Jia Andrea selama lima tahun ini harus bersabar dengan dijadikan babu dirumah keluarga suaminya.
Jia tak pernah diberi nafkah sepeser pun karena semua uang gaji suaminya diberikan pada Ibu mertuanya.
Tapi semua kebutuhan keluarga itu tetap harus ditanggung oleh Jia yang tidak berkerja sama sekali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 2
"Darimana saja kamu? Kelayapan saja kerjaannya." Ucap Bu Arum ketika melihat Jia yang baru saja sampai di rumah.
"Oh kemarin Amira meminta ingin bermain ke taman jadi hari ini aku menepati janji ku untuk mengajak Amira ke taman." Jawab Jia dengan jujur.
"Kami lebih memilih mengajak anak mu bermain ke taman dari pada memikirkan kondisi keluarga yang kelaparan?" Tanya Bu Arum dengan sinis. "Terus kenapa bahan belanjaan di dapur pada kosong semua?" Bu Arum melanjutkan kalimatnya.
"Amira sayang, kamu ke kamar dahulu ya. Nanti Mama susul kamu ke kamar." Ucap Jia memberi pengertian pada Amira yang sedang asik menikmati lollipop yang dia pegang.
Amira menganggukan kepalanya sembari menjilati lollipop yang di belikan ibunya tadi.
“Mama Azura mau itu, itu yang di pegang oleh Amira.” Rengek Azura kepada Mayang.
Mayang menoleh ke arah Amira, sembari berjalan mendekati Amira.
Melihat Mayang yang berjalan mendekati Amira akhirnya Jia menarik kembali tangan Amira.
"Berikan lollipop itu sama Azura. Dia mau lollipop itu." Ucap Mayang yang menatap tajam ke arah Jia.
"Itu punya Amira, yang membelikan aku. Kenapa aku harus meminta Amira untuk memberikan permennya?" Ucap Jia tak kalah sengit.
"Azura menginginkannya." Teriak Mayang sembari melotot.
"Lalu?" Tanya Jia dengan remeh.
"Amira kasih permennya sama Azura." Ucap Bu Arum yang tiba-tiba saja membentak Amira.
Amira yang di bentak oleh Bu Arum pun merasa takut dan segera bersembunyi di belakang tubuh sang Mama.
"Jangan pernah membentak anak ku." Ucap Jia berusaha masih sabar.
"Suruh Amira kasih permennya sama Azura, Jia. Kamu tidak lihat Azura sudah menangis seperti itu?" Ucap Bu Arum pada Jia.
"Apa hak Amira meminta permen Anak ku?" Tanya Jia masih dengan nada yang sabar.
"Amira anak dari Kakak ipar mu, Jia. Harusnya kamu bisa bersikap adil terhadap Azura dan manjakan dia." Jawab Bu Arum yang geram dengan jawaban Jia.
"Dia bukan putri di sini. Lagian kenapa juga aku harus adil dengan Azura sedangkan kalian tidak pernah adil dan tidak pernah peduli dengan Amira." Jawab Jia santai.
"Dasar wanita miskin tidak tahu diri." Ucap Mayang dan langsung dibalas tatapan oleh Jia.
Jia tersenyum meremehkan pada Mayang.
"Jika aku miskin dan tidak tahu diri, lantas kamu apa Mbak?" Tanya Jia pada Mayang. "Mbak lupa, kalau semua kebutuhan dirumah ini yang menanggung siapa?" Tanya Jia yang membuat Mayang terdiam.
"Bukan Mbak ataupun Mama. Bahkan aku tidak di beri nafkah sama sekali oleh Mas Rangga. Semua nafkah yang seharusnya dia berikan ke aku itu malah di berikan pada Mama. Dengan dalih, semua kebutuhan rumah akan Mama yang ngatur, nyatanya apa? Tidak sama sekali." Lanjut Jia yang membuat Bu Arum membulatkan matanya.
"Berani kamu biacara seperti itu?" Tanya Bu Arum pada Jia.
"Kenapa tidak? Mulai sekarang aku hanya akan belanja kalau Mama atau Mbak Mayang memberi ku uang. Jika tidak maka selamat menahan lapar sekeluarga." Ucap Jia seraya berjalan meninggalkan keduanya menuju kamar Amira.
"Jia kamu sudah berani bicara seperti itu ya sama saya. Saya itu Ibu mertua kamu, harusnya kamu tahu diri sedikit, kalau tinggal di rumah ini." Ucap Bu Arum membentak.
Jia menghentikan langkahnya dan menoleh kearah Bu Arum.
"Menantu di rumah ini bukan hanya aku Ma. Dan maaf jika aku berani seperti sama Mama." Jawab Jia singkat dan langsung melanjutkan langkahnya.
"Kenapa Jia tiba-tiba berubah. Bukan kah dia selama ini tidak pernah protes untuk memenuhi semua kebutuhan dirumah ini." Ucap Bu Arum geram.
"Terus bagaimana dong Ma?" Tanya Mayang yang turut kebingungan.
"Kamu tenang saja. Jia pasti hanya lelah saja dia butuh istirahat. Setelah ini dia pasti akan kembali lagi seperti semula. Dia pasti mau lagi menanggung semua kebutuhan di rumah ini tanpa protes." Jawab Bu Arum yang membuat Mayang sedikit tenang.
"Aku bakal laporin kamu Rangga biar kamu tau rasa Jia." Batin Bu Arum.
***
“Bunda Nenek marah ya sama kita?” Tanya Amira pada sang Bunda.
Jia menatap sendu pada sang anak. "Bukan sama kita sayang. Tapi sama Bunda, hanya sama Bunda bukan sama Amira, oke." Jawab Jia dengan lemah lembut.
"Tapi Nenek selalu marah-marah sama Amira, kalau Bunda keluar. Nenek bentak-bentak Amira karena Amira tidak ingin meminjamkan Azura mainan." Jawab Amira polos.
Jia mengerutkan keningnya mendengar ucapan Amira, karena ia baru pertama kali mendengar pengakuan Amira.
"Tapi Nenek gak nakal kan sayang? Dia gak pernah memukul Amira kan?" Tanya Jia memastikan.
“Neneknya gak nakal. Tapi, yang nakal Azura sama Tante Mayang. Waktu itu Azura ingin meminjam boneka yang baru di berikan oleh Oma, karena masih baru, jadi aku melarangnya. Azura menangis dan lapor sama Tante Mayang terus Tante Mayang marah dan memukul paha Amira." Jawaban Amira membuat Jia semakin marah karna baru saja mengetahui jika putrinya di pukul oleh Mayang.
"Itu kejadiannya sudah berapa lama sayang?" Jia kembali bertanya.
"Sekitar 3 hari yang lalu, Bunda . Aku gak mau main sama Azura lagi, Bunda. Aku takut kalau di pukul sama Tante Mayang lagi." Jawab Amira dengan ekspresi ketakutan.
"Kenapa Amira baru bilang sama Bunda sekarang sayang? Kenapa enggak bilang dari 3 hari yang lalu?" Tanya Jia dengan penuh kelembutan.
Amira menggelengkan kepalanya.
"Amira gak dibolehin cerita sama Tante Mayang, kalau Amira cerita, Tante Mayang akan menyakiti Bunda dan akan mengusir Bunda dari rumah ini. Jadi Amira takut mau cerita sama Bunda." Jawaban Amira membuat Jia memejamkan matanya dan menghela nafas.
Jia harus menahan amarahnya di depan Amira, dia tidak ingin anaknya trauma karna ketakutan.
"Sayang 3 hari yang lalu, bukannya itu hari Minggu?" Tanya Jia yang langsung di angguki oleh Amira.
"Bukankah waktu Bunda tinggal keluar, Amira di rumah di jaga sama Ayah?. Memangnya Ayah gak tahu kejadian ini sayang?" Tanya Jia penasaran.
Memang pasalnya 3 hari yang lalu bertepatan dengan hari Minggu dimana Rangga, Rendi dan Litta pasti ada di rumah karena libur dari kegiatan mereka.
Tunggu-tunggu, Jia baru saja teringat kalau sewaktu dia berada di rumah Bibinya. Tiba-tiba ia di telepon Rangga dan di suruh untuk segera pulang.
Tetapi sesampainya di rumah dia melihat jika satu keluarga itu sudah bersiap untuk berangkat liburan ke pantai tanpa ada niat mengajak dirinya dan Amira.
Apa karena kejadian itu membuat Azura menangis, sehingga mereka membawa Azura liburan dan meninggalkan Amira sendirian di rumah.
Diam-diam Jia mengepalkan tangannya. Sial!! dia baru ingat kejadian itu. Jia kini semakin dendam terhadap keluarga suami biadabnya ini.
"Ternyata selain meninggalkan anakku liburan, kalian juga melakukan kekerasan terhadap anak ku. Dan dengan teganya kamu hanya diam saja Mas, padahal Amira anak kandungmu. Tapi Azura yang kamu perlakukan seperti anak kamu. Cukup aku diam selama ini. Setelah ini, maaf aku tidak akan tinggal diam lagi. Kita buktikan aku atau kamu yang akan mendapat kebahagiaan." Batin Jia seraya mengusap helai rambut Amira dengan lembut.
********
********