Siapkan kanebo kering untuk menyeka air mata!
Ia hidup menyedihkan dalam kemiskinan bersama sepasang anak kembarnya, padahal ayah dari anak-anaknya adalah orang terkaya di kotanya.
Semua bermula dari suatu malam yang nahas. Bermaksud menolong seorang pria dari sebuah penjebakan, Hanna justru menjadi korban pelampiasan hingga membuahkan benih kehidupan baru dalam rahimnya.
Fitnah dan ancaman dari ibu dan kakak tirinya membuat Hanna memutuskan untuk pergi tanpa mengungkap keadaan dirinya yang tengah berbadan dua dan menyembunyikan fakta tentang anak kembarnya.
"Kenapa kau sembunyikan mereka dariku selama ini?" ~ Evan
"Kau tidak akan menginginkan seorang anak dari wanita murahan sepertiku, karena itulah aku menyembunyikan mereka." ~ Hanna
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 21
"Apa selama ini Hanna tinggal di Amasya? Apa karena itu Evan memilih tinggal di kota ini, karena Hanna ada di sini?" gumam Cleo dalam hati. "Tidak! Aku tidak bisa membiarkan ini."
Cleo berjalan sembunyi-sembunyi mengikuti Hanna dari belakang. Hingga tiba di sebuah ruangan anak, ia masih mengawasi dari jarak aman. Berjalan dengan sangat hati-hati dan berhenti tepat di ambang pintu ruangan yang baru saja dimasuki Hanna.
Seakan petir menyambar tubuhnya, seluruh tubuh Cleo gemetar mendapati apa yang ada di dalam sana. Belum hilang rasa terkejut ketika mendengar anak laki-laki itu memanggil Hanna dengan sebutan mommy, sekarang ia harus kembali terkejut dengan anak perempuan yang duduk bersandar di ranjang pasien-- yang juga memiliki wajah serupa dengan Evan.
"Kau sudah bangun, Nak." Hanna mendekati putrinya dan duduk di sisi pembaringan.
"Iya, Mommy," jawab Star dengan suara lemah.
Hanna mengecup kening putrinya, kemudian tersenyum kepada seorang perawat wanita yang sejak tadi membantu menjaga Star. "Terima kasih sudah membantu menjaga anakku, Suster."
"Sama-sama," jawabnya dengan senyuman ramah. "Kalau begitu saya permisi."
"Silakan, sekali lagi terima kasih."
Wanita berseragam putih itu pun beranjak keluar. Cleo segera bersembunyi di balik dinding saat perawat melewati pintu. Ia masih membeku, seolah kejutan ini adalah sebuah ancaman besar yang dapat menghancurkan hidupnya.
"Apa jangan-jangan anak-anak itu adalah hasil malam itu?" gumamnya menyadari kemiripan antara Evan dan Sky, apa lagi setahunya Evan memiliki gen kembar. Itu sudah cukup untuk menguatkan dugaannya.
"Apa Evan sudah bertemu dengan Hanna dan kedua anak itu? Tidak mungkin, kalau iya ... kenapa tadi Evan menanyakan Hanna?"
Wanita itu mengatur napas yang memburu. Dugaan demi dugaan terasa menghantuinya.
Tak tahan, wanita itu pun mendorong pintu dan menerobos ke dalam.
Hanna yang baru akan menyuapi putrinya sangat terkejut. Terlebih, ketika menyadari sosok yang menatapnya dengan penuh kebencian. Seakan tak percaya, ia melirik wanita yang merupakan kakak tirinya itu dari ujung kaki ke ujung kepala.
"Kau?"
"Kau terkejut aku di sini?"
Hanna menghela napas panjang, kemudian meletakkan mangkuk bubur ke atas meja. "Siapa yang memberitahumu kalau aku ada di sini?"
"Tidak ada. Aku hanya kebetulan menemukanmu."
Hanna mengusap rambut Star seraya tersenyum. "Sebentar ya, Nak. Mommy harus bicara dulu dengan wanita itu." Kemudian berjalan mendekat pada Cleo yang masih berada di ambang pintu.
"Apa yang kau inginkan dariku? Bukankah aku sudah pergi dari hidup kalian sesuai keinginanmu?"
Kemarahan seketika terlukis di wajah Cleo. Ia menatap sepasang anak kembar yang berada tak jauh darinya. "Siapa ayah dari dua anakmu itu?"
"Haruskah aku menjawabnya?" ucap Hanna menatap tajam Cleo.
Meskipun tidak menyebutkan, tetapi melalui jawaban Hanna, Cleo sudah memastikan dugaannya.
"Wanita murahan!" Tangan Cleo terangkat ke udara, hampir saja melayangkan tamparan ke wajah Hanna. Namun, Hanna mencengkram pergelangan tangan itu kuat-kuat, hingga Cleo meringis dibuatnya.
"Kau sama sekali tidak berubah, kakak tiriku yang menyedihkan," sindir Hanna menghempas kuat tangan Cleo.
"Kau lah yang menyedihkan! Kau akan menggunakan anak-anakmu untuk merayu Evan lagi, kan? Apa kau pikir kau akan berhasil? Sadarlah, di mata Evan kau hanya seorang wanita murahan."
"Aku tidak peduli apapun pendapatnya tentangku. Bukankah kau memang sudah berhasil menanamkan persepsi bahwa Hanna Cabrera memang seorang wanita murahan?"
"Dan aku akan sanggup melakukan itu, termasuk menyingkirkan kau dan anak-anakmu."
"Jadi kau jauh-jauh ke Amasya hanya untuk mengejarnya, ya?" Tawa kecil di bibir Hanna membuat kemarahan Cleo semakin memuncak. "Apa kau setakut itu sampai harus mengancam anak-anakku?"
"Aku hanya memperingatkanmu."
"Lakukan sesukamu! Tapi ingat satu hal, anak-anakku sama sekali tidak ada hubungannya dengan Ervan Maliq Azkara. Aku tidak peduli tentangnya ataupun tentangmu. Jadi sekarang pergilah dari sini! Sebelum aku mendatanginya dan mengatakan padanya siapa ayah dari anak-anakku."
Cleo tergugu. Matanya memerah memancarkan kemarahan sekaligus ketakutan.
_
_
_
Sore itu Evan terburu-buru menuju kafe miliknya setelah mendapat kabar dari orang suruhannya, Osman.
Kini mereka berada di dalam sebuah ruangan pribadi. Osman menggeser beberapa map coklat ke hadapan tuannya.
"Apa ini?"
"Beberapa data dan foto yang mungkin berguna."
Evan mengeluarkan satu lembar foto dari dalam amplop. Sejenak ia begitu terpaku menatap senyum indah Hanna yang mengenakan pakaian berwarna hitam.
"Bagaimana kau menemukan foto ini? Sepertinya foto ini diambil saat dia bekerja di sebuah klub malam."
"Benar, Tuan. Klub itu mengalami kebangkrutan dan sudah tutup dua tahun yang lalu. Tapi saya berhasil menemukan pemiliknya."
"Lalu?"
"Menurut informasi darinya, Nyonya Flora meminjam sejumlah uang untuk menyuap agensi artis demi menunjang karier anaknya, Cleo Cabrera. Tapi akhirnya mereka ditipu pihak agensi. Karena tidak sanggup melunasi, maka mereka menjual Hanna sebagai penebus. Hanna bekerja di klub malam itu tanpa digaji dan setelah beberapa bulan bekerja, Hanna menghilang secara tiba-tiba."
Evan terhenyak. Bayang-bayang ucapan Cleo berputar dalam ingatannya.
"Kasihan ayah dan ibuku. Mereka sangat ingin Hanna menyelesaikan pendidikannya. Tapi dia tega menghancurkan segalanya. Demi mendapatkan uang dari pria kaya, dia memilih bekerja di klub malam."
"Aku tidak habis pikir, bagaimana dia merayu setiap pria kaya yang datang ke klub."
Segala ingatan itu membuyar seiring dengan bayang-bayang Hanna. Evan seperti terjatuh ke dalam lembah penyesalan yang dalam, dengan mudahnya percaya kepada setiap ucapan Cleo.
"Sepertinya Nyonya Flora dan anaknya tidak begitu menyukai Hanna. Beberapa tetangga menyebut mereka mengusir Hanna dari rumah tujuh tahun lalu karena mempermalukan keluarganya. Hanna kedapatan tidur dengan seorang pria di sebuah kamar penginapan dan fotonya tersebar di beberapa tetangga. Emm ... Fotonya ada di dalam amplop, Tuan."
Evan mengeluarkan lagi dua buah foto di mana terlihat jelas wajah Hanna yang terlelap dalam pelukan seorang pria yang wajahnya tersamar.
Tangan Evan terkepal meremas foto-foto itu hingga terlihat pembuluh nadinya menonjol. Osman sudah gemetar menatap reaksi tuannya.
"Kenapa fotonya tersamar? Apa kau tidak punya foto aslinya?" ujar Evan mulai kesal.
Osman seketika menunduk. Tubuhnya terasa meremang dan keringat dingin mulai di keningnya.
"A-ada, Tuan. Ta-pi sa-ya tidak berani," jawabnya terbata.
"Keluarkan!"
"Saya tidak berani, Tuan."
"Keluarkan atau aku akan memecatmu saat ini juga!" teriaknya menggelegar.
Meraba saku mantelnya, Osman memberanikan diri mengeluarkan selembar foto dan menyerahkan kepada tuannya dengan gemetar.
Evan pun segera menyambar foto di genggaman Osman yang mana membuat wajahnya seketika memucat.
"Ma-maafkan sa-ya, Tu-an. Ta-pi ... bukankah pria di dalam foto itu adalah Anda?"
*****
bahagia deh jdnya
samangat sll ka
mantap
wanita pemberani