Zaky Wijaya diantara dua wanita bernama Zaskia dan Shannon. Kia sudah dikenal sejak lama dan disayangi laksana adik. Shannon resmi menjadi pemilik hati dalam perjumpaan di Bali sebelum berangkat ke Zurich.
Hari terus bergulir seiring cinta yang terus dipupuk oleh Zaky dan Shannon yang sama-sama tinggal di Swiss. Zaky study S2 arsitektur, Shannon bekerja. Masa depan sudah dirancang namun komitmen berubah tak sejalan.
"Siapanya Kia?" Tanya Zaky dengan kening mengkerut. Membalas chat dari Ami, sang adik.
"Katanya....future husband. Minggu depan khitbah."
Zaky menelan ludah. Harusnya ikut bahagia tapi kenapa hati merasa terluka.
Ternyata, butuh waktu bertahun-tahun untuk menyimpulkan rasa sayang yang sebenarnya untuk Kia. Dan kini, apakah sudah terlambat?
The romance story about Kia-Zaky-Shannon.
Follow ig : authormenia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Me Nia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apartemen
Tanggal 30 Januari siang menjelang sore hari. Zaky merasakan tubuhnya kembali fit. Sudah cukup istirahat untuk menghilangkan kantuk dan pusing akibat jetlag. Dan rumah kakak pertamanya bernama Puput menjadi tempat singgah untuk beristirahat sebelum pulang ke Ciamis. Tak ada lagi alternatif pulang kampung menggunakan pesawat tujuan Tasik. Sebab rute penerbangan Jakarta Tasik pun sebaliknya sedang ditutup sementara. Alhasil harus menempuh perjalanan darat yang waktu tempuhnya sekitar 6 jam.
Zaky mengirim pesan pada Ami sang adik yang katanya akan ke apartemen bertemu Kia untuk membuat konten. Rencananya akan menyusul jika syuting mereka sudah selesai agar tidak mengganggu. Sambil menunggu balasan dari adiknya itu, ia keluar kamar dengan yang wajah segar usai mandi.
"Zaky, mobil udah datang tuh." Ucap Puput begitu melihat Zaky menghampirinya ke ruang makan.
"Alhamdulillah. Datang jam berapa, Teh?" Zaky menuangkan air minum ke dalam gelas. Meneguknya hingga tandas. Ia memang kemarin berpesan pada Ibu untuk mengantarkan mobil Jazz kesayangannya ke Jakarta. Akan mudik dengan menyetir sendiri.
"Jam satuan. Mang Kirmannya cuma istirahat makan dan sholat aja. Langsung pulang lagi pakai travel. Kuncinya di laci tv ya." Puput selesai menata makanan di meja makan untuk menyambut suaminya pulang kerja.
"Aku lihat dulu si putih ah. Kangen." Zaky bergegas meninggalkan ruang makan. Mengambil kunci seperti yang disebutkan kakaknya itu. Ibu bilang mobilnya selalu dirawat dengan baik.
"Om, mau kemana? Ikuuut." Rasya berteriak dari pertengahan tangga. Baru akan turun usai mandi sore. Sementara Rayyan adiknya, sejak pulang sekolah betah berada di kantor Papa Rama.
"Ayo!" Zaky mengulum senyum melihat Rasya yang girang. Setengah berlari menyusul dan kini berjalan di sisinya.
"Bentar, Om. Bilang dulu Umma. Ambil dulu sepatu." Rasya akan memutar badan, namun bahunya ditahan Zaky.
"Gak perlu. Om cuma mau ngecek mobil kok. Bukan mau jalan-jalan." Zaky memeletkan lidah. Sudah berhasil nge-prank Rasya.
"Ih, kirain mau jalan-jalan. Aa hukum nih ya." Rasya menggeram lalu memasang kuda-kuda.
Zaky berkelit sambil tertawa saat Rasya menyerangnya. Jurus yang menggunakan serangan tangan ke arah perut mampu ditangkis. Begitu pun tendangan sambil berputar mampu dihindari. Ia sama sekali tidak melawan. Hanya bertahan hingga mampu mengunci tangan keponakannya itu.
"Keren...makin perfect jurusnya. Siapa yang latih Aa?" Zaky melepas kunciannya. Meski sudah vakum di dunia kejuaraan persilatan, namun kemampuannya selalu diasah sebagai olahraga disamping juga untuk menjaga diri.
"Sama Umma dong. Aa udah sabuk oren." Rasya tetap mengikuti langkah Zaky menuju pintu keluar.
"Wow keren udah sabuk oren. Tapi Aa harus ingat ya. Punya kemampuan silat bukan untuk sombong, bukan untuk menjahili dan memalak teman. Tapi untuk menolong dan untuk jaga diri." Zaky merangkum bahu Rasya hingga berhenti berjalan di samping mobil warna putih yang terparkir.
"Siap laksanakan." Rasya memberi hormat. Masuk ke dalam mobil lebih dulu saat mendengar alarm kunci dibuka. Betah menemani om Zaky yang sedang mengutak-atik fitur.
[Lagi editing. Aa kesini sekarang aja]
Zaky membaca pesan balasan dari Ami dengan bibir mengulas senyum. Baru disadari ada rindu yang besar ingin berjumpa Kia. Perempuan yang selama ini dianggapnya adik. Sekaligus ada rasa yang ingin dipastikan yang belum berani disimpulkan.
***
"Done! Lihat, Mi." Kia menggeser tablet usai melakukan editing. Revisi setelah mendapat koreksi dari Ami di tiga scene yang lebih baik diskip. Ada dua piring buah potong menjadi cemilan sehat yang menemani selama bekerja.
Ami menonton ulang video berdurasi 1 menit yang menayangkan kolaborasinya membuat iklan susu merk ternama sebagai minuman susu menyehatkan dan recomended untuk orang-orang yang sedang diet. Syuting dengan make up minimalis yang menyapu wajah mendukung konten endorse ini terlihat sangat menarik. "Great. Bismillah, aku posting ya."
Kia meregangkan tangan. Hanya berduaan dengan Ami membuatnya bebas duduk selonjoran di sofa. Sepotong buah naga masuk ke mulutnya sambil memperhatikan Ami yang kini beralih mengecek email.
"Alhamdulillah, Kia. Email baru nih. Kontrak 120 juta. Coba baca deh." Ami meneruskan email ke akun Kia dengan penuh semangat dan mata berbinar. "Rejeki calon manten nih," sambungnya sengaja menggoda.
Kia tersenyum mesem. Baru juga membaca kop surat dalam lampiran dengan format pdf saat mendengar bel pintu berbunyi. Segera beranjak dulu untuk membuka pintu berhubung Ami baru saja pergi ke kamar mandi. Dugaannya paling juga Akbar sepulang kerja datang untuk menjemput Ami. Tak perlu mengintip dulu dari door viewer. Dan saat pintu dibuka, ternyata dugaannya salah.
"Assalamu'alaikum." Zaky tersenyum saat melihat Kia membukakan pintu.
Lain halnya Kia yang sejenak malah terpaku dan terlihat kaget. Buru-buru mengerjap dan tersenyum kikuk. Menjawab salam dengan terbata.
"A Zaky kapan datang? Ya ampun surprise deh. Beneran kaget aku." Kia masih terlihat gugup dengan senyum meringis. Dua tahun tidak bertemu secara langsung, ia melihat wajah di hadapannya semakin dewasa. Lebih tampan aslinya daripada foto yang dilihatnya di postingan.
"Datang tadi jam dua dini hari. Nginep di rumah Teh Puput. Apa kabar, Kia?" Zaky masih betah tersenyum sambil mengulurkan tangan. Wajah Kia yang disapu make up terlihat semakin cantik. Hatinya mengakui itu.
"Alhamdulillah baik, Aa. Masuk yuk. Ada Ami di dalam." Inginnya Kia bertanya bagaimana Zaky tahu jika ia ada di apartemen. Tapi lebih memilih dipendam dan menduga saja. Mungkin Ami yang memberitahu. Siapa lagi. "Tapi kok Ami gak ngasih tahu kalau A Zaky udah pulang?"
"Aa, kirain gak akan nyusul kesini. Tadinya aku mau mampir ke rumah Teh Puput abis ini." Ami berseru riang melihat kedatangan Zaky. Tentu saja ada bumbu akting agar Kia percaya.
Kia tersenyum mesem menyaksikan Ami dan Zaky berpelukan. Memang kentara adik dan kakak itu akur dan saling menyayangi.
"Kia, maaf ya tadi lupa ngasih tahu kalau A Zaky sudah datang." Ami duduk satu sofa di samping Kia.
"Gak papa. Kagetnya udah lewat pas barusan bukain pintu." Kia tersenyum meringis. Hanya menatap Zaky sekilas yang kentara sedang memandangnya. Beralih pandangan ke arah Ami yang mendapat panggilan telepon.
"Oh gitu. Ya udah Pak Dian tunggu di lobi. Saya turun sekarang." Ami menyudahi sambungan telepon singkat itu. "Duh, gimana ya. Aku harus pergi sekarang."
"Mau kemana, Mi?" Tanya Zaky penasaran.
"Kak Akbar dapat undangan dinner dari relasi. Aku disuruh ke kantor sekarang harus nemenin dinner. Sopir sudah jemput di bawah. Aku tinggalin Aa gak papa? Nanti abis dinner, aku bakal ke rumah Teh Puput. Kita kangen-kangenannya disana."
"Yaahh baru juga Aa datang. Oke deh. Salam sama Kak Akbar, Mi."
Ami mengangguk. "Okay."
"Kia, Insya Allah kita ketemu lagi di Tasik tanggal dua ya. Bye.....buru-buru." Ami tidak memberi kesempatan Kia untuk protes sebab mendadak pergi dan meninggalkan berduaan dengan Zaky.
"Eh, besok kita masih ketemu, Mi. Ada meeting buat tanda tangan kontrak baru kan?" Kia mengingatkan.
Ami menepuk kening. "Astaghfirullah. Masih hangat dibahas tadi malah lupa. Indikasi butuh healing ini sih." Ujarnya diiringi tertawa. "Okay deh, see you tomorrow."
Suasana berubah senyap saat Ami sudah keluar dari pintu. Kia tidak mungkin mengusir Zaky keluar. Apalagi ini adalah apartemennya Ami. Ia hanya menumpang gratis.
"Kia, aku kaget waktu Ami ngirim foto kamu sama cowok. Ami bilang cowok itu pacarnya kamu. Dan waktu aku dapat email dari kamu, ngasih kabar mau dikhitbah, tambah kaget deh. Maksudnya kok gak bilang-bilang kalau udah punya pacar?" Zaky menatap lurus wajah Kia yang duduk di seberang meja. Intonasi diolah senormal mungkin sambil wajah berhias senyum tipis.
"Tapi Aa juga gak bilang kalau berpacaran sama Shannon. Kenapa gak bilang coba? Jadi aku pikir aku pun tak harus seterbuka itu sama Aa." Kia membela diri.
"Kia tahu dari siapa?"
"Dari Ami dulu. Waktu nganter Aa berangkat ke bandara."
Zaky melipat bibir. Ia pun tidak tahu alasannya apa sehingga tidak memberi tahu Kia. "Maaf..." ujarnya dengan nada bersalah.
Kia menggoyangkan tangan. "Hei, Aa gak usah minta maaf. Jangan merasa bersalah. Itu kan hak Aa mau terbuka atau nggak."
"Karna memang harusnya Aa terbuka. Biasanya juga dulu gitu. Apa-apa selalu sharing." Zaky benar-benar menunjukkan rasa bersalahnya.
"Sudah ah. Gak boleh gak enakan gitu. Aku juga sama. Urusan pacar jadi privasi. Ami aja tahunya baru minggu ini. Oh ya, gimana kabarnya mbak. Shannon? Bisa ikut hadir tanggal 2 nanti?"
"Kabar Shannon baik. Dia gak bisa datang. Lagi ada tugas kerja ke Washington."
Kia mengangguk. "Ah, sampai lupa belum disuguhi. Aa mau minum apa?"
"Gak usah, Kia. Kesini makan dulu jadi masih kenyang. Kia kapan pulang ke Tasik?"
"Besok setelah meeting. Mungkin sore."
"Diantar sama pacar?" Zaky menaikkan satu alisnya.
"Nggak. Mau pakai travel. Bang Yuga akan dan keluarga akan nyusul tanggal 1."
"Kalau gitu kita pulang bareng aja. Aa besok mau pulkam."
"Hm, aku naik travel aja. Belum pasti pulangnya jam berapa." Kia beralasan. Berusaha menjaga jarak dengan Zaky demi untuk menjaga hati yang sudah ditata.
"Kenapa nolak? Takut calon suaminya cemburu? Biar Aa yang minta izin. Sekalian kenalan kalau Aa ini kakakmu bukan orang asing."
mkasih teh Nia update nya 👍👍🤗
pelukan yang lamaaa..... gak ingin terpisah tapi harus. sedih2 ikhlas... nano2 deh rasanya.
swmiga segera bisa bersama selalu.
Kalau ada suami di rumah ruang gerak terbatasi kalau g ada suami serasa merdeka 😅
Ada yg sama an g ??
bpk Idrus Alhamdulillah kondisi nya makin membaik wlo pun proses nya lambat tp klo emg d RS nya papi Krisna ad dokter yg lebih baik alangkah baik nya d bawa kesana aj..
Semoga bahagia.till Jannah ya ZaKia /Kiss//Kiss//Kiss/