NovelToon NovelToon
Petualangan Sang Pendekar Di Dua Negeri

Petualangan Sang Pendekar Di Dua Negeri

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi Timur / Perperangan
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Ikri Sa'ati

Cerita ini mengisahkan tentang perjalanan hidup seorang pendekar sakti. Bermula dengan tidak diakui sebagai anak oleh ayahandanya, sedangkan dia belum mengetahui.

Tahunya dia ayahandanya yang sebagai seorang raja telah mati terbunuh saat perang melawan pemberontak yang dipimpin oleh seorang sakti berhati kejam, yang pada akhirnya kerajaan ayahandanya berhasil direbut.

Hingga suatu ketika dia harus terpisah juga dengan ibunda tercintanya karena suatu keadaan yang mengharuskan demikian pada waktu yang cukup lama.

Di lain keadaan kekasih tercintanya, bahkan sudah dijadikan istri, telah mengkhianatinya dan meninggalkan cintanya begitu saja.

Namun meski mendapat berbagai musibah yang begitu menyakitkan, sang pendekar tetap tegar menjalani hidupnya.

Di pundaknya terbebani tanggung jawab besar, yaitu memberantas angkara murka di dua negeri; di Negeri Mega Pancaraya (dunia kuno) dan di Mega Buanaraya (dunia modern) yang diciptakan oleh manusia-manusia durjana berhati iblis....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikri Sa'ati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EPISODE 23 BERDUA DI PERPUS Part. 1

Begitu jam istirahat pertama tiba, Arabella langsung mencari di mana Daffa berada. Gadis tomboy itu ingin minta maaf secara khusus kepada Daffa.

Ya, secara khusus dan sendiri, dia dan dirinya.

Beberapa waktu belakangan ini dia merenungkan tentang kejadian-kejadian yang dialaminya beberapa malam yang lalu.

Salah satunya adalah insiden saat hampir ditabraknya Renatha oleh seorang pengendara motor yang ternyata bernama Rizal.

Setelah dia mencerna tentang kejadian tersebut, meski Renatha tidak bisa disalahkan, namun bukan berarti kesalahan itu bertumpu pada Daffa. Kejadian itu murni kesalahpahaman dan mereka sama-sama tidak tahu menahu bakal terjadi seperti itu.

Dia dan Renatha waktu itu masih berada di suatu tempat seperti alam lain dan asing. Namun tiba-tiba saja mereka berdua kembali di tempat semula, di dunia nyata di dunia modern.

Sungguh Renatha sama sekali tidak menyadari kalau ternyata waktu itu dia tengah berada nyaris di tengah jalan. Sehingga Daffa yang memang tidak tahu kalau Renatha tiba-tiba muncul di jalur lintasan motornya, hampir saja menabraknya.

Semua kejadian itu tanpa ada unsur kesengajaan di antara keduanya, itu sudah jelas. Tidak bisa dan tidak boleh ada yang saling menyalahkan antara satu sama lain.

Itulah pemikiran yang dapat disimpulkan oleh Arabella dari kejadian tersebut.

Tapi masalahnya sekarang, Renatha malah menyalahkan Daffa secara sepihak dalam peristiwa tersebut, tanpa mencerna dulu lebih dalam. Jelas dia tidak sependapat dengan tindakan Renatha.

Namun di sisi lain Renatha adalah sahabatnya. Untuk menegur atau lebih tepatnya menyalahkan Renatha secara langsung yang telah menyalahkan Daffa, untuk saat-saat ini tidak bisa dilakukan. Butuh waktu untuk menyadarkan Renatha yang lagi emosi itu.

Yang terpenting baginya saat ini, bagaimana meluruskan masalah dulu dengan Daffa. Arabella amat berharap Daffa seperti apa yang pemuda itu tampakkan.

Dia melihat Daffa begitu tenang dalam menghadapi kebencian Renatha. Begitu tenang dalam menghadapi kesombongan Reynold.

Tidak membalas kebencian Renatha dengan kebencian. Tidak membalas keangkuhan Reynold dengan kemarahan dan ketersinggungan.

Malah menghadapi kebencian Renatha dan kesombongan Reynold dengan kesabaran yang sudah mencapai level tinggi.

Entah, apakah ketenangan pemuda itu sudah mencapai level sempurna?

Satu hal yang membuat Arabella heran terhadap pemuda bersahaja itu, dia tidak melihat adanya getar ketakutan dalam diri pemuda itu dalam menghadapi Renatha dan Reynold.

Padahal jika orang lain yang semodel dengan Daffa, maksudnya cowok cupu, sudah gemetar ketakutan menghadapi kedua manusia arogan itu.

Semakin jauh Arabella memikirkan seorang Daffa, makin membuat kepalanya pusing. Soalnya seabrek keanehan dan misteri terkumpul padanya.

Gadis tomboy itu merasa kalau Daffa itu adalah seorang yang misterius, sama misteriusnya dengan Ksatria Naga Hitam.

Perlu diketahui bahwa, rencana Arabella ingin bertemu dengan Daffa secara khusus atau secara pribadi, tanpa sepengetahuan personil geng Red-Blue Girls 8 lainnya. Apalagi Renatha, gadis itu jangan sampai tahu.

Makanya dia harus mempunyai alasan tepat untuk menghindari teman-temannya yang mengajaknya ke kantin. Setelah itu dia mencari Daffa yang entah berada di mana sekarang.

Dia tidak mungkin bertanya kepada orang-orang di mana Daffa berada karena 2 hal. Pertama, Daffa adalah siswa baru, mana mungkin ada siswa yang begitu cepat mengenalnya. Paling yang mengenalnya teman satu kelasnya.

Sedangkan tidak mungkin dia bertanya teman sekelasnya 'kan?

Pasti akan menimbulkan kecurigaan orang-orang jika hal itu dia lakukan. Dan lambat laun akan diketahui oleh teman-temannya. Itu yang dia tidak inginkan dahulu. Itulah alasan yang ke 2.

Namun satu hal yang membantu Arabella agar bisa mengetahui di mana Daffa berada tanpa harus bertanya-tanya kepada orang, bahwa Daffa adalah siswa baru.

Siswa baru tentu belum banyak temannya. Atau malah Daffa belum menemukan teman yang bisa dia ajak kemana atau dia diajak ke mana, menurut dugaannya.

Maka, menurut dugaannya Daffa kemungkinan saat ini tengah berada di suatu tempat seorang diri. Tempat itu, kalau bukan kantin, perpus, ya berarti dia berada di taman.

Kalau kantin, tidak mungkin Daffa berada di situ karena barusan tadi dia dari situ. Maka cuma ada dua kemungkinan, perpus atau taman.

Namun, sekarang Arabella jadi bingung, ke mana lebih dulu dia harus menuju? Tapi setelah berpikir sebentar dan menimbang-nimbang, maka dia putuskan untuk ke perpus dulu.

Maka bergegaslah dia menuju perpustakaan sekolah tanpa menunda-nunda.

★☆★☆

Usaha tidak mengkhianati hasil.

Ketika Arabella sudah masuk ke dalam perpus sekolah, celingak-celinguk sebentar, dia sudah menemukan orang yang dia cari. Ternyata analisanya begitu tepat.

Suasana di mana Daffa berada begitu sepi, terbungkam oleh kebisuan. Tidak ada seorang pun yang duduk di meja baca itu selain dirinya.

Pemuda yang tampak biasa itu hanya ditemani oleh seabrek buku di rak buku yang membentuk leter U serta meja yang membisu dan bangku panjang yang setia menemani.

Sementara Daffa begitu tenang dalam membaca. Tak ada sedikitpun yang bergerak pada diri pemuda belia itu. Sehingga terlihat seperti patung yang diam.

Yang bergerak hanyalah lembaran buku yang dia baca. Tentu digerakkan oleh jarinya. Itupun dengan sedikit gerakan, sehingga tampak terlihat aneh.

Memang pemuda bersahaja itu benar-benar manusia aneh!

Arabella melangkah perlahan mendekati pemuda tersebut. Bukan menyusuri jalan di mana Daffa berada, tapi menyusuri jalan di seberang pemuda itu.

Hal pertama yang dilakukan begitu sudah berada di seberang Daffa, gadis tomboy itu harus berlagak seperti orang yang hendak membaca.

Dia mengambil salah satu buku yang ada di rak. Tidak main ambil saja, melainkan berlagak seolah mecari buku yang ingin dibaca.

Lalu mengambil salah satu buku yang jelas tidak diinginkan. Terus duduk di bangku panjang di seberang Daffa, di depan pemuda itu.

Tapi tidak duduk persis di depan Daffa, melainkan agak ke sebelah kiri sedikit. Begitu sudah duduk, dia berpura-pura membaca dulu. Tapi sesekali dia melirik pada Daffa.

Sedangkan yang dilirik sama sekali tidak melakukan perubahan apa-apa. Seolah Daffa tidak menyadari kalau ada yang datang. Atau bahkan mungkin tidak perduli dengan kedatangan siapa pun.

Akan tetapi, belum lama Arabella berpura-pura membaca dengan kepala agak tertunduk, telinganya telah mendengar orang berkata pelan, lembut, tapi jelas.

"Kalau ada yang mau diomongin, ngomong aja! Nggak usah menunda-nunda segala, keburu bel masuk bunyi."

Arabella seketika mengangkat kepala, lalu memandang ke arah Daffa dengan cepat. Namun dia tidak melihat ada tanda kalau pemuda misterius itu barusan berbicara. Tampak pemuda itu masih sibuk saja dengan membaca.

Tapi suara tadi jelas berasal dari situ. Apalagi tidak ada orang lain di tempat ini selain mereka berdua. Maka ditatapnya Daffa cukup lama. Seolah mencari bekas atau tanda kalau pemuda itu baru saja berbicara.

Akan tetapi makin lama dia menatap Rizal, dia melihat sekaligus merasakan sesuatu yang mempesona dari wajah yang tenang itu.

Ternyata, makin lama menatap pemuda bersahaja itu, ketampanannya yang sesungguhnya menguar dari wajah yang teduh itu. Seolah Arabella tengah melihat seorang pangeran tampan di wajah itu.

Terus terang dia sudah tiga kali ini menatap Rizal; pertemuannya pertama kali di malam itu, tadi di kelas, dan saat ini. Dua waktu sebelumnya dia belum melihat wajah pesona Daffa seperti kali ini. Barulah sekarang dia melihat dan merasakannya.

Entah mengapa bisa demikian, dia sendiri masih bingung bercampur heran. Benar-benar pemuda yang aneh.

Namun, selagi Arabella asyik menikmati wajah nan tampan itu, telinganya kembali mendengar suara seperti tadi, suara yang bernada kalem dan tenang.

"Lu mau ngomong apa, Nona? Apa lebih suka berpura-pura gitu, ketimbang nyampein maksud lu datang ke sini.

★☆★☆

1
juju Banar
lanjut
Adhie: lanjuuut...
total 1 replies
anggita
chapternya sdh banyak tpi yg mampir baca masih sdikit. klo mau promo novel bisa ke tempat kami. bebas👌
Adhie: makasih kaka...
total 1 replies
anggita
oke thor, terus berkarya tulis, semoga novel ini lancar jaya.
Adhie: terima kasih dukunggannya...
total 1 replies
anggita
wow... naga merah, kuning.
Adhie: hehehe...
total 1 replies
anggita
like👍 dukungan utk fantasi timur lokal.
anggita
gang.. red blue girl 8🙄
anggita
hadiah tonton iklan☝
anggita
tiap chapter cukup panjang 👌
Adhie: itu gaya saya dalam menulis novel kaka... biar agak puas bacanya dalam satu chapter
total 1 replies
anggita
pangeran pandu wiranata..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!