Keluarga Wezumo adalah salah satu keluarga paling berkuasa di Asia. Mereka menguasai pasar bisnis dan memiliki perusahaan raksasa yang bergerak di bidang otomotif, Fashion dan properti.
Darrel, putra sulung keluarga Wezumo terpaksa menikahi Hope Emilia, putri seorang sopir keluarganya. Dua tahun menikah, Darrel tidak pernah menyentuh Hope, hingga Darrel tidak sengaja meminum obat perangsang malam itu.
Hubungan keduanya makin dekat saat Darrel mengangkat Hope menjadi asisten dikantornya. Namun kemunculan seorang pria tampan yang amat berbahaya di dekat Hope memicu kesalahpahaman di antara keduanya.
Belum lagi Hope tidak sengaja mendengar fakta sebenarnya dibalik pernikahan mereka. Membuatnya berada dalam pilihan yang sulit. Meninggalkan Darrel, atau mempertahankan pria itu bersama anak Darrel yang ada dalam kandungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 4
Pagi harinya ketika Hope membuka mata, ia merasakan seluruh tubuh badannya remuk. Rasa sakit akibat pergulatan semalam dengan suaminya nanti terasa pagi ini. Terutama di sela pahanya. Rasanya ngilu. Ngilu bukan main.
Hope merenggangkan tangan sembari menguap lebar. Ketika memiringkan kepala, ia melihat Darrel berbaring di sebelahnya. Lelaki itu masih ketiduran.
Dia tetap tidur di sini? Aku pikir semalam dia sudah pindah.
Gumam Hope dalam hati. Ia terus mengamati suaminya sambil sesekali tersenyum tipis. Semua wanita pasti iri padanya kalau mengetahui dirinya memiliki suami yang tampan sekali. Namun senyuman tersebut perlahan memudar dari wajah Hope.
Kenyataan bahwa Darrel tidak mencintainya membuatnya merasa sedih. Sudah dua tahun lebih mereka menikah, dan sikap Darrel padanya selalu dingin. Hope hanya bisa tersenyum pahit. Tapi dia juga sosok wanita yang cukup tahu diri.
Walau dirinya beruntung menjadi istri Darrel, dunia mereka berbeda. Itu kenyataannya. Hope tidak berani berpikir serakah. Hidupnya sekarang jauh lebih baik dibanding dulu. Jadi dia harus bersyukur.
"Ma ... Mas sudah bangun?" ucap Hope malu-malu. Ia baru sadar Darrel sedang menatapnya. Entah sejak kapan laki-laki itu membuka mata. Hope meremas kuat selimut yang menutup sampai dibagian dadanya sembari menggigit bibirnya lirih.
Darrel memegangi kepalanya yang terasa sedikit pusing, lalu teringat kegiatan panas mereka semalam. Lelaki itu memaki kesal dalam hati lalu menyibak selimut yang menutupi tubuhnya. Auratnya langsung keliatan karena dirinya tak memakai sehelai benang pun di dalam selimut. Hope cepat-cepat memalingkan wajah dari suaminya. Dia malu. Berbeda dengan Darrel yang bersikap biasa saja.
Pandangan lelaki itu turun ke noda merah di atas spray putih.
Darah perawan Hope.
Akhirnya setelah dua tahun bertahan tidak menyentuh wanita itu, pertahanannya runtuh dalam semalam. Gara-gara obat perangsang sialan itu.
Hope yang menyadari suaminya terus memandang ke noda merah itu, cepat-cepat bangkit dari tempat tidur bersama selimut yang dia pakai untuk menutupi tubuh polosnya. Darrel memiringkan kepala menatapnya. Raut wajah lelaki itu datar, terkesan kaku. Tak ada ekspresi sedikitpun.
"S ... spray-nya kotor mas. Aku akan mencucinya." ujar Hope. Tak ada balasan apapun dari suaminya. Laki-laki itu lalu berdiri, tanpa suara.
Hope sudah terbiasa dengan sikap cuek pria itu. Ketika ia mau mengeluarkan spray dari tempat tidur, Darrel menghentikannya.
"Istirahat saja hari ini. Jangan keluar kamar. Aku akan menyuruh pelayan mengantarkan makanan untukmu." kata Darrel mendominasi. Meski sikapnya sangat dingin pada Hope, dia tahu wanita itu pasti kelelahan akibat melayani nafsunya semalam.
"Tapi mas ... Mama dan yang lain,"
"Turuti saja perintahku. Aku suamimu." potong Darrel. Hope terdiam. Ia melihat lelaki itu berjalan ke arah lemari. Ia cepat-cepat mengikutinya.
"Mas mau siap-siap kerja? Aku akan siapkan pakaian kerjamu." kata Hope.
"Tidak perlu. Aku akan mengurus diriku sendiri hari ini, kau istirahat saja."
"Tapi ..."
"Sudah kubilang jangan membantahku Hope," Darrel melemparkan tatapan tajam ke isterinya.
Mau tak mau Hope menunduk dan patuh. Ia kembali naik ke kasur. Sesekali melirik Darrel yang masih memilah-milah baju. Dia cepat-cepat membuang muka saat suaminya membalikan badan.
Karena pria itu tak mengenakan apapun, jadi benda besar yang mengacung di sela pahanya terlihat sangat jelas. Panjang dan berurat. Hope menutup matanya kuat-kuat. Dia malu sekali. Apalagi benda keras tersebut sudah berhasil merobek-robek daerah intinya. Sungguh semalam adalah pengalaman yang tidak akan pernah Hope lupakan.
Sesaat kemudian ia mendengar bunyi pintu kamar mandi di tutup. Suaminya sudah masuk ke sana. Hope pun bernapas lega.
...®®®®®...
Di meja makan,
"Loh, Hope kemana? Aku pengen suruh dia buatin sop kacang merah."
Aurel berseru kuat karena tidak melihat Hope. Hanya kakak sulungnya yang muncul di meja makan. Biasanya juga turun bersama istrinya, tapi hari ini tidak. Tumben sekali.
Darrel melemparkan tatapan tidak sukanya ke adik perempuannya. Namun lelaki itu tetap duduk dengan tenang di sebelah Rey, adik laki-lakinya. Putra kedua di kediaman megah ini.
"Kakak, di mana perempuan itu? Dia malas-malasan lagi? Betul-betul tidak sadar diri kalau dulu dia hanya anak sopir." celetuk Aurel lagi sengaja merendahkan Hope.
"Anak sopir yang kau bilang itu adalah istriku." kata Darrel. Pandangannya lurus ke Aurel. Sudah terlalu lama dia cuek dan membiarkan Aurel bertingkah semena-mena pada isterinya.
"Dengar, mulai sekarang aku melarangmu memperlakukan istriku seperti pembantu. Kalau aku melihatmu berani menyuruh-nyuruhnya lagi, lihat saja bagaimana aku mendisplinkan dirimu."
Darrel melanjutkan dengan sikap tegas yang tak terbantahkan. Sanggup membuat perhatian semua orang yang sedang duduk di meja makan terfokus padanya. Termasuk tuan Wezumo, papa mereka. Penguasa dalam mansion besar ini. Laki-laki paruh baya yang jarang bicara, namun sekalinya bicara, tak ada satupun di antara keluarganya yang dapat membantah.
"Yoo ... Ada yang mulai terang-terangan belain istrinya nih." Rey angkat bicara. Ia memandang ke Darrel sebentar, lalu melirik Aurel.
"Sudah kubilang kan, Darrel itu diam tapi mengamati gerak-gerikmu. Jangan ganggu miliknya." ujar Rey lalu tertawa. Aurel menatap kakak keduanya kesal, kemudian menatap Darrel lagi.
"Kak Darrel kok jadi suka belain dia sih sekarang? Bukannya kakak nggak suka ya? Waktu nikah juga kan karena terpaksa ngikutin kemauan papa." Aurel jadi tidak senang karena kakaknya lebih peduli pada anak sopir itu daripada adiknya sendiri.
Darrel diam saja. Sikapnya kaku seperti biasa. Tak menghiraukan perkataan Aurel lagi.
"Papa juga, kenapa pake nikahin kak Darrel sama perempuan bodoh itu sih? Udah jelas kak Darrel nggak suka dia." kali ini gadis itu protes ke papanya.
"Diam kamu. Jangan ajari papa." sentak tuan Wezumo.
"Aurel, diam. Jangan banyak protes." Susi, mamanya menegur dia.
Lalu mereka melihat Darrel berdiri dari meja makan tanpa menyentuh makanannya sama sekali.
"Darrel sayang, kamu kok nggak sarapan lagi?" Susi memandangi putra sulungnya.
"Selera makanku sudah hilang." kata Darrel kemudian berbalik pergi.
"Ih, semua gara-gara si bodoh Hope."
Darrel berbalik lagi menatap Aurel. Ia mendengar makian gadis itu. Tatapannya setajam pisau hingga Aurel tertunduk.
"Istriku sedang tidak enak badan. Aku menyuruhnya istirahat satu hari ini, kalau sampai aku dengar kau mengganggunya lagi, kau akan tahu bagaimana kejamnya aku." kata Darrel dengan suara rendahnya yang khas lalu lanjut pergi.
Aurel membanting kakinya di meja. Dia kesal bukan main.
"Kamu sih, jangan suka pancing-pancing iblis di rumah ini." kata Rey lagi-lagi menertawakan Aurel.
"Sudah-sudah, makan saja." timpal Susi.
Aurel yang masih merasa tidak terima, membanting kuat kakinya di lantai.
pasti bucin nti ada saingan rebut isteri nya
tambah satu dari belakang...lagi tidur lagi🤦