"Kita sudah ditakdirkan untuk bertemu. Kamu adalah milikku. Kita akan bersatu selamanya. Maukah kamu menjadi ratu dan permaisuri ku, Lia?" ucap Mahesa.
Dia di lamar oleh Mahesa. Pemuda tampan itu dari bangsa jin. Seorang pangeran dari negeri tak terlihat.
Bagimana ini...?
Apa yang harus Lia lakukan...?
Apakah dia mesti menerima lamaran Mahesa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Minaaida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.33 Kembali ke Hutan Larangan
Lia semakin ketakutan. Lama kelamaan, ... Lia mulai hilang kesadaran. Pandangan nya mulai gelap. Setelah itu dia tak ingat apa-apa lagi. Lia pingsan
Entah sudah berapa lama Lia tak sadarkan diri, sampai kemudian dia terbangun karena indra penciuman nya mencium aroma minyak kayu putih yang di oleskan seseorang di hidung nya.
Lia mulai sadar,...
Perlahan Lia membuka matanya dan cahaya putih dari lampu neon di ruangan itu menyorot netranya.
Lia samar - samar mendengar suara orang berbicara sebelum akhirnya dia dapat mendengar dan melihat dengan jelas siapa orang yang sedang berbicara tersebut.
Ternyata mereka adalah dokter jaga dan beberapa perawat yang nampak masih berada di ruangan Rendi.
"Essshhhh,....saya kenapa?", gumam Lia sembari berusaha bangun dan duduk dari tidur.
Beberapa perawat membantu Lia untuk duduk. Lia merasa kepalanya sangat pusing.
"Saya kenapa, sus?", tanya Lia.
"Mbak nya tadi pingsan", ujar salah seorang perawat.
"Pingsan?", Lia bergumam sendiri, bingung.
Iteung masuk dengan tergesa-gesa. Saat melihat Lia duduk di atas tempat tidur, hati Iteung merasa lega.
"Alhamdulillah,... akhirnya kamu sadar juga Lia. Aku tadi sempat khawatir", ujar Iteung.
"Kamu kenapa Lia? Apa kamu kecapean?" tanya Iteung lagi.
Dokter dan perawat mohon diri untuk kembali ke tempat jaga. "Iya, dokter, suster, terima kasih, ya", ucap Iteung.
Para perawat dan dokter menganggukkan kepalanya. Mereka pamit meninggalkan ruangan itu.
Sekarang hanya tinggal Lia dan Iteung saja yang ada di ruangan ini. Iteung menoleh ke Lia. "Sebenarnya kamu ada apa, Lia?. Kamu kecapean ya?", tanya Iteung pada Lia. Saat ini keduanya sedang duduk di ranjang pasien di tak jauh dari ranjang Enah.
"Teung, sebenarnya aku pingsan tadi bukan karena kecapekan. Tadi aku melihat hantu yang menggangu mbak Nah ketika dia kejang - kejang", ujar Lia.
Iteung mendelik mendengar ucapan Lia.
"Hah,.. serius kamu Lia? Masa sih", ucap Iteung tak percaya.
"Aku serius, Teung. Benar, tadi aku melihat ada hantu di atas tubuh mbak Nah ", ucap Lia bersungguh-sungguh.
"Iya, ... aku percaya, Lia. Tapi yang aku tak habis pikir, kok bisa ya? Mbak Nah dan Mas Rendi mengalami hal yang sama secara bersamaan?", ujar Iteung.
Sekarang gantian Lia yang merasa terkejut.
"Apa, Teung..Mas Rendi juga mengalami kejang - kejang tadi?",
Iteung menganggukkan kepalanya. "Iya, sama. Mas Rendi juga kejang - kejang tadi", jawab Iteung.
Lia shock.
"Kata dokter sih, itu adalah akibat benturan di kepala nya maka dia kejang - kejang. Apa mungkin Mas Rendi juga mengalami hal yang sama seperti mbak Nah?" tanya Iteung lagi.
"Entahlah, Teung. Bisa jadi demikian. Aku juga bingung. Kamu kan dengar sendiri, kondisi pasien tidur terus karena benturan di kepalanya. Belum lagi pengaruh obat bius yang terus di suntikan. Yang ada mereka pingsan terus, Lia. Lantas sekarang keduanya kejang - kejang. Kan nggak masuk akal. Pasti ada yang tidak beres ", ujar Lia.
"Iya juga ya?....", ucap Iteung sambil menepuk jidatnya. Dia pun jadi memikirkan apa yang baru saja diucapkan Lia.
"Dah lah,....dah larut. Aku balik ke kamar mas Rendi dulu", ucap Iteung.
"Teung,... aku mau ikut kamu ya? Aku takut kalo sendirian di sini ", ucap Lia pada Iteung.
"Terus Mbak Nah gimana?",
"Udah lah, biarin aja Mbak Nah di sini. Lagi pula, dia kan nggak percaya hantu! Udah deh, pokoknya aku mau bareng kamu aja. Aku takut sendirian di sini", mohon Lia.
"Ya udah, ayo!", ajak Iteung. Keduanya keluar dari ruangan Enah menuju ke ruangan Rendi.
***
Di ruangan Enah....
Enah kini seorang diri di ruangan itu. Dalam keadaan tak berdaya, Enah hanya bisa menitikkan air mata karena takut yang tak terhingga.
Bayangkan saja, kini di hadapannya dia melihat banyak sekali makhluk - mahkluk tak kasat mata yang kini mendekati dirinya. Makhluk - makhluk itu menampakkan diri dengan wujud yang begitu mengerikan.
Tubuh Enah tak bisa bergerak. Hanya matanya saja yang terbuka lebar dan melirik ke kanan dan ke kiri.
Enah kini baru merasa menyesal. Mengapa dulu dia tidak pernah mempercayai ucapan Lia. Dia juga menyesal kenapa tak mempercayai adanya makhluk halus. Dia menganggap semua itu hanya omong kosong belaka. Dia bahkan menuduh Lia sudah menyebar fitnah.
Kini dia sudah membuktikan sendiri apa yang diucapkan Lia itu benar adanya. Tapi sepertinya semua itu sudah terlambat. Kini dirinya seorang diri, menyaksikan makhluk - makhluk itu sedang menggerayangi tubuhnya.
Sekuat apapun Enah memanjatkan doa, makhluk - makhluk itu tak juga mau pergi dari tempat itu. Makhluk - makhluk mengerikan itu baru akan pergi jika ada orang yang datang .
Namun sayang nya, tak ada seorangpun yang datang ke ruangan nya.
Lia yang tadi melihat penampakan jin yang mengerikan sekarang merasa takut untuk kembali ke ruangan Enah.
Lia bahkan jadi teringat akan perlakuan Enah yang tidak percaya padanya dan mengatakan bahwa dia telah memfitnah Pak Karso.
Oleh karena itu, Lia membiarkan Enah seorang diri agar faham dan membuktikan sendiri soal makhluk gaib yang Lia katakan.
Lia memilih tidur di ruangan Rendi bersama Iteung. Akan tetapi , sama hal nya di ruangan Enah, di sini pun Lia juga melihat sosok makhluk hitam berkepala botak yang di lihatnya tadi di kamar Enah. Makhluk itu sedang berdiri di pojok ruangan, menatap tajam ke arah Lia dan Iteung.
Lia berpura - pura tak melihat dan memilih tidur membelakangi makhluk itu agar tak melihat.
"Kamu kenapa sih, Lia..?", tanya Iteung yang merasa heran ketika Lia memeluk nya dengan erat.
"Aku takut, Teung", jawab Lia.
"Takut apa sih?", tanya Iteung penasaran.
"Besok aja deh, aku ceritain. Sekarang tolongin aku. Aku mau tidur". Lia menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya. Dia tak ingin menoleh ke belakang karena tahu jika makhluk itu sedang mengawasi mereka berdua.
"Haaaiis,.....iya sudah deh", ucap Iteung.
Dia tak lagi bertanya dan mengikuti apa yang dilakukan Lia. Keduanya mencoba untuk terlelap di balik selimut yang menutupi tubuh keduanya.
Hanya perlu waktu beberapa menit saja, Iteung sudah terlelap pulas di balik selimut itu.
Akan tetapi tidak hal nya dengan Lia. Gadis itu tak bisa pulas tertidur meskipun dia sudah memejamkan mata nya.
Sementara itu di suatu tempat, di dalam hutan belantara yang beberapa waktu lalu Pak Karso datangi. Lelaki paruh baya itu sedang berlari menyusuri jalan setapak yang pernah dia lewati. Dia harus secepatnya sampai di pondok.
Pak Karso sungguh sangat mengkhawatirkan nasib anak nya yang tanpa sepengetahuan nya tadi sempat mengalami kejang - kejang yang sangat mengerikan.
Sebenarnya Iteung sudah berkali - kali menghubungi Pak Karso. Tetapi nomor nya tak tersambung. Karena saat itu Pak Karso sedang berada di dalam hutan belantara yang menjadi tempat tinggal jin kafir yang selama ini jadi telah menjadi sesembahan lelaki itu.
Pak Karso sudah melakoni pesugihan yang membuat dirinya kaya raya. Akan tetapi pesugihan itu meminta nyawa sebagai wadalnya.
Untuk tumbal pertama, pak Karso sudah mengorbankan nyawa istrinya demi untuk memenuhi ambisinya itu.
Meskipun dia sempat menyesali nya. Tapi silau nya harta dan kekayaan membuat pak Karso dalam sekejap sudah melupakan kesedihannya.
Penyesalan itu lambat laun hilang dan berganti dengan ambisi pak Karso yang menginginkan lebih dan lebih lagi.
Akhirnya Pak Karso sampai juga di depan gubuk sang juru kunci.
"Ada apa, Karso? Apa yang membawa kamu kembali ke tempat ini?", tanya sang Juru kunci.
"Mbak, tolong saya Mbah..! Tolong anak saya, Mbah..!", ucap pak Karso dengan napas yang terengah-engah. Rasa ketakutan akan makhluk gaib yang menguasai hutan itu terkalahkan oleh rasa takutnya akan kehilangan anaknya yang kini sedang terbaring tak berdaya di rumah sakit.
"Masuklah,...kita ngobrol di dalam", ucap Sang juru kunci.
Dengan perasaan takut, dan juga cemas, Pak Karso mengikuti sang juru kunci masuk ke dalam gubuk tua itu.
Nah,....apa yang terjadi selanjutnya?
Jangan lupa, berikan like dan subscribe untuk cerita ini, ya...
Minaaida_92
oiya kapan2 mampir di ceritaku ya..."Psikiater,psikopat dan Pengkhianatan" makasih...