Setelah 3 tahun bercerai dengan Dimas Anggara. Anna Adiwangsa harus kembali ke kota yang menorehkan banyak luka. Anna dan Dimas bercerai karena sebuah kesalah pahaman. Tanpa di sadari, ke duanya bercerai saat Anna tengah hamil. Anna pergi meninggalkan kota tempat tinggalnya dan bertekad membesarkan anaknya dan Dimas sendirian tanpa ingin memberitahukan Dimas tentang kehamilannya.
Mereka kembali di pertemukan oleh takdir. Anna di pindah tugaskan ke perusahaan pusat untuk menjadi sekertaris sang Presdir yang ternyata adalah Dimas Anggara.
Dimas juga tak menyangka jika pilihannya untuk menggantikan sang ayah menduduki kursi Presdir merupakan kebetulan yang membuatnya bisa bertemu kembali dengan sang mantan istrinya yang sampai saat ini masih menempati seluruh ruang di hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Aku terbangun karena mendengar dering ponseli milikku. Bergegas mengambil ponsel diatas nakas dan melihat siapa yang menelpon.
Ternyata ibu mertuaku yang menelpon ku.
"Halo mah!" jawabku setelah menempelkan ponsel ke telingaku.
"Semalam aku dan mas Dimas menginap di hotel. Maaf ya ma, Apa Yessa rewel mah?"
"Ya sudah, sebentar lagi aku dan mas Dimas pulang ke rumah!"
Setelah mertuaku memutuskan sambungan teleponnya, aku membangunkan mas Dimas agar bangun dan segera mandi. Meskipun aku harus rela melayaninya lagi di dalam kamar mandi.
Setelah sampai di rumah, aku langsung mendatangi kamar ibu mertuaku, katanya ada yang ingin ia katakan.
Tok
Tok
"Mah, Anna masuk ya!" kataku.
Setelah mendapatkan jawaban, aku langsung membuka pintu kamar mertuaku.
Aku melihat Yessa masih tidur pulas, karena ini masih sekitar jam 6.
"Ada apa mah!" tanyaku, lalu mendekati ibu mertuaku yang sedang duduk di sofa. Mas Dimas sejak tadi mengekoriku dari belakang. Syukurlah mood nya sudah kembali membaik setelah berkali-kali menyemburkan benih nya.
Ia duduk si sofa tinggal sementara aku bersebelahan dengan ibu mertuaku.
"Mas, An! Semalam kakak nya papa menelpon, jika istrinya meninggal dunia. Jadi pagi ini papa dan mama harus terbang ke Amerika. Karena papa ingin mengantarkan kakak iparnya ke peristirahatan terakhirnya." kata mama dengan raut sedih.
Aku dan mas Dimas saling tatap. "Apa kami tidak perlu ikut mah?" kata mas Dimas.
"Tidak perlu, papa tau kalian sedang banyak pekerjaan. Karena Leo sedang menemui istrinya. Nanti kalau Leo sudah kembali, kalian bisa menyusul. Sebenarnya mereka ingin kau dan keluargamu ikut, tapi karena tidak ada yang menghandle pekerjaan. Apa boleh buat."
Mendengar penjelasan mama tentang Leo, membuatku dan mas Dimas membelalakkan mata. "Leo sudah menikah?" tanyaku.
Mama mengangguk dan tersenyum teduh. "Sudah An, saat ini istrinya sedang hamil 8 bulan. Mungkin saat nanti kembali kesini, dia akan membawa istrinya juga."
"Pantas saja aku kenalkan dengan beberapa wanita selalu menghunusku dengan tatapannya yang tajam. Rupanya dia sudah menikah, atau jangan-jangan,,, dia belum menikah, tapi sudah tanam saham duluan. Dan kepulangannya itu untuk menikahi wanita itu?" ucap mas Dimas.
Aku mengangguk membenarkan prasangka mas Dimas. Mama terkekeh mendengar perkataan mas Dimas.
"Leo sudah menikah selama 4 tahun, waktu itu dia menceraikan istrinya karena kesalah pahaman, tapi sepertinya hubungan mereka sudah membaik. Leo menceraikan istrinya saat istrinya hamil 2 bulan." terang mama.
Aku mengerutkan keningku, kenapa kisah rumah tangga Leo dan istrinya, sama sepertiku dan mas Dimas. Aku diceraikan mas Dimas karena kesalah pahaman dan saat itu aku juga sedang mengandung Yessa.
"Kenapa ceritanya sama sepertiku. Di ceraikan saat sedang mengandung." kataku.
Mendengar perkataan ku, Mas Dimas mengusap tengkuk nya dan meringis.
"Ck! Dasar, kenapa sih laki-laki itu yang menonjol hanya amarah dan emosinya saja. Kemana otak nya itu sebenarnya." kataku berdecak kesal.
Mengingat kembali permasalahan yang lalu, karena mas Dimas menceraikanku, tanpa mendengar penjelasan ku.
"Sayang!" mas Dimas mendekatiku dan merangkulku.
Mama hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya melihat anak dan menantunya.
"Ya sudah, mama bersiap-siap saja." kataku.
"Mama sudah siap, semalam minta pelayan untuk mengemas pakaian mama dan papa. Mama juga ingin mengatakan pada kalian. Kalau mama dan papa mungkin akan lama di Amerika, maaf tidak bisa membantu menjaga Yessa!" katanya menyesal.
"Mama kenapa berkata seperti itu, Yessa itu anakku dan mas Dimas, biar aku dan Mas Dimas yang mengurusnya."
"Sebaiknya kamu berhenti kerja An!" usul mama kemudian. Mas Dimas juga mengangguk setuju.
"Aku akan berhenti, kalau mas Dimas sudah mendapatkan sekertaris yang baru mah!"
"Ya sudah! Terserah mu saja!" Jawab mama pasrah.
Aku mengangguk. "Papa kemana mah?" tanyaku penasaran. Karena sejak tadi tidak melihat keberadaanya.
"Papa sedang di ruang kerja, menyelesaikan semua pekerjaannya sebelum ia tinggal lama."
Aku dan mas Dimas mengangguk, meskipun sudah memilih untuk pensiun. Papa masih ikut andil dalam mengurus perusahaanya.
...🌸🌸🌸🌸🌸...
Kami mengantarkan kepergian mama dan papa ke bandara bersama dengan Yessa. Yessa menangis karena Oma dan Opa nya akan pergi ke lain benua dan dengan jangka waktu tak terhingga.
Aku sampai kewalahan menenangkannya.
"Yessa! Nanti kita susul Oma dan Opa kalau pekerjaan Mommy dan Daddy disini sudah selesai. Daddy janji sayang!" kata mas Dimas, mencoba menenangkan sang putri.
Mama sampai ikut menangis karena melihat Yessa yang terus menangis, enggan lepas dari gendongannya.
"Eh Yessa. Yessa mau punya adik kan. Kalau Yessa mau punya adik, Yessa tidak boleh menangis lagi, bagaimana bisa jaga adik kalau Yessa menangis. Nanti adiknya ikut menangis!" kata mas Dimas lagi. Aku memijit keningku yang terasa pening.
Akhirnya Yessa bisa di tenangkan dengan iming-iming akan di berikan adik. Aku sedih melihat Yessa yang masih sesenggukan di perjalanan pulang ke rumah.
Keesokannya. Aku dan mas Dimas terpaksa mengajak Yessa bekerja. Karena Yessa tidak ingin di tinggal. Awalnya mas Dimas memintaku, agar tinggal di rumah bersama Yessa. Tapi karena banyak pekerjaan yang harus aku kerjakan menggantikan Leo, akhirnya mas Dimas menyetujui usulku untuk membawa Yessa, tak lupa aku juga membawa Dewi untuk menjaga Yessa saat kami sedang bekerja.
Saat di perjalanan mas Dimas menghubungi Leo. "Halo, kapan kamu akan kembali bekerja. Pekerjaan istriku jadi menumpuk karena kamu pergi!"
"Ya sudah! Aku tunggu! Langsung datang ke ruanganku setelah sampai di kantor."
"Hmm!" mas Dimas memutuskan sambungannya dan memberikan ponselnya padaku.
Sebagai sekertaris pribadi, aku harus melayani semua kebutuhan mas Dimas. "Mas! Pokoknya cari sekertaris laki-laki. Awas saja kalau dia perempuan."
"Iya sayang, Leo sudah ada beberapa kandidat, hanya saja belum sempat menyeleksi lagi. Hari ini dia akan mulai berkerja dan menyeleksi kandidat sekertaris untukku!"
Aku mengangguk percaya. Aku duduk di sebelah mas Dimas dengan memangku Yessa. Sementara Dewi duduk di sebelah supir.
ada ada aj kau dim
good job Leo,.maklum lah Dimas kan CEO amatir..
Leo dikerjain bos yang lagi nyidam...