Di jual oleh Bapak dan di beli Dosen tampan.
Kinayu, gadis berumur 22 tahun di jadikan sebagai alat penebus hutang. Menjadi istri dari Yudha Prasetya, yang ternyata adalah seorang dosen serta anak dari pemilik kampus tempatnya menimba ilmu.
Kenyataan pahit harus kembali ia terima saat dirinya mengetahui fakta jika ia bukan yang pertama. Bahkan harus tinggal satu atap dengan istri pertama.
Bagaimana kisah rumah tangga mereka?
Apakah Kinayu kuat saat ia tau tujuan Yudha menikahinya?
Ig: weni0192
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon weni3, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Silvi benar-benar tidak bisa menahan emosinya, bahkan bentakan dari Yudha tak ia hiraukan. Dengan keras ia mendorong tubuh Kinayu hingga terpental ke dinding dan menyebabkan kening Kinayu berdarah.
Melihat itu Yudha segera menghampiri Kinayu, meraih tubuhnya yang mulai melemas tak sadarkan diri. Pria itu menatap tajam Silvi dan menyayangkan dengan apa yang ia perbuat.
"Keterlaluan kamu Silvi! kamu sudah menganiaya dia, kamu harus mendapatkan hukuman!" Yudha segera beranjak dan melangkah mendekati Silvi setelah merebahkan tubuh Kinayu di sofa.
"Mau apa kamu mas? aku nggak salah! dia yang sudah merubahmu menjadi pria yang haus akan *3** mas! aku tidak terima itu, bahkan kamu tidak pernah membentakku.Tapi setelah dia datang kamu bahkan tidak segan-segan berucap kasar dan bersikap dingin sama aku mas!"
"Seharusnya kamu berpikir kenapa aku seperti ini, bukan menyalahkan orang lain!" Yudha meraih tangan Silvi dan menggeret nya.
"Sekarang kamu ikut aku!" ucapnya dengan sikap dingin membuat Silvi tak punya nyali.
"Kamu mau apa mas?" Silvi berusaha menarik tangannya tetapi sia-sia karena Yudha begitu kuat mencekal lengannya.
"Ikut aku!" sentak Yudha, dia tak mau main tangan terhadap Silvi karena ia paham akan sifat istri pertamanya. Yudha melempar Silvi ke ranjang dan segara berlari menutup pintu kamar lalu menguncinya. Dia tak perduli dengan teriakan Silvi yang meminta tolong dengan menggedor pintu kamar.
Yudha kembali ke kamar Kinayu, menggantikan bajunya dan segera membawa wanita itu ke rumah sakit. Kekhawatiran yang tak pernah ia tampakkan hari ini begitu ketara saat melihat wajah pucat Kinayu. Jantung Yudha berdebar kencang, dia sosok yang kalem dengan pembawaan tenang kini terlihat begitu cemas.
Sampai di rumah sakit Yudha segera mengangkat tubuh Kinayu dan membawanya ke ruang IGD.
"Dok, tolong cepat tangani dia!"
"Baik Pak, silahkan bapak tunggu di luar!" Yudha segera keluar dari ruangan tersebut, sempat menoleh menatap Kinayu dan kemudian segera keluar ruangan tersebut agar Kinayu segera mendapatkan penanganan.
Yudha mondar mandir di depan ruang IGD, hatinya tak tenang. Bahkan untuk sekedar duduk saja ia enggan. Hingga pintu kembali terbuka dan dokter keluar setelah hampir dua puluh menit melakukan pemeriksaan.
"Bagaimana keadaannya dok?"
"Benturan yang ada di kelapa cukup keras, beruntung cepat di bawa kesini jadi tidak terlambat dalam penanganannya. Ada luka lebam di kakinya yang di duga hantaman benda tumpul. Bapak suaminya?"
"Iya Dok," jawab Yudha tegas.
"Apa bapak melakukan kekerasan fisik pada istri bapak?"
Yudha tercengang mendengar pertanyaan dari dokter, dia memang kasar tapi tak sampai main tangan. Yudha berdehem dan dengan tegas menjawab tidak.
Setelah Kinayu di pindahkan ke ruang rawat inap, Yudha segara masuk ke kamar itu dan mendekati kinayu yang masih belum sadarkan diri.
Menatap wajah pucat berbalut perban di kening akibat ulah Silvi. Yudha geram saat bayangan Silvi yang berbuat kasar pada Kinayu terlintas di pikiran. Ingin rasanya ia memberi hukuman lebih pada Silvi, tetapi ia masih memikirkan keselamatan Kinayu setelah ini.
Hingga tengah malam, Kinayu baru sadarkan diri.
Yudha melihat pergerakan Kinayu dan mendengar lenguhannya dari sofa di mana ia duduk memangku laptop kemudian segera beranjak mendekat. Pria itu duduk di kursi sebelah ranjang, memandang istri keduanya hingga Kinayu benar-benar sadar akan keberadaannya.
"Pak..." panggilnya saat ia sudah betul-betul sadar dan tau dimana berada.
"Mau minum?" tanyanya datar. Kinayu menganggukkan kepala dan dengan cekatan Yudha meraih gelas yang telah terisi air lalu membantunya untuk minum.
Setelah meletakkan kembali gelas di atas nakas, Yudha kembali menatap Kinayu yang sedikit tak tenang. Kinayu sengaja menghindari tatapan Yudha dengan menolehkan kepalanya ke lain arah.
"Kenapa?"
Mendengar pertanyaan Yudha dengan perlahan Kinayu menoleh menatapnya tapi kemudian kembali menundukkan kepala tak ingin beradu pandang.
"Katakan jika ingin sesuatu!" masih dengan nada datar Yudha tak mengalihkan pandangannya. Tapi Kinayu tetap tak bersuara, menggelengkan kepala dan kembali membuang muka.
Hingga suara dari perut Kinayu membuat tangannya bergerak cepat menutupi perutnya dengan wajah merona. "Kenapa harus bunyi saat di perhatikan, aku kan jadi malu!" Kinayu memejamkan mata, apa lagi ia sadar ekspresi Yudha berubah.
Pria itu tersenyum tipis kemudian mengambil makanan yang sudah di sediakan dari pihak rumah sakit.
"Duduklah aku bantu!"
Kinayu kembali membuka mata, ingin menolak tetapi sepertinya akan percuma. Dia menuruti Yudha dan membiarkannya Yudha membantu untuk duduk.
Dalam diam Yudha menyuapi Kinayu, awalnya wanita itu menolak tapi apa daya jika tindakannya hanya membuang-buang tenaga.
Yudha menyuapi Kinayu hingga habis, kemudian memintanya untuk meminum obat. Setelah itu membantu Kinayu untuk merebahkan kembali tubuhnya dan menyuruhnya untuk segera beristirahat.
"Tidur lah!" titah Yudha dan segera di laksanakan oleh Kinayu. Wanita itu segera memejamkan mata. Sebenarnya rasa kantuk belum tiba tetapi Kinayu tak ingin kembali mendapatkan tatapan beda dari yudha.
Kinayu teringat akan Silvi, ia kembali membuka mata membuat Yudha yang ingin beranjak menuju sofa terduduk kembali menatap Kinayu dengan tatapan selidik. Apa lagi Kinayu segera menoleh kepadanya membuat Yudha semakin bertanya-tanya.
"Ada apa?"
"Bapak pulang saja, saya tidak mau mbak Silvi marah lagi Pak." Ya Kinayu tak ingin menambah masalah. Sudah cukup hari ini Silvi melakukan tindakan yang membuatnya masuk rumah sakit. Jangan sampai kemudian hari akan melakukan hal fatal yang mengancam keselamatannya.
"Kamu memerintahku?"
Dengan cepat Kinayu menggelengkan kepala, kemudian Yudha beranjak dan melangkah menuju sofa.
terima kasih
saat membacanya aqu 😭😭😭
karna samaa