Akibat memiliki masalah ekonomi, Gusti memutuskan bekerja sebagai gigolo. Mengingat kelebihan yang dimilikinya adalah berparas rupawan. Gusti yang tadinya pemuda kampung yang kolot, berubah menjadi cowok kota super keren.
Selama menjadi gigolo, Gusti mengenal banyak wanita silih berganti. Dia bahkan membuat beberapa wanita jatuh cinta padanya. Hingga semakin lama, Gusti jatuh ke dalam sisi gelap kehidupan ibukota. Ketakutan mulai muncul ketika teman masa kecil dari kampungnya datang.
"Hiruk pikuknya ibu kota, memang lebih kejam dibanding ibu tiri! Aku tak punya pilihan selain mengambil jalan ini." Gusti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 17 - Pertama Kali
Rilly mengatakan kalau Karin ingin bertemu di kamar hotel bintang lima. Tanpa pikir panjang, Gusti segera pergi ke hotel yang disebutkan.
Saat sudah tiba di kamar hotel, Gusti menjadi orang pertama yang datang. Dia sekarang menunggu Karin.
Tubuh Gusti mengeluarkan keringat panas dingin. Tentu dia merasa gugup. Dirinya juga berulang kali memeriksa penampilan melalui cermin.
"Tenanglah, Gus..." gumam Gusti. Berusaha menenangkan diri.
Sepuluh menit kemudian, pintu kamar terbuka. Gusti sontak berbalik badan. Melihat ke arah orang yang masuk.
"Sial! Dia beneran aktris Karin yang sering kulihat di televisi!" gumam Gusti yang dibuat kaget. Ia terpesona akan kecantikan Karin.
Selain dikenal cantik, Karin juga diketahui sudah berkeluarga. Keluarganya bahkan dikenal sebagai keluarga selebriti paling harmonis.
Suara sepatu Karin yang mahal itu menghentak pelan ke arah Gusti. Dia mendekati lelaki tersebut.
"Astaga, kau tampan sekali," puji Karin. Dia sudah berdiri tepat di hadapan Gusti.
"Ka-kau juga cantik sekali. Bahkan lebih cantik dibanding saat di telivisi," balas Gusti. Dia sigap mengelap keringatnya yang menetes di pelipis.
Karin terkekeh sembari meletakkan tasnya ke sofa. Dia juga melepas jaketnya. Hingga baju corp top yang dikenakannya terlihat jelas. Memperlihatkan kulitnya yang putih serta lekuk tubuh yang molek.
"Aku dengar kau baru. Kau pasti gugup kan?" Karin mengelap peluh yang ada di sekitar wajah Gusti.
"Sedikit," sahut Gusti. "Maaf, aku berkeringat banyak," tambahnya yang merasa malu.
"Tidak masalah. Aku malah suka melihat badan yang dibalut keringat." Karin mendekatkan mulut ke telinga Gusti. Ia melanjutkan dengan berbisik, "tampak seksi..."
Perlahan Karin menempelkan jidatnya ke dahi Gusti. "Harus kah kita mulai sekarang?" tanyanya. Lalu menggigit bibir bawah Gusti dengan sensual.
Gusti terkesiap habis-habisan. Dia merasakan darah disekujur badannya berdesir hebat.
"Kau tahu cara melakukannya bukan?" tanya Karin.
"Entahlah..." jawab Gusti lirih.
"Jangan bilang ini adalah pengalaman pertamamu," tebak Karin.
"Ya," sahut Gusti.
"Oke. Sebelum kita melakukannya, apa kau yakin ingin bercinta denganku untuk kali pertama?" tanya Karin sembari melangkah mundur. Dia menanggalkan corp top dan celana jeansnya. Kini tampilan Karin hanya mengenakan bra dan sabuk segitiga.
"Ya." Gusti lagi-lagi hanya bisa menjawab begitu. Tubuhnya sudah panas dingin menyaksikan penampilan Karin.
Karin tergelak geli melihat reaksi Gusti. "Kau menggemaskan sekali. Sekarang lepaskan baju dan celanamu," suruhnya.
Gusti mengangguk patuh. Dia segera melepas baju dan celana jeans. Sampai hanya meninggalkan celana pendek.
Karin mendekat. Dia langsung mencium bibir Gusti. Hal tersebut berhasil memacu Gusti untuk bergerak dan memberikan balasan. Suara decapan lidah mereka mulai memecah kesunyian di kamar.
Gusti bisa mencium aroma khas tubuh Karin yang menurutnya wangi dan menggoda. Secara alami, tangannya berani menjamah area sensitif di badan Karin.
Karin membimbing Gusti menuju ranjang tanpa harus melepaskan ciuman. Ia mendorong Gusti hingga telentang ke ranjang. Perempuan itu langsung melepas celana yang tersisa di tubuh Gusti. Lalu barulah Karin menelanjangi dirinya sendiri.
Gusti terus mengangakan mulut karena berusaha mengatur nafas. Apalagi saat Karin duduk ke atas perutnya. Perempuan berambut panjang tersebut kembali memadukan mulutnya dengan Gusti.
"Mmmph!"
Gusti dan Karin saling bergumam dalam ciuman. Sampai Gusti tiba-tiba mendorong Karin dan membuat ciuman terhenti.
"Apakah kau akan baik-baik saja? Aku tahu kau sudah menikah," imbuh Gusti dengan nafas yang terengah-engah.
"Kita bicarakan itu nanti saja! Sial! Kau membuatku bergairah sekali," seru Karin. Dia kembali menyambar bibir Gusti.