Pernikahan yang sejatinya diinginkan seumur hidup sekali akhirnya kandas juga oleh sebuah pengkhianatan.
Di hari ia ingin memberikan sebuah kejutan anniversary yang ke 2 dan memberikan kabar tentang kehamilannya, Sita melihat sang suami Dani tengah mengerang nikmat di atas seorang perempuan yang tidak lain adalah sekretarisnya.
Hancur hatinya, namun ia memilih tegar. Meminta perceraian walau tidak mudah.
Hidup sebagai single mom membuat Arsita Ayuningrum tidak lagi percaya cinta dan fokus ke putra semata wayang nya Kai.
6 tahun berlalu, dan di saat tak terduga ia bertemu kembali dengan Dani Atmaja, sang mantan suami. Dani meminta Sita kembali, akankah Sita mau menerima mantan suami yang telah menghianatinya kembali? Akankah Kai Bhumi Abinawa mau menerima daddy nya?
Disaat bersamaan ada seorang pria single yang begitu tulus tengah berusaha mengambil hati Sita dan Kai. Pria itu bernama Raden Rama Hadyan Joyodiningrat.
Akankah Sita kembali kepada Dani, atau malah menerima Rama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11. Apakah Masih Bisa Dimaafkan?
Dani mengerjapkan matanya berkali-kali, menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam penglihatannya itu. Dia bangun dari tidurnya sambil memijat kepalanya.
"Aughhhh…." Dani meringis merasakan pusing dikepalanya. Sepertinya semalam aku minum terlalu banyak. Eh… tapi ini bukan rumah lama. Ini seperti….., gumamnya.
"Sudah bangun kamu Dan." Ucap laki-laki tua yang tidak lain adalah ayahnya.
"Papa…." Sial, Anton pasti yang membawaku ke sini, umpat Dani dalam hati.
"Duduklah." Ucap Wira dingin.
"Ini minumlah, selagi masih hangat." Laila datang dari arah dapur dan mengulurkan teh panas.
Dani pun menerimanya lalu meminumnya.
Gluk…. Gluk…. Gluk.. Tenggorokannya terasa lebih nyaman.
"Baiklah, bisakah kita berbicara sekarang." Wira sudah tidak sabar ingin menginterogasi anak lelakinya itu.
Mamp*us, habis sudah aku kali ini, Anton awas saja kamu. Akan kuberi pelajaran kau nanti setelah aku bisa keluar dari sini, rutuk Dani dalam hatinya.
"Sebenarnya apa yang terjadi, Anton bilang kamu sering mabuk-mabukan di club, apa kamu juga main-main dengan wanita di sana Dan." Wira mulai bertanya.
"Astaga pa… enggak. Dani nggak main-main dengan wanita-wanita jal*ng seperti mereka." Dani menganga mendengar pertanyaan sang ayah.
"Halah, apa kamu lupa kamu juga menikahi wanita jal*ng." Laila ikut menimpali.
"Ma… Mauren bukan wanita seperti itu."
"Bukan seperti itu? Lantas seperti apa. Wanita yang tega merebut suami orang, wanita yang dengan terang-terangan memberikan tubuhnya pada pria yang dia tahu sudah beristri? Apa bedanya dia dengan wanita m*rahan yang menjual tubuhnya." Laila geram Dani masih saja membela wanita itu.
Wira meraih tangan istrinya dan mengusapnya untuk meredakan murka sang istri, "Ma… tenang, nanti hipertensi kumat."
Laila mengambil nafas dalam dan menghembuskanya perlahan. Ia lalu menyandarkan tubuhnya di sofa agar lebih bisa menetralkan emosinya.
"Apa yang terjadi pada rumah tanggamu Dan. Selama menikah dengan Sita dulu kamu tidak pernah pergi ke club apalagi sampai mabuk."
"Aku capek menanggapi mauren. Dia tidak pernah bisa berubah. Sukanya hanya senang-senang, bahkan kadang di tidak pernah menganggapku sebagai suaminya, ia hanya menganggapku sebagai mesin uangnya."
"Sebenarnya kami sebagai orangtua tidak berhak ikut campur dalam urusan rumah tanggamu. Meskipun kami awalnya tidak menyetujui menikahi wanita itu tapi akhirnya kami ikhlas. Itu sudah jadi pilihanmu, maka bertanggung jawablah. Berubah atau tidaknya Mauren itu semua tergantung kepadamu sebagai kepala rumah tangga." Wira berucap bijak.
Semenjak Dani menikahi Mauren, Wira dan Laila memang tidak pernah lagi mengetahui kehidupan pribadi putranya itu lebih tepatnya tidak mau tahu. Wira dan Laila sudah terlanjur kecewa dengan Sikap Dani. Mereka juga tidak menghadiri pernikahan Dani, bahkan ancaman Wira yang dulu pun benar-benar dilakukan yakni Wira menyuruh Dani meninggalkan rumah yang sebelumnya ia berikan kepada Dani sebagai hadiah pernikahannya dengan Sita.
"Pa… mungkin yang papa katakan kepada ku dulu beberapa tahun silam benar, aku sangat menyesal telah menceraikan Sita." Ucap Dani lesu.
"Huhhhhh nasi sudah jadi bubur."
"Pa, bagaimana kabar Sita dan anakku sekarang,... Bukan… Bukan… anak sita maksudku. Aku tidak pantas menyebutnya sebagai anakku. Aku tahu sampai sekarang papa masih berhubungan dengan Sita."
"Mereka baik-baik saja. Putramu juga, dia luar biasa."
"Putraku… oh ternyata anakku laki-laki." Dani tertunduk, air matanya meleleh tanpa permisi. Rasa bersalah memenuhi hatinya mengingat perbuatannya dulu kepada Sita dan calon anaknya.
Laila mendekati dadi memeluk putranya itu dari samping dan mengusap punggung putranya itu," Penyesalan itu selalu dibelakang Dan. Jika kamu ingin menebus kesalahanmu maka minta maaflah kepada Sita dan putramu dan berikan nafkah karena Kai adalah tanggung jawab mu."
"Kai…..???"
"Ya nama putramu adalah Kai"
"Ya Allaah betapa buruknya aku, betapa bajingannya aku sampai jenis kelamin anakku pun aku nggak tahu, sampai namanya pun sama sekali aku nggak mengetahui. Mah pah apakah aku masih bisa dimaafkan."
"Allaah Maha memaafkan kepada hambanya yang mau bertaubat." Ucap Wira.
Wira dan Laila yang melihat Dani begitu merasa bersalah ikut haru. Mereka membiarkan Dani yang tergugu sendiri di Sofa ruang tamu itu.
🍀🍀🍀
Di dalam kamar Kai membuka perangkat komputernya, tangannya lincah menari di atas keyboard mencari data pribadi mengenai Rama.
"JD Coal." Ucap Kai pelan.
"CEO JD coal, keturunan darah biru, single, orangtua masih ada, punya adik perempuan. Suka traveling bersama ke 3 temannya yang juga bukan orang sembarangan. CEO William Diamond, CEO RS Textile Industry, dan cucu pemilik DCC. Tapi sepertinya yang namanya Arjuna Reksa Dewantara tidak sesederhana itu." Gumamnya.
Kai kembali menggerakkan jarinya untuk bisa mencari lebih dalam lagi, ia mencoba membobol salah satu server dimana data mengenai Arjuna yang ia tahu adalah sahabat dari Rama itu berada dan lebih lengkap.
"Binggo…. Dapat. Memang bukan orang yang sederhana. Apakah uncle tahu kalau sahabatnya itu juga pemilik saham di JD grup. Sangat menarik, orang yang pintar berkamuflase." Kai tersenyum puas.
"Kai… kamu sedang apa nak, ayo makan siang." Tiba-tiba Sita membuka pintu kamar Kai. Ia pun buru-buru mematikan Komputernya.
"Mom, bisa tidak kalau masuk kamar ketuk dulu." Ucap Kai ambil memanyunkan bibirnya, Huft hampir saja, batin Kai.
" Sorry baby. Mommy lupa. Oh ya Kai jangan terlalu sering main game. Nanti matanya rusak."
"Yes mom."
Mereka berdua melangkah menuju meja makan, beberapa makanan sudah tersaji di atas meja. Bi Surti juga sudah menunggu ibu dan anak itu di sana.
Sita dengan sigap menaruh nasi di piring Kai, lalu menanyakan mau makan lauk apa. Kai menunjuk beberapa diantara lauk yang tersaji.
"Baby, jangan lupa berdoa."
"Ups… sorry mom i'm forget.
Ketika hendak menyuapkan nasi ke mulut tiba tiba terdengar suara pintu rumah diketuk. Sita kembali menaruh sendoknya dan bangkit dari duduknya.
" Ibu dan Kai lanjut makan aja, biar Sita yang buka."
Sita berjalan menuju pintu depan rumah mereka.
"Asslaamualaikum."
Sita membuka pintu dan menjawab salam, "Waalaikumsalam. Eh mas Rama. Mari masuk sekalian ajak mas Roni juga. Kebetulan kita lagi makan siang sekalian ikut makan siang aja yuk."
Roni yang masih di dalam mobil tersenyum senang mendapat ajakan dari Sita tapi belum juga ia mau keluar mobil sudah ditahan oleh Rama.
"Roni sudah kenyang, dia baru saja makan, iya kan Ron." Ucap Rama sambil memberi kode kedipan mata kepada Roni.
"I-iya bu Sita. Saya masih kenyang. Saya di sini saja." Ucap Roni lesu. Sialan bos Rama, baru mau dapat makan gratis udah dihalau aja, hadeeeh belum apa-apa udah cemburuan aja, batin Roni.
"Ooh gitu. Ya udah. Mari mas Rama."
Rama mengekor Sita ke ruang makan, Kai yang melihat Rama berkunjung merasa sangat senang. Bahkan ia turun dari kursinya untuk menghampiri Rama dan mencium tangan Rama. Rama tersentak mendapat perlakuan yang begitu manis dari Kai. Rama pun membalas Kai dengan memeluk bocah kecil itu lalu menggendongnya ke meja makan.
" Kai lanjutkan makanmu." Ucap Sita.
"Yes mom, uncle makan bareng yuk. Mom tolong ambilkan uncle Rama sekalian ya, biar Kai bisa makan bareng dengan uncle."
Sita terkejut mendengar perkataan putranya itu. Ia pun mengambilkan nasi untuk Rama dengan rasa canggung yang luar biasa. Namun tidak bagi Rama, Rama malah tersenyum lebar.
"Mas Rama mau lauk apa."
"Ayam goreng sama tumis kangkung aja."
Sita mengangguk, mengambilkan lauk dan sayur yang dimau Rama lalu memberikannya.
"Terimakasih."
Ya Allaah begini rasanya dilayani istri, enak juga. Eeeh istri… belum-belum… calon istri tepatnya, gumam Rama dalam hati.
TBC
Hay readers, othor ucapkan terimakasih banyak untuk apresiasinya.
Jangan lupa dukung terus Othor ya dengan menekan like, komen dan favorit.
Jangan lupa berikan vote dan hadiah juga ya agar tambah semangat Up nya.
Maaf banyak maunya nih otor heheh
Terimakasih.
Matursuwun.