Cella adalah seorang koki terkenal dengan wawasan luas dan kecerdasan yang luar biasa. Namun, hidupnya yang gemilang terhenti ketika ia tertabrak bus saat menolong seorang nenek menyeberang jalan. Bukannya masuk surga, jiwa Cella justru terbangun di tubuh Fifi Zara Kiana Gibson, seorang istri dari CEO kaya, Darius Armand Gibson.
Darius mencintai Fifi sejak kecil, tetapi pernikahan mereka penuh kebekuan karena Fifi tak pernah mencintainya. Fifi terperangkap dalam cinta buta terhadap Kelvin, pria yang memanfaatkan dirinya untuk merebut harta Darius. Dalam hidup sebelumnya, Fifi berkhianat, anaknya diracun, dan Darius bunuh diri setelah kehilangan keluarganya. Semua harta berpindah ke Kelvin dan Dara, adik tiri Fifi, yang menjadi dalang kekacauan itu.
Kini, dengan jiwa Cella di dalam tubuh Fifi, ia bertekad untuk mengubah segalanya. Cella berjanji untuk melindungi Darius dan Dinda, anak perempuannya, sekaligus membalas kejahatan Kelvin dan Dara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam Yang Membara
Setibanya di mansion, Fifi langsung melangkah ke kamar anaknya, Dinda. Hatinya hangat saat melihat putrinya terlelap di atas ranjang kecilnya yang dihiasi seprai berwarna pastel. Wajah polos itu membuat dada Fifi sesak oleh perasaan bersalah. Dalam novel yang ia baca, Fifi sebelumnya tak pernah memperlakukan Dinda dengan baik. Tapi tidak kali ini.
Ia duduk di tepi ranjang, menyelipkan rambut Dinda ke belakang telinga kecilnya. Lalu, ia berbisik pelan di dekat telinga putrinya, suaranya penuh kehangatan dan cinta “Maafkan Mama, sayang. Mulai sekarang, Mama akan menjadi mama yang kamu impikan. Aku berjanji akan selalu ada untukmu, melindungimu, dan mencintaimu seperti yang seharusnya”
Dinda yang pura-pura tidur mendengar bisikan itu. Meski masih kecil, ia memahami maknanya. Bibir mungilnya melengkung membentuk senyuman. Setelah Fifi meninggalkan kamar, ia membuka matanya perlahan, masih tersenyum, lalu membisikkan sesuatu pada dirinya sendiri “Terima kasih, Mama” Kemudian, ia menutup matanya kembali, tenggelam dalam tidur yang penuh mimpi indah.
Sementara itu, Fifi masuk ke kamar utama, mengembuskan napas panjang. Malam ini, ia merasa telah melewati ujian berat di pesta Tuan Handoko. Namun, yang menunggunya di kamar justru lebih mengejutkan.
Darius baru saja keluar dari kamar mandi, hanya mengenakan handuk yang melingkar di pinggangnya. Rambutnya basah, dan tetesan air mengalir pelan di kulit dadanya yang bidang. Ia tampak tenang, sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.
Fifi terdiam sejenak, menelan saliva dengan susah payah. Suaminya ini, meski jarang menunjukkan sisi rentannya, memiliki daya tarik yang luar biasa. Darius menoleh, menyadari kehadirannya “Kau sudah selesai memeriksa Dinda?” tanyanya santai, tanpa menyadari bagaimana pandangan istrinya berubah.
Fifi mengangguk perlahan, tetapi matanya tak lepas dari tubuh suaminya. Tiba-tiba, ia merasa ada dorongan dalam dirinya. Jika ini adalah hidup barunya, mengapa tidak mencoba sesuatu yang berbeda?
Ia mendekat dengan langkah perlahan. Darius menatapnya bingung, tidak menyadari niatnya “Ada apa?” tanyanya, alisnya terangkat.
Fifi hanya tersenyum kecil. Tangannya terangkat menyentuh dada Darius, membuat pria itu terdiam “Kau terlihat... sangat menggoda malam ini” ucapnya dengan nada lembut tetapi penuh makna.
Darius tertegun. Pipi pria itu, yang biasanya tenang dan dingin, bersemu merah “Apa yang kau lakukan, Fifi?”
Alih-alih menjawab, Fifi mendekatkan wajahnya dan mencium Darius dengan lembut di bibir. Ciuman itu perlahan menjadi dalam, penuh gairah. Darius yang awalnya kaget segera membalas ciuman itu dengan penuh kelembutan. Tangannya melingkari pinggang Fifi, menariknya lebih dekat.
Mereka terhanyut dalam momen itu. Fifi merasa untuk pertama kalinya, ia benar-benar ingin mendekati pria ini, bukan karena kewajiban, melainkan karena ada ketertarikan yang nyata. Ia membisikkan sesuatu di sela ciuman mereka “Aku ingin kita mulai dari awal... seperti pasangan sungguhan”
Darius menatapnya dengan mata yang berbinar “Aku telah menunggumu selama ini, Fifi. Aku hanya ingin kau mencintaiku seperti aku mencintaimu”
Fifi tidak menjawab dengan kata-kata, melainkan dengan tindakan. Ia mencium suaminya sekali lagi, kali ini lebih dalam, membiarkan dirinya terbawa oleh rasa yang sebelumnya tidak pernah ia sadari.
Malam itu, kamar mereka dipenuhi kehangatan, cinta, dan gairah yang telah lama hilang. Untuk pertama kalinya, Darius merasa harapannya untuk dicintai benar-benar terwujud. Dan untuk pertama kalinya, Fifi merasakan bagaimana mencintai seseorang bisa begitu membahagiakan.
drama banget, anak udh berumah tangga dicampuri urusan nya..
di part ini kurang suka aq Thor, wibawa anak laki2 hilang Krn tokoh mamanya Darius..
kalo memang menyayangi anaknya kenapa gk dari dulu..
sekarang baru sibuk datang dan mukul orang seenaknya..