NovelToon NovelToon
Ragaku Milik Suamiku Tapi Hatiku Milik Dia

Ragaku Milik Suamiku Tapi Hatiku Milik Dia

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Duda / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: Heni Rita

Cinta Devan atau biasa di panggil Dev. begitu membekas di hati Lintang Ayu, seorang gadis yang sangat Dev benci sekaligus cinta.

hingga cinta itu masih terpatri di hari Lintang meski dirinya sudah di nikahi seorang duda kaya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Heni Rita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sakitnya Memendam Rasa Cinta

Devan hampir kehabisan tiket. Beruntung tiket sisa tiga, jadi ia bisa masuk bersama adiknya dan salah satu teman Rani yang bernama Windu.

Gadis imut itu ternyata langsung menyukai Devan saat di kenalkan Rani.

Suasana di dalam bioskop sangat gelap, karena film sudah di putar sepuluh menit yang lalu, penontonpun sudah duduk di tempatnya masing- masing sesuai nomer urutan kursi.

Devan sedikit kesulitan mencari nomer kursinya karena ruangan cukup gelap.

Sampai seorang karyawan harus membantunya untuk mencari tiga kursi sesuai nomer yang tertera di tiket masuk.

Sampai akhirnya Devan menemukan kursinya.

Dengan perasaan lega, Devan Rani dan Windu duduk untuk menikmati film horor 'Siksa Neraka' yang tengah di putar.

Devan duduk di samping Windu, sedang Rani ada di samping Windu.

Film yang sedang berlangsung cukup membuat beberapa penonton tegang dan panik.

Semua orang begitu tegang dengan adegan yang mendebarkan, akan tetapi Devan justru lebih tertarik untuk mendekati Windu, gadis imut yang baru saja di kenalnya.

Devan tidak perduli sama sekali dengan film yang tengah di putar, ia justru sibuk meremas jemari tangan mungil Windu yang duduk di sampingnya. Sementara di samping Doni, duduk seorang gadis berambut panjang memakai jepit rambut berbentuk kupu- kupu, dan itu sangat menarik perhatian Devan.

Devan pura-pura memiringkan wajahnya untuk melihat wajah si pemilik jepit kupu- kupu itu.

Tapi karena ruangan cukup gelap, Devan tidak bisa melihat dengan jelas wajah gadis itu, yang membuat Devan penasaran, karena sejak Devan duduk di sampingnya, jantungnya mendadak berdebar tidak karuan.

Wajah itu, seperti tidak asing baginya.

"A, lupa gak beli popcorn." Rani berbisik pada Devan.

"Iya ntar beli," jawab Devan datar, tapi matanya masih pokus melihat gadis yang duduk di sebelahnya.

"Ehem!" Devan berdehem Kecil untuk menarik perhatian gadis itu yang pokus melihat ke layar.

Karena terusik dengan tingkah Devan yang selalu mendehem, gadis itupun menoleh ke samping, di mana mata Devan tengah memperhatikannya.

"Dev?"

"Ayu?"

Keduanya terlonjak kaget.

"Ada apa Dek?" Tanya Herman yang kaget mendengar suara Ayu seperti sedang menyebut seseorang.

"Oh, itu Pak. Anu filmnya tegang ya?" Sentak Ayu, ia tergagap karena panik. Dirinya tidak menyangka duduk satu jajar dengan Devan, bahkan Devan duduk tepat di sampingnya.

Devan menghela nafas panjang. Ia tidak menduga, kalau gadis yang duduk di sebelahnya ternyata Ayu, gadis yang membuat kepala Devan serasa mau pecah jika ingat perkataan Ayu saat berada di area persawahan kemarin.

Tapi malam itu, Ayu tidak nonton seorang diri, ada pria dewasa di sampingnya. Devan yakin, pria itu pasti teman dekat Ayu.

"Hebat kamu Yu, diam- diam ternyata kamu sudah punya gandengan," sindir Devan berbisik kecil sambil mencekal jemari Ayu.

"Dev, lepaskan tanganku!" Ayu membentak kecil sambil berusaha melepaskan tangannya.

"Katakan dulu, siapa dia Yu?" Bisik Devan.

Ayu bungkam, enggan menjawab pernyataan Devan yang tak penting untuk ia jawab.

“Pasti dia pacarmu kan? Katakan padaku Yu! Apa sudah lama kalian berhubungan?" Bisik Devan lagi. Devan semakin kuat meremas jari jemari tangan Ayu, entah mengapa hati Devan merasa terbakar melihat Ayu bersama pria lain. Padahal Ayu bukan siapa- siapanya, bahkan tidak ada jalinan khusus di antara mereka berdua.

Ayu hanya melirik dengan mulut terkunci sempurna tapi terlihat geram. Mencoba untuk tidak terpecah konsentrasinya akibat tindakan konyol Devan yang terus mengganggunya.

Jantung Ayu berdetak kencang saat merasakan tengah hangat Devan yang menggenggam jemarinya begitu kuat, hatinya kecilnya menolak di sentuh oleh Devan bersamaan dengan rasa aneh yang ia rasakan, membuat nyeri yang menusuk setiap kali dia bernapas.

Berkali- kali dia tahan rasa sesak itu.

“Jika kamu katakan kamu tidak punya hubungan dengannya. Mengapa sulit sekali menerima pertanyaan sesimpel ini, Yu.” Bisik Devan lagi, ia mencoba tenang agar terkuasai amarahnya. Tapi gadis yang sudah membuat hatinya sengsara terus menggerus kesabarannya kian menipis.

Devan semakin liar saja tangannya, kali ini menyasar pinggulnya. Membuat tubuh Ayu bergerak- gerak kecil.

"Kenapa Dek? Sakit?" Tanya Herman yang mulai terusik dengan gerak gerik Ayu yang terlihat gelisah.

"Oh, tidak Pak. Ini pinggang saya gatel," jawab Ayu beralasan.

Devan tersenyum sinis menertawakan ketidakberdayaan Ayu.

Ayu melirik tajam ke samping, matanya melotot pada Devan.

"Kurang ajar! Lepaskan tanganmu!" Ayu membentak kecil.

Tapi Devan acuh tak acuh, malah senyum- senyum sendiri tapi matanya pokus ke layar.

"Dasar laki- laki egois! Kenapa kamu selalu ganggu aku! Terserah aku dong mau pergi dengan siapa saja, itu bukan urusanmu! Kamu juga pergi sama cewek lain!" Ayu memekik kecil.

"Tapi cewek itu adikku Yu!" Balas Devan pelan.

“Kau bohong! Kamu pembohong!" Ayu berteriak kecil. Bahkan dia mencubit paha Devan, membuat Devan meringis, tapi ia tahan agar tidak mengeluarkan suara.

"A, kenapa A?" Rani diam- diam memperhatikan gerak gerik kakaknya yang mencurigakan, dari tadi kakaknya seperti bicara sendiri.

Begitupun dengan Windu, yang saat ini wajahnya terlihat masam, karena dirinya merasa di anggurin oleh Devan. Padahal baru saja tangannya mungilnya di sentuh oleh Devan, tapi entah mengapa Devan seperti sedang berbisik- bisik dengan cewek yang duduk bersebelahan dengan Devan.

“Dev! Hentikan!” Ayu mencoba menepis tangan Devan, tapi Devan semakin menjadi.

Devan semakin menggila. Lelaki nakal itu mulai mendekatkan wajahnya ke bahu Ayu sambil mengedipkan satu matanya menggoda.

"Sialan kamu Dev!" Ayu bergerak menjauh.

Devan tertawa terkekeh.

Adegan di film semakin menegangkan setegang Ayu yang selalu saja di ganggu Devan.

"Pak, aku ke toilet dulu ya?" Guna menghindari aksi mesum Devan, Ayu pun meminta ijin pada Herman untuk pergi ke toilet.

"Perlu di antar Dek?" Tawar Herman.

"Gak, gak usah Pak!" Tolak Ayu.

Berjalan tergesa Ayu pergi menuju toilet.

Devan hanya tersenyum lebar melihat sikap Ayu.

"Ran, Aa ke toilet dulu ya?" Devan bangkit dari duduknya lalu pergi menuju ke toilet mengikuti Ayu.

Rani dan Windu termangu sesaat melihat aksi Devan.

"Ran, ada sih dengan kakakmu?" Tanya Windu, wajahnya terlihat kesal.

"Memang kenapa dengan kakakku Win?"

"Itu, apa kamu gak perhatiin kakakmu. Dari tadi aku lihat dia seperti sedang berbisik- bisik dengan cewek yang duduk di sebelahnya!" Kata Windu ketus.

"Ohhh ...itu, iya sih aku juga lihat. Tapi emang gitu Win sifat kakakku, tiap lihat cewek cantik, pasti di godanya. Makanya aku tadi bilang kan sama kamu, jangan mau sama kakakku. Dia itu buaya hehehe ..." Goda Rani sambil tersenyum canggung. Karena merasa tidak enak dengan Windu.

"Tapi aku suka lho sama kakakmu, wajahnya manis Ran, aku suka," kata Windu kemudian.

"Jangan Win. Lebih baik jauhi kakakku, ntar nyesel lho!"

"Kenapa emang?"

"Udah ah! Kamu ini kesini mau nonton atau mau bicara tentang kakakku? Nonton saja ah!" Rani mulai jengkel dengan sikap Windu. Udah di kasih tahu malah ngotot ingin dekat dengan kakaknya.

*****

Ayu berjalan setengah berlari untuk mencari tempat aman, sekalian menenangkan debaran jantungnya yang terus berdetak tiada henti.

Sesekali Ayu menoleh ke belakang, takut Devan mengikutinya.

"Sialan! Sialan! Kenapa aku harus bertemu dia!" Ayu menjambak rambutnya sendiri menumpahkan kekesalannya lalu ia memukul dadanya sendiri. Mencoba melampiaskan semua rasa frustasi dan kesal yang sudah dibangkitkan oleh Devan, lelaki yang belakangan ini mulai menguras emosi dan pikirannya.

Ayu menarik napas dalam- dalam. Semakin dia bertahan semakin sesak rasanya.

Ayu pejamkan kedua matanya sambil meraba dadanya sendiri, mencoba tenang.

"Yu?"

"Dev?"

Devan menatap wajah Ayu dengan tatapan membara, kemudian melangkah perlahan mendekati Ayu.

Ayu membuka mata.

"Ikut aku Yu!" Devan lalu menarik paksa lengan Ayu membawanya ke tempat sepi.

"Dev! Lepas! Kurang ajar!" Ayu meronta.

Devan membawa Ayu ke ruang kecil di belakang toilet. Di sana ada gazebo dan kolam kecil, biasanya tempat itu di gunakan untuk bersantai sambil menunggu giliran jika toilet penuh.

"Yu?" Devan mengulurkan jari tangannya ke wajah Ayu. Setelah ia menghempaskan bokong Ayu ke tembok.

Ayu jelas-jelas merasa sangat sakit, tapi dia berusaha sambil berucap dalam hati.

"Dev aku mencintaimu." Ayu hanya bisa mengutarakan itu dalam hati. Dirinya tidak berdaya, sudah cukup ia membohongi dirinya sendiri, bahwa lelaki yang sedang menatapnya lekat adalah lelaki yang selalu hadir dalam mimpinya di setiap saat.

Devan dengan lembut mencium sudut mata Ayu dan memeluknya dengan erat, sambil berbicara di samping telinganya.

"Yu, kamu malam ini cantik sekali ..."

Tidak tahan dengan pesona Devan, Ayu tiba- tiba merangkul leher Devan dengan erat.

Untuk pertama kalinya, Ayu merasakan rasa cinta yang teramat menggebu.

Akan tetapi, pada akhirnya Ayu menyadari kalau kata mencintai tetap saja tidak bisa menandingi kalimat kebenciannya.

Secepat kilat Ayu mengurai pelukannya.

"Kenapa Yu? Aku tahu, kamu menyimpan rasa yang sama denganku," suara Devan sangat rendah dan memancarkan aura yang sulit ditolak.

Ayu langsung membeku di tempat.

"Dev, tinggalkan aku!"

Devan hanya tersenyum sambil berkata.

"Jangan memendam rasa itu sendirian Yu. Karena kamu akan tersiksa nanti."

Manik mata Ayu membesar. Rasanya dia ingin memukul wajah Devan saat itu juga, tapi kata kata Devan cukup membuat Ayu sadar, bahwa dirinya memang sudah jatuh cinta pada Devan, dan itu sangat menyiksanya. Karena egonya lebih kuat dari cintanya.

Sebutir air mata lolos begitu saja dari pipi Ayu.

“Dev, a-aku mohon!" Tenggorokan Ayu merasa tercekat.

“Sudah …!” Suara serak Devan terdengar dengan napas berat yang susah sekali dia telan karena rasa sakit itu sudah menjalar naik hingga kerongkongannya. Mencekiknya kuat hingga dia tak bisa lagi bernapas normal.

Ayu mengalihkan pandangannya ke arah kaca yang mulai berkabut. Devan bisa melihat bagaimana bibir Ayu tampak bergetar.

“Yu, aku …!" Devan mencoba untuk memegang lengan Ayu yang tampak dengan sangat menahan tangisnya. Devan yakin gadis ini sangat terluka menahan beban rasa cintanya. Beberapa hari ini juga, Devan juga merasakan hal yang sama.

"Yu ..."

Ucapan Devan bahkan tidak digubris sama sekali oleh Ayu.

"Cukup Dev. Percuma kita bicara cinta, aku sudah di jodohkan dengan orang lain," ucap Ayu, tatapannya kosong saat bibir manisnya mengatakan sesuatu yang membuat hati Devan memanas.

"Di, di jodohkan?" Devan tergagap.

"Maaf Dev aku harus pergi!" Ayu gegas pergi dari sana, tanpa menoleh lagi.

Amelia berlari meninggalkan Devan.

Devan hanya diam menatap dengan wajahnya yang cukup kaget dengan apa yang dia dengar barusan. Gadis yang tanpa sadar ia cintai, nyatanya sudah di jodohkan.

Devan dengan cepat memutar tubuhnya. Berjalan dengan langkah frustasi dan segera memasuki ruang bioskop.

Devan menekan keras rahangnya, mencoba menahan emosinya.

Devan menertawakan dirinya sendiri, baru kali ini ia merasakan sakitnya rasa cinta yang tak berbalas.

1
Abel_alone
tetap semangat 🌹🌹🌹🌹
Luna Sani: Terima kasih kak ..🙏😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!