"Ketika cinta dan kesetiaan diuji oleh kebenaran dan darah, hanya hati yang tahu siapa yang benar-benar layak dicintai." - Kenzie William Franklyn.
•••
Vanellye Arch Equeenza, atau Ellyenza. Perempuan nakal dengan masa lalu kelam, hidup dalam keluarga Parvyez yang penuh konflik. Tanpa mengetahui dirinya bukan anak kandung, Ellyenza dijodohkan dengan Kenzie, ketua OSIS yang juga memimpin geng "The Sovereign Four." Saat rahasia masa lalunya terungkap—bahwa ia sebenarnya anak dari Sweetly, sahabat yang dikhianati ibunya, Stella—Ellyenza harus menghadapi kenyataan pahit tentang jati dirinya. Cinta, dendam, dan pengkhianatan beradu, saat Ellyenza berjuang memilih antara masa lalu yang penuh luka dan masa depan yang tidak pasti.
Akan seperti apakah cerita ini berakhir? mari nantikan terus kelanjutan untuk kisah Kenzie dan Ellyenza.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meka Gethrieen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ZIELL - 16 Ada apa?
..."Tidak akan muak dengan rasa sakitnya. Karena saat aku katakan ingin bersamamu, maka aku telah siap dengan segala resikonya."...
...- Kenzie William Franklyn -...
...•••...
"Kevin.." panggilan dari Ellyenza itu sontak membuat seluruh pasang mata mengarah padanya.
Salah satu dari sosok badan kekar berjas hitam itu dengan cepat menodongkan pistol ke arahnya juga. Ellyenza terdiam ditempat. Jantungnya berdetak dengan tidak karuan, ia merasa ketakutan.
Apa ini? Ada apa sebenarnya?
Tatapan Kevin terus terpaku pada Ellyenza, tanpa ada niat untuk mengalihkannya sedikit pun.
Dengan santai Kevin bangun dari posisi duduknya, ia lalu melangkah kehadapan Ellyenza.
"Berani menyakiti calon nyonya muda kalian? Singkirkan pistolmu darinya!!" Perintah Kevin dingin pada salah satu bodyguard yang tadi menodongkan pistolnya itu pada Ellyenza.
"Maaf, tuan muda." Ucap bodyguard itu sambil menunduk takut. Kemudian melangkah mundur, menaati perintah tuan mudanya tersebut.
"Kevin, apa yang udah lo lakuin ke keluarga gue..?" Tanya Ellyenza merasa tak percaya.
"Ell, dengerin penjelasan aku dulu, oke?" Pinta Kevin dengan wajah yang terlihat sedikit memelas.
"Jangan Ellyenza, kamu per-hhmmm!!" Berontak Kara yang tidak digubris sama sekali oleh Ellyenza.
"Jadi apa? Kenapa lo lakuin semua ini? Kenapa... ada apa sebenarnya?!" Desak Ellyenza cepat.
"Aku.. aku," Kevin bingung harus mulai menjelaskannya dari mana. Ia mulai memikirkan jawabannya sejenak, sebelum akhirnya ia berkata, "Aku akan bertanggung jawab. kita akan menikah, Ell."
"Ha?" Cengo Ellyenza akan perkataan Kevin.
"Iya, Ell. Mulai sekarang aku bakalan perjuangin kamu. Aku bakalan nikahin kamu dan aku janji, untuk kali ini gak akan ada lagi penghalang bagi kita buat bersama. Kamu mau kan?" Tanya Kevin harap cemas.
Ellyenza tertawa kencang mendengarnya. Ia tidak menjawab pertanyaan dari Kevin. Namun..
Plak!
Ia justru menamparnya. Ya, bukankah ini memang jawaban yang pantas untuk Kevin dapatkan?
"Kevin, are you sick?!" Tukas Ellyenza menekankan.
"..." Kevin tak menjawab, hanya ada keheningan yang terasa. Lelaki itu masih memegang pipi kirinya yang terasa panas akibat tamparan dari perempuan tersebut.
"Kevin Xulingga Alaso! I ask you one more time, LO SAKIT?! HAH!!?" Teriak Ellyenza marah. Namun laki-laki itu masih tetap saja tidak menggubrisnya.
Karena kesal, Ellyenza mengambil paksa pistol milik Kevin yang lelaki itu simpan dibagian samping celananya dan ia todongkan pistol tersebut tepat ke arah kanan pelipisnya.
"Sekarang juga, lepasin keluarga gue!" Ancam Ellyenza berani.
Perempuan itu sengaja menodongkan pistol tersebut pada pelipisnya, karena ia tahu kelemahan terbesar laki-laki itu adalah terletak pada dirinya.
Masing-masing pistol cadangan dari para bodyguard Kevin layangkan ke arah Ellyenza.
Kevin panik, ia segera memerintahkan para bodyguardnya itu untuk menaruh kembali pistol yang dilayangkan ke arah Ellyenza tersebut.
Lelaki itu juga meminta kepada Ellyenza untuk mengembalikan pistol miliknya tersebut.
Para bodyguardnya mematuhi perintah sang tuan muda, akan tetapi tidak dengan Ellyenza. Perempuan itu masih tak gentar akan ancamannya.
"Ell.." panggilnya seraya mendekat. Tapi, semakin ia mendekat semakin pula perempuan itu menjauh.
"Lepasin dulu keluarga gue!" Tekannya menuntut.
"Fine, bakal aku lepasin. Tapi dengan satu syarat.." Jeda Kevin sebelum melanjutkannya.
"Apa?!" Ketus Ellyenza bertanya.
Perempuan itu tetap waspada. Karena jika ia lengah, maka dapat dipastikan bahwa dia yang akan dirugikan.
"Kamu harus ikut aku pergi." Lanjutnya yang membuat kedua bola mata Ellyenza membola lebar.
Para anggota keluarga Ellyenza yang juga berada disana tidak setuju mendengarnya. Terutama Simon, kakak laki-laki Ellyenza tersebut.
"Nggak dek! Jangan dengerin dia! Lu pergi sekarang juga dari sini!!" Protes keras Simon tidak terima.
"Iya Ell, kamu pergi sekarang juga dari sini. Kami-"
"DIAM!!" Bentak Kevin murka. Lelaki itu menyela perkataan Kara. Menatap penuh marah pada kakak-beradik tersebut.
Stella yang merupakan ibu dari Ellyenza itu hanya menyaksikannya sejak tadi. Namun kini wanita paruh baya tersebut mulai menunjukkan ekspresi sikapnya.
Ibu Ellyenza itu tertawa kecil menanggapi sikap laki-laki tersebut pada ke dua anak-anaknya.
"Sekarang kamu mengerti? Alasan mengapa saya menentang keras hubungan kalian berdua?" Ucap sang ibu tersebut dengan tenang.
Kevin menoleh, ia menatap penuh benci ke arah wanita paruh baya itu. Tatapan matanya yang tajam, cukup untuk menjelaskan bagaimana perasaannya terhadap wanita paruh baya tersebut.
"Sangat jelas! Bagaimana anda membohongi kami berdua dan menipu kami untuk membuat putri anda membenci saya, juga cara anda untuk membuat kami berpisah. Tidakkah anda ingin menjelaskannya pada putri yang selama ini anda lukai perasaannya?" Balas Kevin yang membuat wajah wanita paruh baya itu pucat pasi setelah mendengarnya.
Sedikit terpancing emosi, namun wanita paruh baya itu masih tetap tenang pada posisinya. Ia berkata, "Tentu saja, karena kamu tidak pantas untuk putri saya. Bahkan kini, dengan lancangnya kamu telah berani mengancam ketenangan keluarga saya. Bukankah.. bagus untuk memisahkan kalian berdua?" Jedanya sebelum melanjutkan, " ... Lagi pula, dengan itu bukankah bisa menunjukkan bagaimana bodoh dan kejamnya dirimu?"
Perkataan dari sang ibu tersebut seolah sedikit menyadarkan Ellyenza dengan apa yang ia alami sekarang.
Memang benar..
Dengan apa yang Ellyenza lihat sekarang dapat membuatnya menyadari satu hal. Yaitu jika memang Kevin benar-benar mencintainya, lelaki itu tidak akan pernah bisa melepaskannya dalam keadaan apapun. Bahkan sampai mengucapkan kata-kata terakhir sebelum akhirnya memilih pergi untuk meninggalkannya.
Terlalu hanyut dalam fikirannya, hingga membuat Ellyenza tak sadar sampai pistol tersebut kini telah berpindah tangan dari genggamannya.
"Kevin..!" Geram Ellyenza dengan mata yang berkilat marah.
"Tell me, why did you refuse?" Balas Kevin tidak menghiraukan tatapan tajam itu, "Sebelumnya kita udah selesain semua permasalahan, dan sepakat. Sepakat untuk-"
"Hanya menyelesaikan! Bukan meminta lo buat berlaku kaya gini! if you forget, Kevin." Potong Ellyenza cepat.
"Ck, tapi gak ada yang selesai cuma dengan pembicaraan kayak gitu!" Decaknya kesal.
"I don't care, bagi gue semuanya udah selesai. Dan dengar ini baik-baik.." Jedanya sebelum melanjutkan, "Orang yang gue cintai udah bukan lo lagi, Kevin." Jelasnya melanjutkan.
Bagai tertusuk ribuan pisau, hati Kevin sakit mendengarnya. Lelaki itu tidak terima dengan pengakuan yang baru saja dia dengar tersebut.
Dengan gigi yang digertakkan, lelaki itu bertanya, "Siapa cowok itu?" Desisnya tajam.
"Lo gak perlu tau siapa dia." Nyalang Ellyenza memandang ke arah Kevin, "Lo hanya perlu tau.. kalo lo harus lepasin keluarga gue sekarang juga!"
"Atas dasar apa? Ell.. aku salah, aku mengakuinya. Tapi Ell, aku begitu juga karena mama kamu. Dia udah bohongin kita, nipu kita, dan misahin kita berdua!" Serunya membentak.
"Terus kenapa, hah?! Semuanya udah terjadi dan udah gak ada alasan lagi bagi gue buat bersama lo! Sadar, Kevin." Tuturnya lirih diakhir kalimat.
"Sejak awal kamu milik aku, Ell. Gak akan ada yang bisa milikkin kamu, kecuali aku. Dan kalo pun ada.. itu hanya kematian."
Perkataan Kevin sukses membuat kedua bola mata Ellyenza membola lebar. Ia tak menyangka, bahwa laki-laki itu akan segila ini.
"Apa maksud lo?!"
Dor!
...To be continue...