Balas dendam seorang perempuan muda bernama Andini kepada mantan suaminya yang pergi karena selingkuh dengan janda muda kaya raya.
Tapi balas dendam itu tidak hanya kepada mantan suaminya, melainkan ke semua lelaki yang hanya memanfaatkan kecantikannya.
Dendam itu pun akhirnya terbalaskan setelah Andini membunuh dan memutilasi semua pria yang coba memanfaatkannya termasuk mantan suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tresna Agung Gumelar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Sandy pun keluar dari lift lantai lobby. Saat melihat Sandy keluar dari lift, Andini sedikit canggung dan langsung menundukkan kepalanya. Sementara Sandy langsung menghampiri Andini tanpa ragu.
"Din?"
Tanya Sandy sambil memberikan tangannya untuk bersalaman.
"Em iya Mas."
Andini pun berjabat tangan dengan Sandy, tapi wajahnya masih sangat kaku di depan Sandy.
"Kita mau ngobrol di mana? ada food court di dekat basement atau di kantin situ, soalnya kamu pasti nggak mau kalau Mas ajak ke atas."
"Em tapi nggak papa ko lebih baik kita di atas saja, soalnya aku malu mas sama obrolan yang akan aku sampaikan ini."
"Malu? Hmm. Ya sudah kalau kamu maunya begitu, yuk kita ke atas sekarang!"
"Iya ayo mas!"
Andini pun mengikuti Sandy yang kembali masuk ke dalam lift untuk menuju lantai atas.
"Tapi maaf ya Din dalamnya sedikit berantakan soalnya Mas sedang beres-beres."
Ucap Sandy sambil menekan tombol lift.
"Beres-beres? Kamu memang baru pindah ke sini?"
"Em bukan, nanti saja lah ceritanya di atas. Agak panjang soalnya kalau cerita di sini."
"Hmm yaudah kalau gitu."
Sampai akhirnya mereka berdua tiba di dalam rumah apartemen. Ternyata memang sangat berantakan, Sandy sibuk seharian ini karena mengemas barang-barang, ada beberapa barang yang akan Sandy segera lelang untuk tambahan bekalnya di kampung nanti.
Andini pun hampir terjatuh ketika berjalan ke arah dalam, karena dia sempat tersandung salah satu benda yang ada di lantai.
"Aduh sorry ya Din, berantakan banget."
Ucap Sandy yang hendak menahan tubuh Andini.
"Nggak papa nggak papa Mas."
Andini mengangkat kedua tangannya ke depan karena dia tidak kenapa-kenapa.
"Hmm. Yaudah duduk dulu Din silakan! Mas mau ambil minum dulu."
"Iya Mas."
Andini pun duduk di atas sofa sambil melihat-lihat keadaan sekitar.
Sampai akhirnya Sandy kembali menghampiri Andini sambil membawakan segelas minuman kemudian menaruhnya di atas meja.
"Di minum Din! maaf ya cuma air putih."
Ucap Sandy sambil duduk di samping Andini.
"Iya nggak papa mas makasih. nggak perlu repot-repot."
"Kamu baik-baik saja kan Din?"
Tanya Sandy yang mulai sedikit serius.
"Em, maafin aku ya Mas."
"Ko minta maaf sih?"
"Em, Sebenarnya aku menemui mu ke sini aku mau minta bantuan sama kamu."
Jawab Andini dengan muka melas.
"Bantuan apa? Bukannya waktu itu kamu sudah sangat muak sama Mas?"
"Aku ingin pulang ke kampung Mas, aku nggak betah kerja di tempat kerjaku, aku sering di goda laki-laki bahkan di lecehkan di sana."
"Hmm. Kamu kerja di mana memang sekarang?"
"Di warung makan Mas, gajiku juga kecil jadi belum cukup untuk ongkos pesawat."
"Kamu ini dasar, tapi Mas mau minta maaf ya sebelumnya, dulu Mas mengusir kamu tanpa memberikan bekal sepeserpun untuk pulang. Mas menyesali semuanya sekarang."
"Yaudah lah Mas nggak perlu di bahas ke situ lagi. Lagian apa yang kamu sesali, harusnya kamu kan sudah bahagia sekarang dengan apa yang kamu punya."
"Hm, semua tak seperti yang kamu lihat Din, ini saja Mas mau pergi dari tempat ini."
"Loh, apa yang terjadi Mas?"
Tanya Andini dengan wajah yang berpura-pura terkejut.
"Lita menggugat cerai, jadi mas di usir dari rumah."
"Hmm. Kamu pasti bikin gara-gara lagi ya?"
"Ya gitu lah, jujur mas dulu terpaksa menikahinya karena mas punya banyak hutang di mana-mana, makanya dulu mas berdosa sekali kepadamu. Karena permintaan Lita mas harus sesegera mungkin meninggalkanmu. Sebenarnya bukan keinginan Mas untuk meninggalkanmu, Mas terpaksa Din sungguh terpaksa. Kalau Mas tidak butuh uang mungkin Mas tidak akan pernah meninggalkanmu."
Andini langsung berkata dalam hatinya ketika mendengar penjelasan dari Sandy.
"Berarti Lita dalang juga di balik penderitaanku waktu itu. Awas saja ya kamu Lita!"
Andini sangat marah berbicara dalam hatinya untuk mengancam Lita.
"Sekarang Mas menyesali semuanya, Mas tak pernah bahagia hidup dengan Lita. Mas ingin sekali bertobat."
"Hmm kamu ini."
"Dn kalau kamu mengizinkan Mas ingin sekali menebus kesalahan Mas kepadamu."
Ucap Sandy yang mulai berani memegang tangan Andini.
"Maksudnya?"
Tanya Andini yang langsung melepaskan pegangan tangan Sandy.
"Mas mau kita rujuk. Kita pulang ke kampung sama-sama, Mas punya beberapa tabungan termasuk apartemen ini. Mas bisa lelang untuk bekal kita di kampung nanti."
Andini langsung terdiam mendengar ucapan Sandy yang tiba-tiba saja berbicara seperti itu.
Tapi Andini tidak tergoda sama sekali, rasa sakitnya waktu itu tak akan pernah terobati. Apalagi setelah Andini tahu sendiri bahwa Sandy ini di gugat oleh Lita karena dia selingkuh dengan mahasiswi bernama Fika.
"Nggak aku nggak boleh tergoda dengan manusia semacam ini. Sekalipun dia benar-benar bertobat, suatu hari nanti dia pasti akan mengulanginya. Yang ada di sini aku harus memanfaatkannya karena sepertinya dia masih sangat menyimpan perasaan kepadaku."
Andini berbicara dalam hatinya sambil merencanakan rencana baru untuk menghabisi Sandy.
"Mas, jujur aku nggak bisa percaya begitu saja terhadapmu. Perasaan ku hancur mas waktu itu. Harusnya Mas tahu dari awal kita kenal saat di kampung, aku begitu menaruh harapan besar kepadamu. Aku rela menolak perjodohan dari orangtuaku demi kamu yang saat itu aku kira laki-laki baik. Tapi ternyata kamu malah sebaliknya mengecewakan ku dengan cara yang begitu kejam."
"Maafkan aku Andini, kali ini aku sungguh ingin benar-benar bertobat. Aku sadar aku salah, aku sangat berdosa sekali sudah mengecewakan orang tuamu yang menitipkan anaknya kepadaku."
Sandy berbicara sambil kembali memegang tangan Andini.
"Mas, semuanya butuh waktu. Aku nggak mau menerimamu lagi dengan cara secepat ini. Kamu harus berusaha meyakinkan aku kembali agar aku percaya kepadamu."
Andini sedikit menjual mahal, agar Sandy tidak begitu curiga terhadapnya.
"Kamu serius masih mau memberikan kesempatan lagi terhadap Mas?"
Tanya Sandy dengan penuh harapan.
"Kalau kamu benar-benar serius kenapa enggak. Tapi aku masih butuh banyak waktu. Aku bukan Andini yang dulu yang hanya kamu rayu langsung ingin menerima pinangan darimu."
Jawab Andini sambil melepaskan kembali pegangan yg tangan Sandy.
"Baiklah kalau begitu, Mas akan buktikan kalau Mas akan berubah dan bisa membuatmu percaya lagi terhadap Mas."
"Terus jika aku tak ke sini sekarang, Kamu mau pergi kemana Mas setelah ini?"
Sandy sangat kebingungan mendengar pertanyaan itu. Karena yang sebenarnya dia akan menyusul Fika ke kampung halamannya, tapi di sini Sandy jadi punya dua rencana, pergi ke kampung Fika dan kembali bersama Andini tinggal di kampung Andini.
"Em, Mas paling pergi ke luar kota. Mas sudah trauma tinggal di kota ini."
Jawab Sandy dengan nada pelan karena berbohong.
"Hmm. Memang kamu melakukan kesalahan apa terhadap Lita hingga dia menggugat mu?"
Tanya Andini yang membuat Sandy kebingungan sekali untuk menjawab apa.
"Em, Mas melakukan kesalahan besar Din di perusahannya karena kebijakan Mas, perusahaan itu rugi milyaran rupiah."
"Serius hanya gara-gara itu?"
Tanya Andini kembali dengan pura-pura tidak tahu.
"Iya serius, makanya Mas tidak pernah bahagia dengannya. Hidupnya selalu membahas harta, dia selalu sibuk bahkan Mas ini seperti bukan suaminya."
"Hmm gitu ya?"
"Iya Din, dia sangat berbeda sekali denganmu."
"Tapi kan aku nggak punya apa-apa Mas, Lita punya segalanya."
"Walaupun Lita punya segalanya, tapi tugasnya sebagai seorang istri tak pernah Mas rasakan. Mas seperti hidup sendirian."
"Hmm ya sudah kalau gitu aku faham. Aku minum ya mas!"
Ucap Andini sambil mengambil minum yang tadi Sandy sediakan.