Bukan area bocil, harap minggir💃🏻
Divya hanya seorang wanita rumah tangga biasa, berbakti pada suami yang memintanya menjadi ibu rumah tangga yang baik dengan hanya mengurusi perihal pekerjaan di rumah dan mengurusinya sebagai suami. Meskipun Divya lulusan S-1, namun wanita itu menurut pada lelaki yang sudah sah menjadi suaminya itu dengan tidak menjadi wanita karir.
Namun, seketika rumah tangga mereka yang baru saja menginjak usia 2 tahun hancur karena orang ketiga. Bahkan orang ketiga itu sudah mempunyai seorang suami.
"Kau tega mengkhianati ku dengan wanita murah4n ini, Bang!" Divya menjambak selingkuhan suaminya itu dengan emosi.
Dughh!!!
Tubuh Divya tersentak, bagian belakang kepalanya dipukul dengan benda keras. Tak lama tubuh Divya terjatuh ke lantai, meregang nyawa dengan dendam yang ia bawa mati.
Namun, tiba-tiba Divya terbangun kembali. Dalam tubuh seorang gadis SMA berusia 18 tahun lalu dengan memakai tubuh gadis yang bernama Ellia itu, Divya membalas dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Boro-Boro Bangga Di Rebutin Dua Lelaki.
Dua jam lalu Emilio menelepon Tuan Rendra untuk menanyakan keberadaan nya. Tuan Rendra mengatakan sedang ada di rumah karena tidak enak badan, padahal Perusahaan pun sedang genting-genting nya.
Tak menunggu lama Emilio pergi ke rumah Tuan Rendra, bahkan mereka terus berbincang satu jam lamanya. Emilio ingin sekali menanyakan tentang Finn, namun dia masih harus menunggu informasi dari Vanny.
"Baiklah, Tuan Rendra. Sesuai perkataan saya tadi, jika Anda menginginkan investor... saya akan menjadi investor Anda. Hubungi saya, tapi tentunya dengan syarat yang saya ajukan tadi. Jika saya berinvestasi pada Perusahaan Anda, Maxime harus putus dengan Ellia."
Tuan Rendra menghela nafas, dia hapal betul begitu sayangnya Maxime pada pacarnya jadi bagaimana dia tega memisahkan keduanya.
"Berikan saya waktu untuk memikirkan nya, Tuan Emilio." Ada keengganan dari Tuan Rendra karena dia merasa kasihan pada putranya, Maxime.
"Saya hanya memberi Anda waktu seminggu untuk memberitahu saya keputusan Anda. Saya tau Perusahaan Anda pun tidak bisa menunggu lebih lama lagi karena butuh suntikan dana secepatnya. Kalau begitu saya permisi, semoga ada kabar baik dari Anda." Emilio bangun dari duduknya.
"Tuan Emilio, boleh saya tau alasan anak-anak itu harus putus? Bukankah hubungan mereka baik-baik saja?" tanya Tuan Rendra.
Emilio yang sudah berdiri kembali duduk.
"Seharusnya sejak kecelakaan itu saya bicara tapi baru sempat membicarakan ini dengan Anda. Begini Tuan Rendra, kedua orang tua Ellia menitipkan Ellia pada saya sebelum meninggal. Akibat kelalaian putra Anda, Ellia mengalami kecelakaan bahkan sampai sekarang ingatan nya belum pulih kembali."
"Saya tau Anda dan istri Anda sudah meminta maaf pada Fayyana selaku Tantenya, tapi bagi saya maaf saja tidak cukup. Saya tidak ingin Ellia berada dalam bahaya lagi. Maxime sangat menyukai balapan liar, bukan? Saya tidak ingin mengambil resiko lagi, Ellia harus bersama seseorang yang mampu melindunginya." Lanjut Emilio.
Tuan Rendra juga paham tentang kekhawatiran Emilio, karena dia juga mempunyai seorang putri yang kini tinggal di asrama wanita.
"Tapi Max sudah berjanji pada saya tidak akan pernah balapan liar lagi, dia sangat menyesal sudah membuat Ellia celaka. Bisakah Anda memikirkan lagi demi mereka berdua, saya lihat mereka saling menyukai."
Emilio menggeleng, "Maaf, tapi itu sudah keputusan saya. Ah, saya minta Anda bicara pada Max untuk putus dengan Ellia setelah selesai ujian agar mereka bisa fokus ujian. Kalau begitu saya permisi."
Emilio pun berjalan keluar dari ruang kerja Tuan Rendra, namun ketika melihat Divya yang baru masuk ke dalam rumah apalagi tangan wanita itu digenggam oleh Maxime. Tentu saja emosinya seketika terpancing.
"Sedang apa kamu disini, El?"
"Om juga sedang apa disini?"
"Om tanya kamu, jangan balik nanya. Jawab aja, kenapa kamu keluyuran setelah selesai ujian? Kenapa nggak bilang dulu sama Om, kalau mau kesini?"
"El udah kirim chat ke WA Om tadi, tapi ceklis satu. El bukan keluyuran, tapi kata Max kami bisa belajar bareng disini. Mama nya Max juga katanya ingin ketemu aku, gitu Om."
Tatapan tajam dilayangkan Emilio pada Maxime, "Harusnya kamu minta ijin dulu sama Om, Max. Jangan karena kamu merasa jadi pacarnya, dengan seenaknya membawa Ellia kemana pun!"
"Maaf Om, tadi Ellia bilang udah minta ijin sama Om tapi ya itu masih ceklis chat nya."
"Hm, ayo pulang El. Belajar di rumah aja, hari ini Om akan pulang cepat jadi kalau emang ada yang kamu nggak ngerti bisa tanya sama Om. Ayo!" Emilio menarik tangan Divya dengan lembut, sekarang lelaki itu tak berani bersikap kasar pada Divya lagi. Kapok si Om!
Namun Maxime dengan berani mencekal pergelangan Divya yang satunya, membuat Emilio yang baru melangkah pun berhenti.
Jika dilihat dari mata orang lain, adegan saat ini seperti dua lelaki yang saling menarik tangan wanitanya terlihat sedang memperebutkan Divya.
Emilio mencoba menarik tangan Divya sedikit keras, namun Maxime tidak mau mengalah dan tetap menahan tangan Divya. Akhirnya tubuh Divya bagai terombang-ambing, bergoyang kesana kemari.
"Lepas tangan Ellia, Max!" Emilio menggeram.
"Mending Om yang lepas, nanti aku bawa pulang Ellia tepat waktu. Nggak bakal pulang sore kok," kekeuh Maxime tetap tidak mau mengalah.
Keduanya masih belum ada yang menyerah, saling menatap tajam.
'Astaga! Mereka berdua seperti anak kecil!' rutuk Divya, boro-boro bangga di rebutin dua lelaki yang ada sakit tangan nya karena ditarik sana sini.
"STOP...!!!" akhirnya singa betina mengaum, habis sudah kesabaran Divya.
"Kalian berdua... " Divya menatap bergantian ke arah Emilio dan Maxime. "Dalam hitungan ketiga, kalian bareng-bareng lepas tangan ku. Kalo kalian masih ngeyel, aku bersumpah akan pergi menghilang lagi dari hidup kalian!" ancam Divya.
"Satu... dua... tiga..."
Sett!! Keduanya sama-sama melepaskan tangan Divya.
Divya terlihat menutup mata menghirup nafas dari hidung lalu menghembuskan nya lewat mulut, dia berulang kali melakukan itu untuk meredakan emosinya yang sempat naik.
'Kalo bisa dua-duanya udah aku ambil keduanya, tapi aku kan harus memilih salah satu!' pikir Divya merasa pusing sejak tadi.