S 3
Jangan boom like/lompat baca /nabung bab
Diusahakan baca setiap kali update. 🙏🙏🙏
_________________________________________
Kehadiranmu dalam Takdirku adalah bagian dari skenario Tuhan. Aku tidak marah atau bahkan balas dendam kepadamu. Sebab aku tahu betul sebelum hari ini kau pernah menjadi penyebab bahagiaku. Sekarang mungkin waktunya saja yang telah usai. Perihal lukaku ini biar menjadi tanggung jawabku sendiri, sebab dari awal aku yang terlalu dalam menempatkanmu di hatiku. Doaku semoga hari-harimu bahagia tanpa aku. Dengan siapapun kamu semoga dia adalah wanita yang bisa memahamimu, menyayangimu dan membuatmu bahagia lebih dari apa yang pernah aku berikan untukmu." ~ Elmira...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 7. HUKUMAN
"Mas, ayo turun bukain pintu mobilnya." Titah Bella. Sudah hampir satu menit mobil suaminya terparkir di pelataran rumah, namun pria itu masih duduk sambil mencengkram stir mobil.
"Bisa gak sih Bell, kamu turun sendiri." Seloroh Ramon dengan sedikit kesal. Ia belum turun dari mobil karena menunggu kedatangan Elmira.
"Kalau aku tergelincir terus jatuh, gimana coba?"
Ramon berdecak pelan sembari menghela nafas panjang. Jika tidak ingat Bella sedang mengandung darah dagingnya, mungkin ia sudah membentak wanita itu karena membuatnya bertambah kesal. Dengan terpaksa iapun turun dari mobil lalu membuka pintu untuk Bella.
"Kamu langsung ke kamar saja istirahat, jangan capek-capek." Ujar Ramon setelah Bella turun dari mobil. Meski dirinya masih dikuasai amarah dengan kejadian di restoran, tapi ia tetap harus bersikap seperti biasa didepan Bella.
"Mas gak ke kamar juga?" Tanya Bella. Ia memasang wajah memelas untuk menarik perhatian sang suami agar menemaninya dikamar.
"Kamu duluan saja, nanti aku akan menyusul dan membawakan barang belanjaanmu."
"Baiklah Mas, aku tunggu dikamar." Sepanjang langkah menuju kamar Bella tersenyum senang. Ramon bukan hanya sekedar suami, tapi sudah melebihi asisten pribadi yang menuruti semua keinginannya dan menemani kemanapun ia mau. Dan jangan lupakan dompet tebal Ramon yang selalu meratukan dirinya.
Tak lama setelah Bella masuk kedalam rumah. Sebuah taksi singgah dipinggir jalan.
Ramon pun bergegas menghampiri taksi itu, ia langsung mencengkeram tangan Elmira yang baru saja turun dari taksi dan menariknya masuk kedalam rumah setelah memberikan selembar uang ratusan kepada supir tersebut.
"Mas, lepas!" Sergah Elmira sembari mencoba melepaskan tangannya. Pergelangan tangannya terasa perih karena dicengkeram dengan erat dan terus ditarik oleh suaminya.
"Lepas Mas, kau menyakiti aku!" Mohon Elmira. Namun, Ramon seakan tak mendengarkan. Ia terus menarik tangan istrinya menuju kamar.
Teriakan Elmira yang meminta dilepaskan terdengar hingga ke kamar Bella. Wanita itupun bergegas keluar kamar untuk melihat apa yang terjadi.
Bella tersenyum puas melihat Elmira yang ditarik bak hewan peliharaan oleh Ramon, ia yakin pasti Elmira akan dimarahi habis-habisan oleh pria itu.
Sesampainya dikamar, Ramon langsung menghempaskan tubuh Elmira keatas tempat tidur.
"Mas," Tubuh Elmira terguncang ditempat tidur. Rambut panjangnya berhambur menutupi wajahnya.
Sebelum Elmira sempat bangkit, tubuh rampingnya sudah lebih dulu dikungkung oleh suaminya. Ramon mencengkeram wajahnya dan menciptakan rasa perih akibat kuatnya jari-jari kekar itu menekan pipinya.
"Apa yang kalian lakukan di belakangku? Kenapa kalian bisa bersama direstoran, huh!?" Tanya Ramon dengan membentak. Sorot matanya begitu tajam menatap Elmira.
"Aku dan Pak Farzan hanya bertemu klien, Mas. Dan setelah itu makan siang. Tidak ada apapun diantara kami." Jawab Elmira dengan tergugu.
"Apa katamu, bertemu klien? Jadi kau kembali bekerja dengannya, huh?"
Elmira hanya mengangguk.
"Apa yang kau lakukan, Mira?" Kedua mata Ramon terlihat memerah seiring rahangnya yang semakin mengeras. "Kau ingin menjatuhkan reputasi ku dengan kembali bekerjanya dengannya, huh?" Pria itu menghempaskan wajah istrinya dengan keras. Kemudian berdiri dan dengan gerakan cepat melepas ikat pinggangnya.
"Mas, apa yang ingin kau lakukan?" Elmira bergerak mundur hingga tubuhnya menabrak kepala ranjang dan tak ada lagi ruang untuknya bisa menghindar.
Sedang Ramon melangkah maju sembari menggenggam erat kepala ikat pinggangnya. Ia mengangkat tinggi-tinggi tangannya ketika telah berdiri dihadapan Elmira.
"Ini hukuman untuk istri tidak tahu diri!" Suara bariton pria itu menggema didalam kamar bersamaan bunyi sabetan ikan pinggang yang menghantam tubuh Elmira.
"Ampun, Mas... Sakit."
Rintihan Elmira tak mampu menghentikan Ramon. Rasa iba pria itu telah tertutupi dengan kemarahannya. Ia terus mencambuk tubuh istrinya tanpa ampun.
"Hentikan, Mas... Sakit." Elmira memohon dengan pilu. Air matanya telah membasahi kedua pipinya, merasakan perih yang teramat dari cambukan tali pinggang sang suami yang terus menghantam tubuhnya.
Ramon menghentikan cambukannya seiring menarik nafas dengan kasar. Namun, ia belum merasa puas menghukum Elmira. Dihempaskan tali pinggangnya ke lantai, kemudian menarik Elmira turun dari tempat tidur lalu menyeret istrinya itu menuju kamar mandi.
Bella yang sejak tadi mengintip dari celah pintu. Benar-benar merasa puas melihat Elmira disiksa. Padahal ia baru memikirkan cara untuk membuat Elmira terlihat buruk di mata Ramon. Tapi wanita malang itu telah mendapatkan yang lebih perih daripada apa yang ingin dilakukannya.
"Rasakan itu, Mira. Kau pikir Mas Ramon akan bersimpati padamu." Cibirnya sambil berdecih. Tak sia-sia ia mengajak Ramon untuk makan siang di restoran. Ternyata Elmira juga berada di restoran itu bersama seorang pria.
Bella pun berlalu dari depan kamar Elmira. Ia yakin wanita itu pasti sudah terlihat sangat mengenaskan ditangan Ramon.
Sementara itu didalam kamar mandi...
Ramon menghempaskan tubuh Elmira ke lantai, tepat dibawah shower. Pria itu berjongkok dan kembali mencengkeram erat wajah istrinya.
"Katakan, di bagian mana saja dia sudah menyentuh tubuhmu? Aku akan menghilangkan jejak tangan kotor pria tidak tahu diri itu!" Tukas Ramon dengan nafas yang memburu.
"Aku tidak sehina itu, Mas. Jangan kau samakan aku dengan istrimu yang tidak tahu diri itu. Wanita yang mampu merebut suami wanita lain, tidak lain adalah bukan wanita baik-baik!" Sarkas Elmira. Ia tidak terima dengan tuduhan suaminya.
Plakkkk...!!!
Satu tamparan keras mendarat di pipi Elmira, membuat telinganya serasa berdenging. Jangan tanyakan lagi pipinya yang seketika memerah, terasa perih dan memanas.
"Sekali lagi kau mengatakan yang tidak-tidak tentang Bella, kau akan menerima hukuman yang lebih daripada ini!" Ancam Ramon dengan menarik rambut istrinya.
Wajah Elmira mendongak karena tarikan itu. Kedua matanya berkaca-kaca. Bertahun-tahun mengenal Ramon, dan telah melewati satu tahun membina rumah tangga. Ini adalah pertama kalinya sang suami memperlakukannya dengan sangat kasar dan tidak berperikemanusiaan.
"Aku berbicara fakta, Mas. Jika dia memang wanita baik-baik. Dia tidak akan mau menikah dengan pria beristri. Atau dia hanya menginginkan uangmu saja!" Rasa sakit di sekujur tubuhnya, tak membuat Elmira menjadi gentar.
Bukannya meresapi perkataan Elmira. Amarah Ramon justru kian memuncak. Pria itu menghempaskan rambut istrinya lalu berdiri untuk menyalakan shower.
Ramon menarik kaki Elmira yang hendak melarikan diri, ia menahan tubuh istrinya itu agar tetap berada dibawah guyuran shower. Pria itu menggosok kuat bagian tubuh istrinya yang ia yakini telah disentuh oleh rivalnya itu. Tak perduli dengan permohonan istrinya yang meminta dilepaskan karena merasa kesakitan
Merasa puas, Ramon pun meninggalkan Elmira yang masih berada dibawah guyuran shower. Pria itu mengganti pakaiannya terlebih dahulu yang telah basah sebelum kembali ke kamar Bella.
Sedangkan Elmira dikamar mandi. Ia benar-benar sudah tak berdaya. Seluruh tubuhnya terasa dingin dan lemas, ia tidak mampu lagi meninggalkan tempatnya.