NovelToon NovelToon
Bosku Duda Arogan

Bosku Duda Arogan

Status: tamat
Genre:Tamat / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Kantor / Romansa
Popularitas:2.6M
Nilai: 4.9
Nama Author: dtyas

“Bapak… selain mesum, juga nyebelin, ngeselin, rese, arogan dan sudah tua -- dewasa --. Pokoknya semua Bapak borong,” teriak Ajeng.

“Tambahkan, tampan dan membuat kamu jatuh cinta,” sahut Gentala.

Ajeng berada di dalam situasi disukai oleh rekan kerjanya yang playboy, berusaha seprofesional mungkin karena dia membutuhkan pekerjaan ini. Siapa sangka, Gentala – GM baru – yang membuat Ajeng kesal setengah hidup sejak pertama bertemu berhasil menolong gadis itu dari perangkap cinta sang playboy.

Namun, aksi heroik Gentala malah berubah menjadi bencana ...!


===
IG : dtyas_dtyas

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 17 ~ Kalau Denganku?

“Ahh, ini dia pasangan fenomenal di Go TV,” ujar Krisna. “Fabian dan Diajeng, benar Diajeng ya?”

“Iya Pak.”

“Selamat Ulang tahun Yah,” ujar Fabian diiringi deret doa dan harapan untuk pria itu.

Apa, ayah? Ini maksudnya gimana, Fabian anaknya Pak Krisna.

Dari ujung mata aku melihat Pak Gentala menatapku tapi aku masih terpaku pada interaksi Pak Krisna dan Fabian.

“Kalian pacaran?” tanya Krisna. Aku dan Fabian saling tatap.

“Tidak usah khawatir Pih, salah satu dari mereka siap hengkang kalau benar ada hubungan,” sahut Gentala.

Aku refleks mencibir pada pria angkuh itu. Krisna tertawa lalu menyampaikan kalau dia bangga atas prestasi aku dan Fabian.

“Kalau bangga, naikin gaji aku dong Pak. Nggak apa jabatan sama tapi nominalnya saja yang berubah,” ujarku sambil cengengesan.

“Gentala, Papi suka dengan gayanya. Dia tidak ada takutnya dengan Papi dan kamu.”

Nggak ada takut gimana, ini udah kebelet pipis karena gugup.

“Kalian nikmati acaranya, temui Bunda dulu,” ujar Krisna pada Fabian kemudian menghampiri tamu lain bersama Gentala.

“Ayo,” ajak Fabian.

Kami berada di meja buffet. Hampir saja aku berteriak melihat berbagai makanan yang tersaji. Bukan hanya penampilannya menggugah selera, rasa sudah pasti lezat karena Pak Krisna tidak mungkin menyajikan makanan dengan kualitas rendah.

“Kamu makan dulu, aku harus menemui Istri Pak Krisna dan menyapa yang lain. Kalau bosan, bisa ke taman lewat pintu itu. Jangan pulang tanpa aku,” ujar Fabian. Sebelum pergi dia mengusap kepalaku.

“Maksudnya gimana? Aku ditinggal di sini? Kenapa aku merasa seperti numpang makan doang ya,” gumamku.

Aku baru saja mengambil gelas berisi mocktail -- sudah pasti non alkohol -- saat aku melihat seorang gadis yang rasanya tidak asing.

“Ah, Audrey,” gumamku.

Penampilan gadis itu terlihat wow dengan gaun, perhiasan dan make up. Aku terus memandangnya dan … gadis itu bertemu dengan Fabian. Keduanya saling cipika cipiki, hal yang aneh menurutku tapi tidak dengan mereka. Jelas gadis itu ada kedekatan dengan keluarga Pak Krisna dan yang membuatku mengernyitkan dahi saat Audrey berbisik pada Fabian dan mereka meninggalkan ruangan.

“Mereka ke mana? Kalau aku ditinggal, nanti pulang gimana?”

Aku berjalan agak bergegas mengikuti pasangan itu dan bersembunyi ketika mereka berdiri di depan pintu sebuah ruangan. Sempat bicara lalu terkekeh. Ketika tidak terdengar lagi suara, aku melongokan kepalaku dan sepertinya mereka sudah masuk ke ruangan.

Ada beberapa pintu, sepertinya ini kamar-kamar tamu. Aku berdiri di depan pintu di mana Fabian dan Audrey sebelumnya berada. Menekan pelan handle pintu agar tidak menimbulkan suara, hanya membuka sedikit celah dan mendengarkan percakapan pasangan itu.

“Ayolah, jangan merajuk.”

“Kamu datang bersama asistenmu, sudah berani mengenalkan dia pada keluargamu tapi berani menghindariku.”

“Audrey, aku kenalkan mereka pada Ayah Kris bukan Papa dan Mamaku. Lagi pula mana aku tertarik dengan gadis itu. Mungkin dia masih virg*n tapi kamu lihat sendiri penampilannya, rasanya aku ingin tertawa. Dia kampungan, tidak mungkin aku mencintainya dan serius menjadikannya istri.”

Deg.

Rasanya seperti terhantam batu besar mendengar penuturan Fabian. Bukannya dia yang mendekatiku dan menggodaku, bahkan aku merasa menjadi wanita paling cantik saat dia merayuku dan mengatakan kata indah.

Seharusnya aku tidak terlena, sekali kampret ya tetap kampret.

“Kamu akan abaikan aku lagi?”

“Tentu tidak Audrey, bukankah semalam aku sudah dengan menginap di apartemenmu. Kurangkah apa yang kita lakukan semalam, bagaimana kalau kita ulangi lagi?”

 “Jangan sekarang, aku pasti ditunggu daddy.”

“Kalau gitu, pemanasan dulu.”

Terjawab sudah pertanyaan yang sejak tadi pagi ada di benakku. Kamu di mana? Dengan siapa? Semalam berbuat apa?

Aku tidak lagi mendengar percakapan mereka. Pintu aku buka semakin lebar untuk melihat apa yang mereka lakukan. Rasanya aku ingin berteriak, berlari menghampiri dan menendang Fabian. Pria itu sedang beradu bibir dengan Audrey, bahkan terlihat begitu liar.

Kenapa aku harus menyaksikan adegan seperti ini lagi. Sabar Ajeng, kamu belum resmi sebagai pasangan kekasih Fabian.

Aku mengusap dadaku dan mengendalikan diri agar tidak menangis. Pergi dari sini adalah langkah pertama. Entah mengapa rasanya dadaku sesak dan mataku susah memanas. Tidak mungkin aku sudah jatuh cinta pada Fabian.

Aku berjalan cepat menyusuri ruangan yang tadi aku lewati, sampai akhirnya aku bingung dengan arahku.

“Benar ‘kan, aku pasti tersesat kalau ditinggal di sini! Terus, gimana aku pulang,” ujarku sambil terisak.

Dari arah belakang terdengar suara si kampret dan barbie KW, aku bergegas memilih salah satu pintu dan berlari. Saat menoleh ke belakang, masih terdengar suara pasangan lakn4t itu. Aku panik dan ….

“Ehh,” aku merasakan ada yang menarik tanganku dan meraih tubuhku ke dalam pelukan.

Harum tubuh ini aku mengenalnya. Ini harum … Pak Genta. Aku menengadahkan wajah, dia memberi tanda agar aku diam. Sepertinya kami berada di dalam ruangan dan terdengar obrolan Fabian dan Audrey saat melewati pintu.

“Aku tunggu di apartemen.”

“Hm, tunggu aku ya sayang.”

Aku kembali membenamkan wajahku pada dada bidang Pak Genta, bahkan terisak dengan tubuh bergetar. Sepertinya air mataku mengotori atau membasahi pakaian Pak Gentaa, aku pun mengurai pelukannya.

“Maaf,” ujarku sambil mengusap air mata.

“Masih mau menyangkal kalian ada hubungan?”

Aku kembali menatap wajah Pak Gentala.

“Saya dan Pak Fabian memang tidak ada hubungan.”

“Kenapa nangis-nangis, lihat dia dengan perempuan lain?”

Aku membuang pandanganku ke arah lain. Aku juga tidak tahu kenapa aku malah menangis, tapi rasanya aku mengingat lagi rasa sakit yang pernah aku rasakan saat terkuak Kak Vina sedang hamil anak Gio. Padahal Gio saat itu masih berstatus pacarku.

“Nggak tahu Pak, saya pernah dikhianati. Lihat Pak Fabian dengan Audrey bahkan menghina saya rasanya disini …. “ Aku memukul pelan dadaku sambil menundukkan wajah. “Salah saya juga, baper dengan rayuan dan gombalan buaya. Padahal sudah jelas dia playboy.”

Entah kenapa aku malah curhat, bahkan Pak Gentala bersandar di dinding sambil bersedekap mendengarkan penuturanku.

“Pak, bisa minta tolong lagi nggak?”

“Hm.”

“Saya mau pulang, tapi nggak tahu arah keluar. Rumah ini luas banget,” ujarku malu-malu.

“Tunggu setengah jam lagi.”

“Hah, kenapa harus tunggu? Saya nggak mau pulang dengan Pak Fabian, saya mau pulang sendiri.”

“Fabian pasti sedang mencari kamu dan tidak lama lagi dia akan hubungi kamu. Kalau keluar sekarang, sudah pasti akan bertemu dia. Terserah kamu mau menunggu atau keluar sekarang,” tutur Pak Gentala yang beranjak menuju sofa.

Aku menatap sekeliling, sepertinya aku berada di ruang kerja juga perpustakaan. Ada dua rak besar dan tinggi di sisi ruangan berisi banyak buku.

Benar saja, ponselku berbunyi dan ternyata panggilan dari Fabian. Aku mereject dan mematikan ponsel lalu berjalan menuju rak. Melihat jenis buku yang terpajang di sana.

“Kamu suka dengan Fabian?”

“Sebagai sesama rekan kerja, kami ada chemistry. Sebagai pasangan saya sudah memberi pembatas tapi dua hari ini dia berhasil membuat saya terlena tapi kejadian tadi cukup meyakinkan kalau Fabian memang kampret.”           

“Kalau denganku?”

Deg

Detak jantungku kembali jedag jedug saat merasakan hembusan nafas di leherku. Pak Gentala sudah berdiri di belakangku bahkan kedua tangannya seakan mengungkung dari belakang karena dia sandarkan pada rak buku.

1
Allenn
Gentala
Ipul Pasha
Lumayan
Ipul Pasha
Luar biasa
Allenn
Ajeng
aroem
Luar biasa
Djoko Hariyanto
Buruk
dtyas (ig : dtyas_dtyas): buruk kenapa kak?
total 1 replies
Nova Evita
ini buku bagus bangeet. recommended buat di baca. makasih buat author yg sudah nulis cerita sebagus ini. sukses selalu untuk author
Nova Evita
thor, aku pengen Fabian tahu kalo ajeng denger ucapannya yg menghina ajeng ke Audrey
Nova Evita
gentala.... aku padamu 😍
Nova Evita
ih si ibu tega benar. masa nggeplak sama noyor kepala ajeng di depan orang-orang. kan malu... ajeng bukan anak kecil
Nova Evita
itu seperti nya gentala sengaja biar kepergok mami nya. ya kan thor?
Nova Evita
bukan hari minggu padahal 🤣🤣
Nova Evita
aahh... gentala ... modus aja kamu itu kan??!!!
Nova Evita
gentala konyol. mau Fabian sama ajeng ada hubungan ato gak, masalah nya apa buat lu? aneh...
ato jangan-jangan .....
Alanna Th
genta k mana n knapa hpnya ga diangkat? smoga penyesalan mnghantuimu!!
Alanna Th
kq aq yg kleper"?
Alanna Th
Luar biasa
Alanna Th
fabian msh penasaran blm prnh nyicip drh prwn y?!
Alanna Th
ini yang dsebut lolos dari mulut buaya, masuk k mulut singa? pilih mana, jeng? aq sie ga mau dua"nya; tukang celup spt oreo, aq ga suka, lbh suka slayolay /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Joyful/
Alanna Th
aq tuh baru denger cln pcrq dekat cewe lain aja udeh jijik, gmn spt ajeng mergokin 2org lagi on? sungguh mnjijikkn n mngerikn
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!