Alan adalah CEO tampan dan kaya, karena trauma dia membenci wanita. Untuk mendapati penerus, dia memilih nikah kontrak dengan Azalea, dan begitu ia melahirkan, pernikahan mereka berakhir.
Patah hati karena pria dingin itu, Azalea melahirkan anak kembar dan membawa salah satu anak jauh dari Alan tanpa sepengetahuannya.
Lima tahun kemudian, kedua putra Azalea secara tidak sengaja bertemu di rumah sakit. Saat itu, satu anak dalam keadaan sehat dan satu lagi sakit parah. Azalea yang malang diam-diam menukar identitas kedua putranya agar putranya yang sakit dapat diselamatkan.
Akankah rahasia identitas itu terungkap?
Akankah ia terjerat lagi dengan Alan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tentang cinta
"Tenangkan dirimu." Reagan datang membawa segelas air pada Azalea, berharap wanita itu sedikit tenang karenanya.
Azalea meminumnya sedikit, setelah itu dia kembali menyerahkan gelas tersebut pada Reagan.
"Sekarang cerita, kenapa kamu menangis seperti ini?" Tanya Reagan yang duduk di hadapan Azalea.
Masih di meja yang sama, Azalea menenangkan dirinya. Reagan menduduki tempat Alan sebelumnya, sembari menatap Azalea dengan serius.
"Papa si kembar datang, dia tahu aku datang menemui Elouise di rumah sakit."
"APA?! APA DIA MENCURIGAI RENCANAMU?!" Pekik Reagan.
Yah, Reagan mengetahui rencana Azalea. Wanita itu akhirnya menjelaskan yang sebenarnya dan juga rencananya. Reagan tentu syok awalnya, tapi pria itu tetap menyemangati Azalea. Walaupun, Azalea tak mau memberitahu siapa ayah si kembar.
"Tidak, hanya saja. Aku ... aku memiliki perjanjian dengannya. Intinya, aku tidak boleh menemui putraku yang ada bersamanya. Tapi, aku melanggarnya," ujar Azalea.
"Elouise putramu! Walaupun kalian sudah bercerai, dia tidak boleh seperti itu!" Sentak Reagan.
"Reagan, aku memiliki masalah yang rumit yang tidak bisa di jelaskan padamu lebih jauh. Tapi satu hal yang harus kamu tahu, karena Alan aku bisa keluar dari jeratan seseorang. Dia pria yang menyelamatkanku, dan harus ada bayarannya untuk itu semua."
Reagan terdiam, dia mencerna maksud dari Azalea tentang Alan. "Apa maksudmu ... dia meminta anak untuk bayar bantuannya, begitu?"
Azalea mengangguk pasrah, memang begitulah ceritanya hingga Alan dan dirinya menikah. Dia tak bisa menutupi apapun lagi dari Reagan, setidaknya dia bisa menumpahkan segala beban hatinya.
"Benar-benar pria tidak punya hati! Kau sudah benar berpisah darinya. Kenapa kamu selalu menolak bantuanku? Aku bisa membayar pengobatan Elouise, kenapa kamu harus melalukan cara nekat seperti ini!" Kesal Reagan.
"Aku tidak ingin merepotkanmu." Terang Azalea.
Reagan menghela nafas pelan, dia tak ada maksud lain. Dirinya hanya ingin membantu Azalea, tidak lebih.
"Azalea ..."
"Reagan, jangan berharap lebih padaku. Sungguh, aku masih trauma dengan adanya pernikahan. Aku sulit untuk menyembuhkan lukaku. AKu takut, kehidupanku sangat rumit. Lebih baik, kamu berjuang untuk wanita lain. Jangan aku, kehidupanku tidak sebaik dirimu." Lirih Azalea, dengan tatapan memohon pada Reagan.
"Tapi aku mencintaimu, kau tahu itu kan?!" Kekeuh Reagan.
"Aku tahu, maka dari itu hapus lah. Kamu masih berhak mendapat kan gadis, bukan wanita seperti ku yang di cerai oleh suaminya. Pikirkan orang tuamu, masa depanmu, aku tidak pantas untukmu Reagan. Perbedaan kita terlalu jauh."
Reagan tertunduk dalam, perkataan Azalea melukai hatinya. Dia tulus pada Azalea, bahkan dia siap menunggu sampai Azalea kembali membuka hatinya.
"Pulanglah, aku tidak apa-apa. Terima kasih, atas kebaikanmu padaku selama ini. Lebih baik kita berteman saja, aku suka berteman denganmu Reagan. Kau pria yang baik." Ujar Azalea.
Reagan mengangkat wajahnya, raut wajahnya terlihat datar dan menyendu. "Tidak ada pertemanan antara pria dan wanita Lea, aku mencintaimu. Akan ku tunggu kau membuka hatimu, aku siap kehilangan apapun tapi tidak dengan cintaku."
"Reagan ...." Lirih Azalea, menatap terkejut atas penuturan yang Reagan katakan padanya.
.
.
.
Di ruang kerjanya, terlihat Alan tengah duduk di kursi kebesarannya sembari melamun. Dia mengetuk jari telunjuknya di atas meja, sembari dia memikirkan kejadian sebelumnya.
"Siapa pria itu? apakah dia kekasih Azalea? Atau, dia ayah dari anak kedua Azalea? Haish, kenapa aku menjadi penasaran begini sih! Terserah dia mau punya anak dari pria manapun, tidak ada hubungannya denganku." Gerutu Alan.
"Tapi ...."
Alan beralih menarik laci meja kerjanya, terlihat sebuah map berwarna biru di sana. Alan pun mengambilnya, dan membuka map tersebut. Itu merupakan berkas cerainya dengan Azalea, kertas yang Azalea tanda tangani sebelum wanita itu pergi dengan membawa Elouise.
Tangan Alan mengusap lembaran kertas itu, sampai jarinya terhenti pada namanya yang terdapat di bawah dan tepat nya di sebelah nama Azalea yang sudah di tanda tangani oleh wanita itu. Namun anehnya, pada tulisan nama Alan sebagai pihak penggugat. Tidak di dapati adanya sebuah tanda tangannya. Dalam kata lain, Alan belum menandatangani nya.
"Sampai saat ini, aku belum menyerahkan berkas ini ke pengadilan. Bahkan, belum menandatanganinya. Kenapa? ada apa dengan diriku? Kenapa aku ragu dengan perasaanku sendiri. Aku membenci wanita, aku membenci mereka. Aku ingin lepas dari Azalea, tapi kenapa ... kenapa rasanya aku tak mampu untuk sekedar menyerahkan kertas ini ke pengadilan." Lirih Alan.
Alan kembali mengingat soal pria yang merangkul Azalea. Entah mengapa, dirinya menduga jika pria itu adalah kekasih Azalea.
"Dokter bilang, jika Azalea tengah menunggu putranya yang sedang sakit. Mungkinkah, pria itu adakah ayah dari anak keduanya?" Gumam Alan. Mengingatnya, membuat emosi Alan kembali naik.
Tiba-tiba, Alan mengambil pena yang dia bawa di dalam saku jas nya. Lalu, dia bergegas menandatangani surat perceraian itu dengan tangan yang sedikit gemetar.
Cklek!
"Tuan, saya ...,"
"Kendrick, urus perceraian ku. Masukkan berkas ini ke pengadilan, dan urus semuanya." Sela Alan, sembari memberikan kertas itu pada Kendrick yang baru saja tiba.
Kendrick terdiam dengan tatapan terkejut, dia bergegas membuka map itu dan melihat kejanggalan di sana.
"Tuan, kau belum menceraikan Nona Azalea?!" Pekik Kendrick.
"Lakukan tugasmu, jangan banyak bertanya!" Sentak Alan.
Kendrick mengangguk kaku, dia bergegas keluar. Meninggalkan Alan yang menjambak rambutnya sendiri, emosi nya tengah tak stabil. Dia ingin marah pada siapapun yang dia temui.
"Wanita itu hanya perlu uang, setelah memberikanku anak. Dia mencari pria lain yang membutuhkan jasa nya. Yah, wanita tidak bisa di percaya. Mereka hanya bisa menyakiti pria dengan air matanya. Wanita selalu pintar bermain drama kehidupan." Lirih Alan, dengan nafas yang memburu karena menahan emosi yang tak stabil.
Sementara Kendrick, dia menatap nanar surat perceraian itu. Dia bimbang, dirinya yakin jika sang tuan telah jatuh hati pada istrinya. Namun, ego dan kebenciannya menutupi rasa cintanya itu.
"Bagaimana ini? Jika bercerai, dan tuan menyesal. Mereka tidak akan bisa kembali. Haduh, aku harus apa." Gumam Kendrick.
"Tau lah! Makan siang aja dulu, kalau mikirin ginian gak ada selesai nya!" Gerutu Kendrick, akhirnya dia beranjak keluar kantor untuk mencari makan siang sembari memikirkan apa yang harus dia lakukan.
.
.
.
Malam harinya, Elouise merasa bosan sendirian di kamar rawat inapnya. Alan tak kunjung pulang, membuat Elouise kesal. Padahal, jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Walaupun Alan sudah memberikan Ipad padanya agar dia tidak bosan, Elouise yang terbiasa bermain tanpa gadget pun merasa bosan.
"Mana lagi ni olang, lupa kali punya anak ya. Lama kali pulang na, kecacal kali yah." Gerutu Elouise.
masih sama seperti kemarin, Elouise masih mengenakan selang oksigennya. Dokter belum melepasnya, lantaran nafas Elouise yang nasih terdengar sulit.
Cklek!
"Nah, akhilna pulang juga!" Seru Elouise.
Raut wajah Elouise yang tadinya kesal, berubah menjadi bingung. Terlihat, Alan kembali dengan penampilan yang kusut. Rambutnya berantakan, jasnya sudah tidak dia pakai lagi. Bahkan, kemejanya sudah keluar dari celananya.
"Papa." Lirih Elouise.
Alan menatap Elouise sekilas, dia meletakkan tas kerjanya dan juga jasnya pada meja sofa lalu membaringkan tubuhnya tanpa melepas sepatunya. Dia menaruh lengan kanannya di atas keningnya untuk menghalangi silau lampu pada matanya, tak lama dengkuran halus terdengar.
"Kecambet apa dia? Tumben kali langcung tidul, biacana kelja campe malem-malem." Gumam Elouise.
___
JANGAN LUPA DUKUNGANNYA
TERIMA KASIH BANYAK ATAS DUKUNGAN KALIAN🥰🥰
calandra bukan? terus yang jadi king atau kakak diva itu siapa?