Halo semua nya. Ini novel author yang ke 3. Di novel ini pemeran utama nya agak berbeda dengan dua pemeran utama di novel author yang lain.
Selamat membaca, dan semoga kalian suka.
Setelah di selingkuhi, dan di tinggal nikah oleh sang kekasih, Mawar di jodohkan dengan anak dari majikan Bapaknya. Bukan nya Mawar tidak mau, hanya saja laki-laki itu bertingkah layak nya wanita. Bapaknya yang seorang supir keluarga itu, terpaksa menerima perjodohan Mawar dan Angga. Banyak yang di harapkan dari pernikahan mereka berdua. Entah bagaimana nasib Mawar selanjutnya.. Selamat membaca. ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
"Bukan gitu, Ma. Biasa nya kalau pesan makanan kan pake hape nya Bang Reno. Kan Bang Reno yang punya uang."
"Trus, uang yang selama ini Reno kasih ke kamu, kamu kemanain?"
"Hmm,, Rani pakai buat beli skincare."
"Skincare? Harus nya itu uang kamu pakai untuk hal yang berguna. Dasar menantu tidak jelas. Mama tidak mau tahu, pakai uang mu untuk beli makanan. Bisa habis tak jelas uang anak ku kau pakai beli skincare."
Rani mengerjap. Ia melihat ke arah suami nya, namun Reno hanya diam saja. Reno bahkan tidak membela Rani di depan keluarga nya.
" Baiklah. Rani akan pesan makanan sekarang."Ucap Rani sambil memesan makanan itu dengan cepat.
Dengan cepat juga Reno dan adik-adik nya membuat pesanan. Rani sampai menghembuskan nafas nya saat di rampok seperti ini. Harga makanan yang mereka pesan tidak lah main-main. Tapi Rani bisa apa?
Ia tidak berani membantah. Bisa marah besar nanti Reno dengan nya jika ia mulai perhitungan. Padahal selama menikah, Reno sama sekali tidak pernah memberikan banyak uang kepada Rani.
Rani pun tidak pernah tahu berapa gaji Reno yang sebenar nya.
"Halo Ma, kirimin Rani uang jajan dong. Uang jajan bulan kemarin udah habis." Ucap Rani saat menelpon Mama nya.
"Loh, uang sepuluh juta bisa ludes gitu aja? Emang nya kamu beli apa? Lagian kamu ini udah punya suami loh. Minta la ke dia. Kok ke mama melulu. Guna nya suami mu itu apa?"
"Oh jadi Mama udah mulai perhitungan ni? Oke lah kalau gitu. Rani nggak akan pulang lagi ke rumah. Rani akan tinggal di sini aja dengan keluarga Bang Reno. Mereka nggak pelit kayak Mama."
"Eh, eh,, anak Mama kenapa gitu ngomongnya. Yasudah, sekarang Mama transfer ya. Jangan ngambek lagi dong. Kan kamu lagi hamil. Kasihan cucu Mama nanti."
"Iya deh. Love u Mam."
Panggilan pun berakhir. Akhir nya Rani bisa lega karena uang nya akan bertambah lagi. Sebenarnya uang di dalam rekening Maharani sangat lah banyak.
Hanya saja, jika bukan untuk hal yang penting, ia tidak akan membuang-buang uang begitu saja. Ia sengaja menimbun uang-uang itu untuk kepentingan nya sendiri.
Seperti saat ini contoh nya. Jika saja ia tidak memiliki uang, habis lah sudah ia akan semakin di hina oleh keluarga Reno.
"Makanan nya udah datang ni." Ucap Maharani.
Seluruh keluarga Reno akhirnya berkumpul. Mereka makan dengan lahap termasuk Reno. Rani masih memikirkan perkataan Mama mertua nya, yang mengatakan kalau Reno tidak bisa makan makanan yang di beli di luar.
"Kurang enak ya, Ma. Masih enak makanan yang di masak sama Kak Mawar. Bumbu nya meresap dan nendang." Ucap salah satu adik nya Reno.
Rani masih saja terus makan tanpa memperdulikan mereka. Ia tidak peduli untuk saat ini. Karena sekarang ia sedang lapar dan makanan yang ada di hadapan nya adalah makanan kesukaan nya.
" Iya benar. Tahu gini Mama nggak jadi pesan deh. Mending kita suruh Mawar aja ke sini ya buat masak." Ucap Mama nya Reno tanpa rasa bersalah sama sekali.
Hati Maharani sangat sakit. Ternyata begini rasa nya di banding-bandingkan. Selama ini, Mawar sudah lama merasakan nya. Dan Maharani, hanya sebentar saja sudah tidak tahan.
Karena tidak tahan, Rani pun berlari ke belakang. Ia menangis sejadi-jadinya. Ia merasa tidak di hargai di rumah itu. Padahal niat nya sudah baik sedari awal ia datang.
Reno bahkan tidak menyusul nya sama sekali. Reno tidak peduli. Toh nanti juga Rani akan kembali.
Namun tiba-tiba dari arah belakang, ada yang yang sedang membelai kepala nya. Rani sangat asyik menikmati belaian itu.
Dari belaian tiba-tiba berubah ke pelukan. Rani bahkan semakin menangis tersedu-sedu. Pelukan itu semakin lama semakin erat. Bahkan Rani menerima beberapa kecupan di kepala nya.
Rani merasa nyaman. Ia yakin Reno merasa bersalah atas apa yang telah terjadi selama ini.
Tapi tiba-tiba tangan itu seperti mendorong Rani ke dalam kamar mandi. Rani yang tidak tahu hanya bisa pasrah. Tangan itu bahkan mulai menjelajahi setiap lekukan yang ada di tubuh Rani.
Saat tangan keriput itu sampai di kedua gunung kembar nya, Rani terkesiap. Tangan Reno tidak begini. Tangan siapakah itu?
*****
Dering suara ponsel Mawar mengagetkan nya. Ternyata pesan dari Angga.
"Sepuluh menit lagi aku jemput. Siap-siap ya."
Begitulah isi pesan yang di terima oleh Mawar. Angga memang selalu membuat nya jantungan.
Bagaimana mungkin dalam waktu sepuluh menit ia bisa bersiap. Ah, bodo amat pikirnya. Biarkan saja Angga menunggu Mawar bersiap. Salah nya sendiri ngajak keluar tiba-tiba tanpa rencana.
Bukan Angga namanya jika ingin menemui Mawar dengan cara buat janji. Angga sering dadakan bertemu dengan Mawar.
Mawar bersiap untuk mandi. Karena dari tadi ia memang belum sempat mandi. Pekerjaan nya tiba-tiba menjadi tidak terkontrol. Banyak orang yang meminta nya menjadi asisten virtual.
"Waduh, ini udah hampir tiga puluh menit." Ucap Mawar merasa bersalah.
Mawar kalau sudah mandi dan bersiap-siap biasa nya lama.
Saat ia keluar, ia melihat Angga sedang duduk di kursi yang ada di teras rumah nya.
"Maaf ya. Aku lama kali ini."
"Nggak apa. Yuk kita jalan."
Mawar menatap wajah Angga lama. Tidak ia temui wajah kesal di sana. Jika dulu saat bersama Reno ia telat sedikit saja, bisa di pastikan janji mereka akan batal. Selalu saja Mawar menjadi pihak yang selalu menunggu.
Angga membuka kan pintu untuk Mawar. Dan kemudian Mawar duduk dengan Anggun di samping Angga. Kali ini ia sudah mandi dan bersih. Jadi ia merasa percaya diri.
Setelah mobil itu melaju, beberapa menit kemudian mereka telah tiba di sebuah Salon terkenal yang ada di kota itu.
"Kamu mau pangkas?" Tanya Mawar pada Angga.
"Pangkas? Ah, nggak dulu deh. Aku masih sayang sama rambut ini. Kapan lagi aku bisa punya rambut panjang dan cantik."
Mawar menatap wajah Angga dengan serius. Wajah cantik itu masih sama seperti saat pertama kali mereka bertemu. Hanya saja, Angga sudah tidak menggunakan lip glos lagi.
Bibir Angga memang sudah pink alami dari lahir.
"Terus, mau ngapain kita kesini?" Tanya Mawar heran.
"Yuk masuk. Nanti aku jelaskan di dalam."Ucap Angga semakin membuat Mawar ketar ketir.
Mereka masuk ke dalam salon itu. Dan kemudian seorang laki-laki berpenampilan wanita menghampiri mereka.
" Hay ganteng, kamu dengan calon istri? "
"Baru kali ini ada manusia waras yang manggil kamu ganteng." Ucap Mawar sambil tertawa.