They Are Not Your Baby

Drrt -

Telfon Fira bergetar, dia menerima telfon tersebut tapi tidak ada suara. Ketika dia melihat nomor ponsel itu ternyata nomor tidak dikenali.

"Hallo, siapa ya?" tanya Fira.

Tut -Telfon terputus, pihak yang menelfon Fira, mematikan panggilan tersebut.

"Ada-ada saja" Fira menutup kembali ponselnya lalu menyimpannya.

"Kenapa Bu?" tanya supir taxi. Dari tadi Fira belum tiba di rumahnya karena jalanan tiba-tiba saja macet parah.

"Ada yang menelfon tapi tidak mengatakan apa-apa" kata Fira menjelaskan padanya.

"Mungkin salah sambung, oh iya Bu boleh saya tahu. Ibu diikuti seseorang atau orang itu teman ibu?" tanya si supir itu.

Fira refleks menoleh, dua mata Fira tertuju pada mobil hitam dibelakang taxi nya. Mobil itu sudah dari tadi mengikuti mereka, Fira hanya menghiraukan karena merasa tidak ada yang aneh.

Setelah ditegur sang supir barulah Fira memikirkannya. Semakin dipikirkan semakin aneh baginya.

"Pak nanti didepan belok kiri, lalu balik kanan" Fira menunjuk jalan didepan mereka.

Supir taxi tersebut mangguk. Dia sudah bekerja disana sebagai supir taxi sangat lama, jelas dia mengerti arah yang ditunjukkan Fira.

Seperti keinginan Fira, taxi yang dinaiki Fira berhasil lolos dari kejaran mereka. Ketika keluar dari gang tadi taxi tersebut sudah tidak diikuti lagi.

Fira meminta diantar langsung menuju rumahnya.

-

Disisi lain, Dylan baru saja berhadapan dengan Bu Andin. Dia bersikap ramah padanya yang merawat adik kecilnya.

"Bu saya mohon, ibu mau memberitahukan dimana keberadaannya" pinta Dylan.

Bu Andin yang masih takut dengan para bawahan Dylan tidak berani buka mulut. Dia masih memikirkan bagaimana jika lelaki didepannya ini ingin mencelakakan Fira.

Meski Fira bukan anak kandungnya dia sangat menyayangi Fira layaknya anak sendiri. Bu Andin tidak bisa memiliki anak, dia di vonis mandul saat mengalami kecelakaan dengan suaminya. Ketika diminta menjaga Fira, gadis kecil yang amnesia tersebut membuat Bu Andin sangat senang.

Dia terlalu menyayangi anak kecil itu hingga tidak rela melepaskan Fira saat ada yang ingin mengadopsinya. Tapi karena keluarga yang mengadopsi Fira adalah wanita sepertinya membuat ibu pengasuh itu melepaskan Fira. Dia tahu betul bagaimana rasanya ketika tidak bisa memiliki anak.

"Bos, ada telfon dari tuan Kaylan" seorang bawahan mendekatinya. Dia memberikan telfonnya pada Dylan.

"Ada apa kay?" tanya Dylan padanya melalui telfon.

"Aku kehilangan jejaknya. Bagaimana dengan ibu-ibu itu apa dia mau bersuara? Dimana adik kita?" tanya balik Kaylan.

Ketika tiba di depan rumah Bu Andin sikembar itu melihat taxi yang tadi keluar dari rumah Bu Andin. Kaylan mengajukan diri untuk mengejarnya, kini Kaylan kehilangan jejaknya.

"Dia belum mau bicara. Aku akan mengurusnya, kamu kembalilah. Aku akan pulang nanti" Dylan menutup telfonnya.

Dylan takut Kaylan akan menyusulnya datang kemari. Jika Abang kembarnya itu yang mengintrogasi Bu Andin sudah pasti tidak akan sedamai Dylan.

"Lebih baik kalian pulang. Ibu tidak akan memberitahukannya pada kalian" Bu Andin meminta padanya.

Dylan berdiri, "Baiklah Bu saya akan pulang, lain kali saya akan kemari lagi untuk bertanya. Mohon ibu mempertimbangkan pertanyaan saya. Masalah ini menyangkut keselamatan dia".

Dylan mengakhiri pembicaraan mereka, dia meninggalkan Bu Andin dengan segala kegelisahannya. Benarkah seperti yang dikatakan Dylan padanya? Bukan anak muda didepannya itu yang berbahaya bagi Fira.

"Tunggu" panggilnya membuat Dylan berhenti.

"Ada hubungan apa anda dengannya?" tanya Bu Andin dengan ragu-ragu.

Dylan tersenyum padanya. "Dia segala-galanya bagi saya Bu. Dia adalah adik kecil saya yang hilang" sahut Dylan.

Tangan keriput Bu Andin menutupi mulutnya. Dia hampir saja melakukan kesalahan, jika saja dia tidak bertanya. Mungkin Fira akan kehilangan kesempatan untuk bertemu keluarga kandungnya.

"Dia ada dikota, namanya Fira. Ibu hanya tahu dia sudah bekerja di sebuah perusahaan. Dia mengalami amnesia" Bu Andin menangis.

Dylan kembali mendekati Bu Andin lalu memeluknya, dia sangat-sangat berterimakasih akhirnya Bu Andin mau mengatakan dimana adiknya.

"Bu terimakasih sudah mau mengatakan dimana keberadaannya? Bantuan ibu sangat-sangat berarti bagi saya" Dylan mengusap air mata Bu Andin.

"Ibu senang karena ternyata Fira memiliki keluarga yang mencarinya. Tadi Fira kemari, dia mengkhawatirkan kondisi saya. Baru saja pergi ketika kalian tiba" Bu Andin bercerita padanya.

Setelah mendengar perkataan Bu Andin, Dylan bergegas menuju mobilnya. Dia mencoba menghubungi Kaylan tapi Abang kembarnya itu tidak mengangkat telfonnya.

"Ck dimana dia, kenapa tidak mengangkat telfon ku" Dylan berdecak kesal. Mobilnya terus saja melaju meninggalkan desa tersebut.

-

Dilain tempat, taxi Fira sudah tiba 10 menit yang lalu. Langkah kakinya sudah menapak didepan rumahnya, suara riuh didalam sana mengundang perhatiannya. Dia mendengar ada suara yang dia kenali didalam sana.

Tangannya menyentuh gagang pintu, dia mendorongnya dan

Bruk-

Fira menabrak tubuh Ghama dan hampir terjatuh, tangan sigap Ghama menyambut tubuh rampingnya.

"Kenapa tidak sakit" Fira merasakan jika tubuhnya seperti melayang. Wanita itu perlahan membuka matanya, "KAU!" sambungnya berteriak.

Dengan cepat dia mendorong Ghama. "Apa yang kau lakukan dirumahku?" kata Fira mengerang, mata elangnya menatap tajam Ghama.

"Bubu sudah pulang" Vina berlarian mendekatinya. Dia tidak mau melihat ibunya dan Ghama bertengkar. Anak manis itu meminta Ghama pergi dengan isyarat matanya.

"Lain kali jangan sembarangan menerima tamu ya nak. Kita tidak tahu apa dia baik, atau buruk" sindirnya saat Ghama pergi. Baru beberapa hari kedekatan mereka terjalin, tetapi hubungan Ghama dengan sikembar membuat khawatir Fira.

"Om Ghama baik kok Bu. Tadi aja pas Bu Arin pergi Om Ghama loh yang jagain Nana sama bang Vino" sahutnya membuat dahi Fira berkerut.

Dia sedang dibuat khawatir dengan kondisi Bu Andin sekarang malah dibuat lebih khawatir. Kedua anaknya mulai menerima kehadiran Ghama, jika Vino mungkin masuk akal karena anak itu sudah tahu kebenarannya. Sedangkan Vina, bocah kecil itu belum mengetahuinya tapi sudah sangat menyukai Ghama.

"Bisa-bisa setelah ini mereka direbut dariku" gumamnya.

Fira membawa masuk putrinya dan meminta sikembar menunggunya menaruh kardus baru mandi. Karena Bu Arin sudah pulang kerja Fira harus memandikan kedua anaknya seorang diri.

Fira menaruhnya diatas kasur. Dia berniat sehabis ini dia akan membuka kardus tersebut.

"Anak-anak ayo mandi" pekiknya memanggil sikembar.

Hening, tidak terdengar sahutan dari keduanya. Fira mencari-cari kedua anaknya tapi tidak ketemu. Berniat menanyakan pada tetangga rumah tapi ternyata mereka sudah pindah.

"Om Ghama sambut Nana" suara riuh Vina memancing perhatian Fira.

Ibu dua anak itu menuju sumber suara, dia jadi kaget saat melihat disana bukan hanya Vina dan Vino. Di kolam renang belakang apartement itu juga ada Ghama. Sudah terlambat baginya untuk kabur. Vina, sigadis licik itu menarik Fira ikut mandi bersama mereka.

.......

...[26]...