Di tengah-tengah kemelut perang, seorang gadis muda yang berbakat, Elena, tergabung dalam unit pasukan khusus. Dalam sebuah misi yang kritis, kesalahan bermanuver mengakibatkan kematian tragis.
Namun, alih-alih menemukan ketenangan di alam baka, jiwanya terbangun kembali dalam tubuh gadis polos bernama Lily, seorang siswi SMA yang kerap menjadi sasaran bully dari teman-temannya.
Dengan kecerdasan militer yang dimilikinya, Elena mencoba untuk memahami dan mengendalikan tubuh barunya. Namun, perbedaan antara kehidupan seorang prajurit dan remaja biasa menjadi penghalang yang sulit dia atasi.
Sementara Elena berusaha menyelaraskan identitasnya yang baru dengan lingkungan barunya, dia juga harus menghadapi konsekuensi dari masa lalunya yang kelam. Di sekolah, Lily mulai menunjukkan perubahan yang mengejutkan, dari menjadi korban bully menjadi sosok yang tegas dan berani.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arlingga Panega, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Damian Di Temukan
Lily hanya tersenyum kecut di tempat persembunyiannya, untuk sementara waktu, dia harus menjauh dari terowongan itu dan mencari jalan yang lain.
Melirik ke arah orang-orangnya, gadis kecil itu segera menggerakkan jari tengah dan jari telunjuk sebagai kode untuk mereka bergerak. Jalan telah terbuka, orang-orang dari kelompok mafia Black Eagle saat ini memasuki terowongan, sehingga mereka sedikit leluasa untuk menjelajah ke tempat yang lainnya.
Markas ini terlalu besar, sehingga Lily bersama 5 orang lainnya harus berbagi tugas. Mereka mulai menyusun rencana agar tidak ketahuan, salah seorang bawahannya menyerang anggota kelompok mafia black eagle, kemudian bertukar pakaian.
Dia mulai berjalan-jalan dengan sangat tenang sambil memeriksa sekitar. Siapa yang akan menyangka bahwa pria itu merupakan penyusup yang mereka cari? Dia bahkan bertingkah layaknya anggota kelompok mafia black eagle, karena sebelumnya pria itu ternyata memiliki kedekatan dengan salah seorang anggota kelompok, sehingga mengetahui apa saja yang harus dan tidak boleh dilakukan ketika mempergunakan pakaian kelompok mereka.
Lily melompat, dia bergelantungan di antara langit-langit ruangan sambil memeriksa keadaan, gadis itu dengan sangat santai menyabotase internet dan mematikan cctv, dia juga mengerahkan kameranya untuk melakukan siaran langsung.
Suasana markas kembali hening, seluruh anggota kelompok telah kembali ke tempatnya masing-masing. Sementara para pengguna internet, menunggu kejutan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Lily terlalu licin, bahkan anggota kelompok mafia tersebut tidak menyadari jika cctv di tempat mereka saat ini tidak berfungsi, bahkan internet pun mati. Namun di luaran, semua orang masih bebas mempergunakannya, mereka bahkan melihat siaran langsung yang saat ini dibuat oleh Lily bersama anggota kelompoknya.
Di atas markas yang besar itu terdapat sebuah antena yang mirip dengan payung kecil dan tentu saja benda itu berguna sebagai pembuat jaringan, namun dengan keberadaan Lily, fungsinya sudah tak bisa diandalkan lagi. Gadis itu dengan sengaja membuat orang-orang yang berada di markas tidak bisa menghubungi pihak luar.
Di tempat lain, Bastian juga mulai bergerak mengikuti peta, dia melakukan penyerangan pada titik-titik tertentu yang telah ditandai dengan lingkaran biru sebelumnya oleh Lily.
Hingga saat ini, pemuda itu telah menemukan 6 pos penjagaan, di mana ada 20 orang yang berjaga di setiap tempat. Tanpa membutuhkan waktu yang lama, Bastian berhasil melukai mereka tanpa suara, dia sengaja menggunakan bambu runcing untuk menikam lawan langsung di jantungnya.
Setelah memastikan kondisi aman, mereka kembali melanjutkan perjalanan. Namun salah seorang anggota melihat sebuah bangunan kecil yang terlihat tidak terurus, sehingga membuatnya merasa sangat tertarik dan berniat untuk memeriksanya.
Bastian yang mendengar hal itu sama sekali tidak melarang, ia bahkan segera memimpin pasukannya untuk menjelajah lebih jauh lagi.
Hari berlalu dengan begitu cepat, kali ini Lily telah menemukan jalan lain, ada beberapa bagian bangunan yang memisahkan diri, sehingga nampak seperti paviliun kecil.
Setelah memeriksanya dengan teliti, ternyata tempat itu merupakan sebuah tempat rahasia yang sama sekali tidak disembunyikan, sehingga orang luar akan beranggapan bahwa itu hanyalah gudang kosong biasa. Namun keberadaan pintu rahasia lainnya, ada di balik tembok bangunan kecil.
"Nona...!" pria itu mendekat ke arah Lily.
"Sudah ada kabar dari Bastian?" tanya Lily, dia terlalu fokus untuk melakukan siaran langsung, agar orang-orang di luaran mengetahui bagaimana keadaan kelompok mafia black Eagle di markasnya, sehingga melupakan Bastian, bersama orang-orangnya yang ia tinggal.
"Mereka akan segera sampai di tempat ini, sudah ada enam pos yang berhasil mereka hilangkan sebelumnya." ucap pria itu memberikan penjelasan dengan sangat rinci.
"Bagus, kalian masuk dulu!" ucap Lily sambil menunjuk ke arah pintu rahasia, dia harus bersiap-siap untuk membuat jebakan, jangan sampai anggota kelompok mafia Black Eagle mengetahui keberadaan mereka di tempat itu dan menangkapnya.
Tap...
Tap...
Tap...
Lily segera menyusul orang-orangnya, kali ini gadis itu berjalan di depan, dia memimpin kelima orang pria di belakangnya dengan sangat tenang. Namun langkahnya tiba-tiba saja terhenti, membuat orang-orang yang mengikutinya di belakang saling berpandangan.
"Ada apa, nona?" Lily segera mengangkat tangannya dan menempelkan jari telunjuknya di depan mulut. Dia memasang telinganya lebar-lebar sambil mengerutkan dahi.
"Hancurkan temboknya!" ucap Lily dengan tanpa ekspresi.
"A-apaaa? Nona, anda serius?" kelima orang pria itu terlihat sangat kaget dengan perintah yang diberikan oleh Lily, namun gadis itu langsung mengangguk.
"Sekarang!"
Akhirnya, mau tak mau mereka pun segera bergerak dan mencari alat yang sekiranya bisa digunakan untuk menghancurkan dinding, namun setelah berkeliling beberapa saat, mereka kembali dengan tangan kosong.
"Nona, tidak ada alat yang bisa kami temukan untuk menghancurkan dinding itu." ucap kelima orang pria sambil menunduk, menyatakan penyesalan.
Lily terdiam, namun tak lama kemudian gadis itu segera mengangkat wajahnya ke atas. "Jika dinding tak bisa dijebol, bukankah plafon masih bisa?"
Hap...
Gadis itu telah melompat, dia meraba-raba kakinya dan mengambil palu.
"Menjauh!"
Kelima orang pria itu memelototkan mata, mereka tak menyangka jika Lily masih menyembunyikan senjata lain dalam tubuhnya. Namun setelah mendengar suara peringatan dari gadis kecil itu, membuat mereka tak ada yang berani untuk tidak patuh, segera, ke lima orang pria itu mundur beberapa langkah ke belakang. Sementara lily mengayunkan palunya untuk mendobrak plafon, hingga sedikit demi sedikit terlihat bolongan yang cukup untuk dia masuk ke dalamnya.
Brak...
Lily merangkak melewati plafon, matanya membulat saat tak sengaja melihat tubuh Damian yang terbaring di atas meja, kaki dan tangannya diikat, mulutnya di lakban, sementara tubuh pemuda itu dipenuhi dengan bekas luka yang masih mengalirkan darah segar.
"Bajingan!"
Lily mendesis, dia segera lompat ke ruangan itu dan membuka ikatan di tangan dan kaki Damian, dengan hati-hati, Lily juga membuka lakban yang menutupi mulut pemuda itu.
"Damian!" Lily memanggil dengan suara yang sangat perlahan, samar-samar pemuda itu mendengar suara gadis yang sangat dirindukannya, membuat kelopak matanya terbuka sedikit demi sedikit.
"Lily?" ucap Damian, suaranya terdengar parau.
"Cepat pergi!" Damian tidak ingin melibatkan Lily dalam masalah besar yang di hadapinya, sedangkan gadis itu langsung bertolak pinggang sambil melotot ke arahnya.
"Diam!" jawab Lily kesal, dia segera mengangkat tubuh pemuda itu dalam gendongannya.
"Kalian! Cepat kemari!'' Lily memberikan perintah dan kelima orang bawahannya bergegas untuk melompat ke ruangan itu.
"Tuan muda!" panggil mereka sambil berkali-kali mengucek mata. Bagaimana bisa Lily yang bertubuh kurus dan kecil menggendong Damian yang memiliki perawakan tinggi besar?
"Nona, biar saya saja yang menggendong tuan muda." ucap salah seorang pria menawarkan diri, namun Lily menggelengkan kepalanya.
"Kita bisa masuk dengan mudah ke tempat ini, namun tidak mungkin bisa keluar dengan cara yang sama. Bersiaplah!" jawab Lily, dia segera merobek tirai di ruangan itu untuk mengikat tubuh Damian dengan tubuhnya, sementara tangan Lily telah memegang short gun.
Drap...
Drap...
Drap...
Terdengar langkah kaki dalam jumlah yang cukup banyak, membuat Lily langsung merubah raut wajahnya menjadi datar.
"Ingin mencari kematian? Maka datanglah!"