Kisah seorang murid yang menjadikan gurunya sebagai inspirasi terbesar nya. Terjadi di dunia modern, yang semuanya serba ada namun serba sulit banyak kekurangan.
Murid yang selalu berusaha mencari perhatian sang guru. Dengan kemampuan aneh yang dimilikinya. Dan bagaimanakah kisah kelanjutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febby Sadin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Firasat
Ditempat yang berbeda ada Isti dan Putra. Saat pagi telah menyingsing, matahari telah mengintip di ufuk timur, Isti dan Putra berpamitan kepada kedua orangtuanya bersamaan. Namun, terdapat kejanggalan yang dirasakan oleh orangtuanya.
"Kenapa kalian berpakaian putih-putih?" tanya ibunya Isti, saat melihat Isti memakai celana putih, sweater putih dan kerudung putih, walaupun masih ada motif nya.
Dan Putra juga begitu, dia bercelana hitam namun baju sweater nya yang putih. Mereka berdua tinggal berjajaran rumahnya jadi berpamitan secara bersamaan pada kedua orang tua mereka.
"Gak apa Bu. Kebetulan aja. Aku pengen pake ini sekarang." ucap Isti.
"Yaudah aku pamit dulu Bu, bibi, jangan rindukan kami ya. Kalau rindu kirim doa ke kami." canda Putra pada ibunya Isti.
"Kalo ngomong jangan aneh-aneh mau bepergian itu!" sahut ibunya, karena dia tiba-tiba firasat tak enak hati mengizinkan Isti dan Putra berangkat, tapi itu hanya perkemahan, Maka dia tak terlalu risau dan berpikir yang tidak baik. Isti dan Putra pun berangkat.
Ditempat lain juga ada Zahra dan juga Diyah. Kini Diyah sedang menyusul Zahra ke rumahnya, sedangkan saat itu pula Diyah berkata, "Aku ingin sekali membawa boneka kesayangan ku.Tapi takut dia gak balik lagi nanti di hutan."
"Iya sama aku juga Diyah... tapi sama Nenekku gak diperbolehkan. Katanya buat nemenin dia di kamar selama aku pergi." ucap Zahra.
Nenek Zahra mengantarkannya sampai depan rumah, Diyah sudah berdiri depan rumah pula. keduanya telah siap untuk pergi. Sang nenek merasa sangat berat melepaskan Zahra pergi, karena itu kali pertamanya mengizinkan Zahra pergi jauh.
"Semoga Allah selalu melindungi kalian semua." doa nenek Zahra dalam hatinya. Walaupun tak dapat dipungkiri hatinya begitu berat melepaskan Zahra.
Sesampainya di tempat yang ditentukan. Mereka semua berkumpul di lapangan tempat pemberhentian bus bus, telah ada banyak orang disana. Tampaknya mereka semua telah lengkap.
"Semuanya sudah hadir? Saya absen ya!" ucap Permata. Dia pun mulai mengabsen kehadiran teman-temannya.
Yang ternyata setelah di absen, ada Anggrek yang tak ikut. "Kenapa Anggrek tak hadir ya? Ada yang tau? atau mungkin perlu dijemput?!" teriak Permata. Dia mengatakannya di tengah-tengah kumpulan temannya hingga perlu tenaga ekstra mengucapkannya.
"Kayak nya Anggrek memang ada acara lain mungkin." sahut Fira.
"Satu lagi tidak hadir, ini ada Nuha! Kira-kira kemana dia? Karena Nuha dan Anggrek itu sudah bayar busnya. Kan sayang kalau gak jadi ikut?!" ucap Permata.
"Yaudah biarin mungkin benar Fira. Udah yuk berangkat." ucap Bara kemudian. Selaku ketua alumni dia menengahi kebingungan yang dialami Permata.
Mereka berangkat tanpa menunggu kedatangan Anggrek dan Nuha. Dimana setelah sekitar 15 menit bus mini telah meninggalkan Idiom, Nuha datang dengan berlari ke tempat pemberhentian bus itu. Tak ada satu pun. Sedangkan saat Nuha buka hp nya, digrup tampak mengirimkan foto-foto, bahwa mereka telah berangkat.
"Yah....aku ketinggalan lagi!" pekik Nuha.
Tak sadar disampingnya kini ada temannya yang mengatakan hal yang sama dengan nya.
"Kok aku ditinggal sih! Padahal baru lima belas menit saja." pekik Anggrek. Dia juga terlambat datang.
Nuha memiliki ide seketika itu, "Gimana kalau kita suruh mereka menunggu kita." ucapnya pada Anggrek.
"Iya sih. Kan baru berangkat betul juga kamu!" jawab Anggrek.
Langsung lah keduanya menelpon bersamaan. Nuha menelpon Bara dan Anggrek menelpon Permata.
"Halo aku ketinggalan nih."
"Halo Bara aku ketinggalan bisakah kalian hentikan busnya dan tunggu aku dan Anggrek menyusul?"
Pertama di dalam bus yang mengetahui ternyata Anggrek telah datang namun ketinggalan, dia pun langsung berteriak agar pak sopir yang ada di depan mendengar suaranya yang berbicara dari belakang.
Bersamaan dengan itu, Bara melakukan hal yang sama dengan yang Permata lakukan, setelah mendengar kabar bahwa Nuha juga ketinggalan bus.
"Pak sopir minggir sebentar ada teman kita yang ketinggalan!" ucap mereka bersamaan, dengan kalimat yang sama pula.
Pak sopir pun dengan seksama mengerem busnya. Ngiiiik
Sedangkan setelah sekitar sepuluh menit kemudian, akhirnya Nuha dan Anggrek sampai di tempat bus perkemahan itu berhenti. Mereka berdua naik ojek online menuju ke teman-temannya yang sudah jauh itu.
Mereka tak sadar, sebenarnya telah banyak hal terjadi dengan adanya keberangkatan mereka ke perkemahan. Namun manusia tak ada yang tahu apa yang akan terjadi. Mereka hanya diberikan tanda, walaupun mereka mengetahui tanda itu, tapi mereka tak sadar akan tanda atau firasat yang terjadi.
...****************...