-pura mengajaknya untuk berkencan.

"What? Kau menuduh ajakan kencanku adalah ujian?" balas Jayden terdengar tak terima.

"Tentu saja. Jika tidak, untuk apa kau-"

"Apa perlu aku buktikan sesuatu padamu?" Suara bariton Jayden kini terdengar begitu seksi dan menggoda. Membuat kaum hawa manapun akan terpesona jika mendengarnya. Termasuk Sofia yang kadar hormon kehamilannya sedang menggebu-gebu terutama terhadap lawan jenis yang bersikap agresif.

Dada Jayden semakin memangkas jarak sehingga Sofia dapat merasakan tekanan tubuh kekar pria tampan di hadapannya tanpa melerai tatapan.

"Kau boleh menghindar jika tak menyukainya," tukas Jayden.

Perlahan, wajah pria itu semakin mendekat seiring netra yang mulai meredup, menatap belah ranum Sofia. Sehingga tak lama, bibir sang CEO sudah hinggap di milik Sofia. Lum*tan lembut kembali terjadi, menari seiring terpejamnya netra milik Jayden.

Sementara itu, ingin rasanya Sofia melawan dan mendorong tubuh Jayden. Namun, aneh. Tubuh sang puan mendadak membeku tak kuasa. Lum*tan yang Jayden berikan terlampau lebut dan penuh ketulusan.

Kini, kedua tangan Sofia bahkan bergerak otomatis menggenggam erat jas yang Jayden kenakan sembari belah ranumnya turut menari menyamakan dengan irama.

Sofia tahu perbuatannya mungkin dapat dikatakan tidak biasa. Pasalnya, meskipun berstatus janda dan tengah mengandung seorang calon bayi, naluri alamiah tetap tak bisa berbohong. Sentuhan fisik dari lawan jenis memang terdamba dalam diri. Terlebih, Jayden melakukannya dengan penuh ketulusan. Sungguh, gejolak dalam dada Sofia semakin tak tertahankan.

"Aku menyukaimu, Sofia Wilson." Di tengah napas yang menderu, Jayden mengutarakan perasaan seraya menjeda pertautan.

"Aku sedang tidak main-main. Berilah aku kesempatan. Berkencan lah denganku." Tanpa menunggu jawaban Sofia yang tengah tercengang tak percaya, Jayden kembali melanjutkan kalimatnya.

Kalimat yang terdengar begitu dalam dan juga tulus sehingga membuat lutut Sofia seakan berubah lunglai seperti jelly.

"Tidak, Jay. Kau tidak bisa menyukaiku. Aku tidak seperti yang kau pikirkan." Sadar akan dirinya yang sedang mengandung, dengan berat hati Sofia terpaksa menolak Jayden. Ia bahkan mendorong tubuh Jayden dan pergi menjauh.

"Kau pikir aku sempurna?!" protes Jayden tak terima. Sejurus itu, langkah sofia pun terhenti. "Tidak ada manusia yang sempurna, Sofia," lanjut Jayden lagi.

Sang CEO kemudian tetap bersikukuh mengajak kencan Sofia dengan alasan agar sang puan dapat mengenalnya Jayden lebih dalam. Jika Sofia merasa kencan tak berhasil, Jayden berjanji akan berhenti mengejar sang puan.

"Ok. One Date." Meskipun segala pertimbangan berkecamuk, Sofia akhirnya luluh dan menerima ajakan berkencan.

"Benarkah?"

"Jangan sampai aku berubah pikiran, Jay."

"Yess!"

Ulasan senyuman lantas terkuar dari kedua belah ramun Jayden dan Sofia.

Tidak ada yang salah dengan satu kali kencan yang mirip dengan hang out biasa, pikir Sofia. Terlebih, Jayden akan melepaskan sang puan jika merasa sejalan. Sofia hanya perlu menolak seusai berkencan nanti.

...***...

Beberapa hari kemudian.

Tiba saatnya staf Baldwin yang berjumlah 40 orang termasuk sang CEO berlayar dengan kapal pesiar mewah selama perjalanan dua hari tiga malam. Hotel berjalan itu akan berlayar dari selat Bali menuju Lombok dan sebaliknya. Acara yang diadakan setahun sekali ini merupakan bentuk reward yang diberikan perusahaan kepada para staf karena telah bekerja keras selama satu tahun belakangan.

TING ... TUNG!

"Siapa?"

"Room service."

Baru berapa menit Sofia sampai di dalam kamar dengan balkon menghadap pemandangan laut, seorang staf room service tiba-tiba membunyikan bel kamar. Sang puan pun bergegas membukakan pintu.

"Selamat siang, Nona Wilson. Sebelumnya, kami selaku kru kapal ingin mengucapkan selamat berlayar dengan kapal pesiar kami," sapa ramah pria dengan penampilan memakai seragam rapi kru kapal pesiar bertema ala pelaut putih biru.

"Ah, terima kasih."

Tak hanya menyapa, kru itu juga menyampaikan sebuah pesan dari seseorang untuk mengantarkan bingkisan yang tergenggam di tangannya.

Dengan terpaksa Sofia menerima bingkisan tanpa sempat bertanya lebih lanjut karena sang kru buru-buru pamit dari hadapannya.

Astaga! Kenapa dengan kru itu? Dan juga ... apa ini?

TING!

Bunyi sebuah notifikasi pesan tiba-tiba menguar saat Sofia masih tepaku keheranan menatap benda berbentu kotak misterius yang masih dipegangnya.

...Pesan dari Jayden :...

...Aku tidak tahu apakah gaun itu seleramu atau bukan. Satu hal yang kutahu, kau akan terlihat bersinar di malam ini dengan memakai gaun yang kukirim melalui kru kapal....

Sofia terkesiap sesaat setelah membaca pesan Jayden. Wanita itu lantas membuka paket misterius tersebut.

DEG!

Satu tangan sang puan sontak menutup mulut tak percaya ketika melihat gaun elegan berwarna merah peach tersaji di dalam kotak.

Gawat! Apa Jayden benar-benar menyukaiku?

Di sisi lain.

Terlihat dua orang tengah terlibat perbincangan serius di sebuah balkon dek atas luar kapal.

"Kau sudah siap dengan misimu?" tanya Azyla tanpa menghadap lawan bicara di sebelahnya. Netranya berkamuflase, pura-pura melihat bentangan laut biru agar terlihat tak mencurigakan.

"Kau sudah gila, Zy. Rencanamu sama saja dengan percobaan pembunuhan," balas sosok misterius.

"Ckck! Kau hanya perlu membuatnya seolah terlihat seperti kecelakaan, B*doh." Azyla meninggikan suaranya. "Aku tau rahasia kotor yang telah kau lakukan di perusahaan, ingat?" lanjut Azyla mengancam sembari tersenyum miring. 

Sejurus itu, raut sosok misterius di hadapannya terlihat ketakutan dan tak memiliki pilihan lain setelah mendengar ancaman dari Azyla.