Menjadi ISTRI RAHASIA Anak SMA

**Apa kabar readers kesayangan emak?

Kangen emak crazy up nggak?

Kalau kangen, like komen **vote dan hadiah juga ya.. Oh iya klik favorit juga dong..

Happy reading kesayangan**..

...******...

"Ra.. Lihat ini, berarti aku boleh ngelakuin itu 2 hari lagi." Qenan memberikan ponselnya kepada Nadira yang isinya tentang jarak melakukan berhubungan suami istri.

Nadira menerima ponsel itu menatapnya nanar kala membaca judul artikel tersebut. Susah payah ia menelan saliva kala membaca kalimat yang membuat Qenan tentu senang.

"Ternyata bener Ra, kalau abis lakuin itu mood kita jadi bagus dan bisa memperbaiki imunitas diri."

Demi apa? ingin sekali Nadira menghilang dari hadapan Qenan sekarang juga. Wajahnya terus memanas saat Qenan dengan polos nya menjabarkan tentang manfaat hubungan intim.

"Ra.."

"I-iya.."

Qenan menatap dalam mata Nadira hingga membuat ia salah tingkah. Mata tajam itu mampu menghipnotis siapapun yang tengah menatapnya juga.

"Apa kamu udah minum obat kontrasepsi nya?" tanya Qenan.

Mereka berdua sepakat untuk menunda memiliki anak sampai Qenan tamat sekolah dan memberitahu orang tua nya tentang pernikahan rahasia ini.

"Udah kok."

"Nan.. Kamu nggak pakek laptop kan malam ini?" tanya Nadira.

"Enggak, aku nggak lagi nugas kok. Aku ada sedikit kerjaan Ra.. iPad ku kemana ya?"

Qenan selalu menggunakan tugas sekolah menggunakan laptop dan bekerja melalui ponsel dan iPad nya.

"Ada di meja belajar kamu, sekalian bawa laptop nya ya.. Aku pengen nonton."

Qenan mengangguk lalu turun dari tempat tidur mengambil laptop dan iPad nya. Ia sudah mulai mengetahui kesukaan Nadira dan salah satunya menonton drama Korea, drama Thailand, dan drama China.

"Ini." Qenan menyerahkan laptop lalu duduk di kursi meja belajarnya.

Sebelum menonton Nadira keluar kamar menuju dapur membuat dua gelas cokelat panas dan membawa beberapa bungkus cemilan ke kamar dan duduk di sofa yang terdapat di kamar itu.

Nadira meletakkan segelas susu cokelat di meja belajar untuk Qenan.

"Makasih ya." ucap Qenan tersenyum tipis.

Nadira tersenyum mengangguk.

Drama Korea berjudul MR.QUEEN.

Serial drama korea Mr. Queen yang berkisah tentang pertukaran tubuh yang terjadi antara Jang Bong Hwan (seorang koki di istana negara Korea Selatan (Blue House)) dan Kim So-Yong (seorang Ratu pada era Dinasti Joseon, dinasti yang berperan dalam pembangunan Korea Selatan yang lebih modern) baru saja berakhir.

Meski bercerita tentang sejarah dan dipenuhi intrik politik, drama Mr. Queen dipenuhi dengan adegan komedi romantis yang dapat membuat penonton terhibur.

Terbukti, pada penayangan episode terakhirnya, Mr. Queen berhasil mencapai rating ketujuh tertinggi dalam sejarah, setelah drama Clash Landing on You , Goblin, Reply 1988, dan MR. Sunshine ​.

Pada awal penayangannya, Mr. Queen pun sempat menuai sejumlah kontroversi karena beberapa narasi dan adegan di dalamnya dianggap merendahkan sejarah Korea.

Terlepas dari kontroversi yang ada, disadari atau tidak, penayangan drama Mr. Queen ternyata membantu pemerintah Korea Selatan dalam meningkatkan citra negaranya.

Fadia terus tertawa karena setiap bab banyak menampilkan adegan lucu dan tawa nya membuat Qenan tidak konsentrasi lagi.

"Asik betul nonton nya sampek lupa kalau lagi nggak sendiri di kamar."

Nadira menoleh kemudian nyengir merasa tak enak pada Qenan. "Maaf Nan.."

"Loh kok di matiin sih?" sungut Fadia merengut karena laptop itu sudah mati.

"Udah malam, besok lagi bisa di lanjut nonton nya.

"Pelit banget sih? mentang-mentang kamu yang punya laptopnya." ucap Nadira sewot namun tetap menuruti naik ke atas tempat tidur.

Qenan hanya menggeleng melihat tingkah Nadira terkesan lucu dan menggemaskan. Ia berpikir terkadang ia harus bisa menempatkan diri agar terlihat seimbang dengan Nadira notabane nya adalah cewek lebih tua darinya.

Malam itu pasangan muda tersebut tidur dengan saling mendekap memberi kehangatan masing-masing.

...****...

Pagi telah menjelang. Sayup-sayup suara kicau burung terdengar bagai simfoni yang mengalun merdu. Menuntaskan lara menghapus pilu. Secercah sinar mentari menerobos celah jendela. Membuat seseorang yang masih lelap di peraduan mulai mengerjapkan mata.

Tak lama kemudian seorang cewek dengan pakaian serba putih tampak menyibak gorden yang menutupi jendela kaca kamar itu.

"Selamat pagi.." sapa Nadira dengan senyum manis.

"Pagi.." sahut Qenan dengan suara serak masih enggan untuk bergerak dari selimut yang membungkus tubuhnya.

Nadira duduk di tepi ranjang menatap wajah tampan Qenan dengan seksama. Hingga kini ia tidak bisa menggambarkan bagaimana nasib pernikahan rahasia ini.

Bagaimana nasib nya jika Qenan pergi meninggalkan nya.

"Qenan bangun.." ucapnya sembari menekan pipi Qenan menggunakan jari telunjuk nya.

Qenan bergeming kembali memejamkan mata dengan tetap membiarkan Nadira melakukan apapun sesuka hati di wajahnya.

"Qenan bangun ih.. Aku udah masak ayam bakar pedas manis. Aku bakalan marah kalau kamu nggak makan masakan ku." ancam Nadira dan sukses membuat mata Qenan terbuka sempurna justru hal itu membuat Nadira tertawa.

"Kamu ngerjain aku hem?" tanya nya yang sudah duduk berhadapan dengan Nadira dengan jarak dekat.

Berdekatan dengan Qenan membuat ia gugup dan tidak bisa mengkondisikan debaran jantung berlebihan.

Ya ampun.. Jantungku berdisko...

"Sana mandi, baju sekolah nya udah aku siapin di situ dan aku mau pergi hari ini."

Qenan menatap curiga pada Nadira. "Pergi kemana?" tanyanya dingin.

"Mau ke itu.. Ke.." Nadira ragu untuk memberi tahu.

Nggak mungkin aku bilang mau kesana kan?

"Kemana? bukan sama Dion kan? bukan sama mantan pacar kamu itu kan?" cerca Qenan masih curiga dengan Nadira.

Mata Nadira membola mendengar itu dan merasa heran mengapa mantan pacarnya juga harus disebut sekarang.

"Kamu cemburu?" pancing Nadira yang sebenarnya menguntungkan hal itu.

Qenan gelagapan ditanya seperti itu membuat mengalihkan pandangan ke arah lain. Ditanya seperti itu membuat ia bingung dengan perasaan nya. Apa benar ia cemburu?

Ia berdehem menetralkan dari kegugupan. "Cemburu? nggak lah, sebagai istri harus izin dari suami kalau mau pergi kan? jadi wajar kalau aku tanya begitu." Qenan berkilah seraya turun dari tempat tidur ke kamar mandi.

Raut wajah cerah kini menjadi mendung, kini ia sadar bahwa hubungan ini hanya sebatas pernikahan tanpa cinta.

Kalau kayak gini terus aku harus apa? ini sakit Qenan..

Tanpa diketahui Qenan kini Nadira menangisi perasaan yang tak terbalas. Masih dengan derai air mata ia menyiapkan pakaian sekolah suaminya itu. Lalu keluar kamar menuju dapur, menunggu disana lebih baik pikirnya.

Cukup lama Nadira menunggu hingga tidak sadar jika Qenan sudah duduk berhadapan dengannya di meja makan.

"Nadira.."

Mendengar suara bariton itu memanggil namanya membuat ia tersentak.

"Ah iya maaf aku nggak dengar." Buru-buru Nadira menyiapkan sarapan untuk Qenan."

"Kamu kenapa?"

Nadira menoleh dan memaksakan untuk tersenyum.

"Aku gak kenapa-napa."

🌸

Bersambung...