NovelToon NovelToon
Jadilah Tempatku Untuk Pulang

Jadilah Tempatku Untuk Pulang

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / CEO / Beda Usia / Angst / Gadis Amnesia
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Wawawiee

Salahkah jika aku penasaran dengan yang namanya cinta dan kasih sayang? Salahkah jika aku sangat haus akan dua rasa itu? Sebenarnya, apa itu kasih sayang? Apa itu cinta?
Disinilah aku, tinggal sebagai seorang keponakan, sepupu, serta orang asing dalam keluarga paman yang sangat membenci kehadiranku. Berbagai cacian, siksaan, serta hinaan, semuanya aku terima. Sampai dimana... dia datang. Tiba-tiba saja, tangannya terulur, membawaku entah kemana dengan kata-katanya yang begitu hangat namun menakutkan.

"Jika kamu sangat ingin merasakan cinta dan kasih sayang, mari kita buat bersama. Mulai sekarang, sampai selamanya... akulah tempatmu untuk pulang."- Adam.

"Jika Anda benar-benar rumah saya, izinkan saya untuk selalu pulang dalam dekapan Anda. Saya mohon, jadilah rumah untuk tempat saya pulang, Tuan Adam."- Ayna.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wawawiee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8 Tak Jadi Berkunjung

***

Sesuai yang dijanjikan Chairul, pasangan suami istri tua itu akan pergi mengunjungi cucu satu-satunya, Adam. Di dapur, Tiana disibukkan dengan membuat ini itu untuk disantap oleh Adam nantinya. Namun...

SWOOSSHH

"G-Gosong lagi..."

Ya, ini ketiga kalinya Tiana gagal menggoreng ayam. Padahal ia sudah mengatur api kompornya agar ayam bisa matang merata. Tapi kenapa bisa?

"I-Ini sudah ketiga kalinya... Kok bisa? Padahal Ayna sudah bilang ke aku kalau apinya diperhatikan... Ini pula kenapa?" lirih Tiana.

"Sudahlah. Lebih baik kita beli saja, atau minta Bi Ina masakkan. Lagian kamu sih, sudah tahu ngga bisa masak jangan dipaksakan." tegur suaminya, Chairul.

"Ah, Abang mah gitu. Begini-begini kan saya juga masak nasi liwet tumpeng sewaktu ulang tahun Ayna. Lagipula, Ayna juga suka banget itu."

Celetukan Tiana membuat alis sebelah Chairul terangkat. Hal itu membuat Tiana menghela nafas sampai cemberut kembali.

"Iyaaa... Aku pesan diam-diam dari restoran keluarga biasanya. Lagian sih, kenapa goreng ayam sampai gosong begini? Terus sayur asemnya pula kok asem banget? Masa asam jawanya kebanyakan? Ini aku pakai dari catatan Ayna loh, Bang!" Tiana menunjukkan beberapa catatan resep masakan yang kebetulan Ayna menuliskannya sendiri.

"Aih. Masa kamu sudah membuat sayur asem dengan ayam goreng sesuai dengan resepnya Ayna ngga berhasil? Padahal kan nantinya juga hampir sama sih hasilnya." ucap Chairul yang juga bingung.

Mendengar celetukan suaminya, Tiana langsung menepuk tangannya.

"Ah! Apa mungkin... Karena porsinya yang kebanyakan ya jadinya rasa sayurnya amburadul begini?"

"Ya Allah, ngga begitu juga hei istri! Kamunya yang mungkin kebanyakan taroh asam jawanya! Ayna kalau tahu kamu masaknya amburadul, yang ada dia mengomel sana sini!"

Sungguh, Chairul hampir habis kesabarannya hanya karena masalah sayur asem buatan Tiana yang terlalu asam. Yaaahh, begitulah mereka berdua. Berdebat hanya karena masalah sepele, tapi tidak sampai besar benar.

"Oh, pantesan. Saya masukkan asem jawanya satu bungkus kecil ini sih, hehehe."

"Haduuhhh..."

***

NGGIIIINNGGG

"Hiii, kenapa ini kupingku berdenging sih?"

Hari ini, Adam memutuskan untuk tidak ke kantor alias meliburkan diri alias mencutikan diri. Lah, ya dia CEO nya apalagi cucu pemilik perusahaan jadinya ia bisa bekerja kapanpun yang ia mau. Heh.

Sekarang, ia berada di ruang kerjanya. Yaaahh hanya mencicil beberapa dokumen yang akan ia bawa saat masuk kerja nanti. Sekarang, ia akan fokus dengan kondisi Ayna yang sudah semakin membaik.

"Hm? Aroma apa ini?"

Tiba-tiba saja, Adam menghirup aroma sedap yang begitu nikmat. Karena aroma itu, perutnya menjadi keroncongan.

"Masa hantu yang masak? Ah, ngga lah ngga mungkin."

"Sebentar... Jangan bilang..."

Adam langsung bangkit dari kursi kerjanya dan ia langsung melesat ke dapur. Disana, ia mendapati seorang wanita muda yang sibuk bergelut di depan kompor.

"Hm, pas!"

Wanita itu ternyata Ayna. Setelah ia merasakan rasa sayur dalam panci itu, ia meletakkannya pada mangkok besar dan berbalik menuju ke meja makan dengan langkah yang terseok-seok.

"Yak. Selesai-... Ah, Tuan Adam."

Ayna sedikit terkejut dengan kedatangan Adam yang tiba-tiba. Apalagi pria itu bersender di dinding sembari melipat kedua tangannya di dada.

"Ngapain kamu susah payah memasak, gadis kecil? Kamu masih belum pulih benar begini."

Ayna menggaruk kepalanya yang tidak gatal sembari terkekeh. Ia menjawabnya dengan santai.

"Maaf Tuan. Saya kalau tidak bergerak, saya merasa seluruh tubuh akan pegal-pegal. Insya Allah, ngga terlalu terpengaruh di kaki kok. Lagipula, ini sudah tugas saya menjadi pelayan di rumah ini. Saya akan memasak, membersihkan rumah, mencuci baju, semuanya."

Rasa sakit menyerang dada Adam. Segampang itukah Ayna berucap demikian? Padahal dia sudah cacat seperti ini tapi kenapa masih menganggap dirinya adalah pembantu di rumahnya? Apa salahnya jika... Ah sudahlah. Yang ada keadaan semakin runyam.

"Hm, iya. Jika itu maumu, lakukan sampai kamu lelah. Setelahnya, jangan memaksakan diri kalau sudah lelah. Istirahat yang banyak." ucap Adam yang mulai menyerah.

"Iya, Tuan Adam. Oh iya, ini makan siangnya sudah siap. Saya ambil dari persediaan di kulkas, maaf saya tidak izin dulu." Ayna mempersilahkan Adam untuk duduk dan menikmati makan siangnya.

Sayur asam, ayam goreng, serta sambal tomat. Ini adalah menu makanan kesukaan Adam. Adam yang melihat menu makanan hari ini terbelalak.

'Tunggu, jangan bilang... Gadis kecilku sudah ingat? Sudah kembali memorinya?'

"Kamu... Tahu makanan kesukaanku?" ucap Adam penuh harapan jika memori Ayna kembali.

"Hm? Ini... Makanan kesukaan Tuan? Siap-siap! Saya catat ya!"

"Eh?"

Hancur sudah harapan. Ia mengira Ayna mengingatnya ternyata tidak.

'Ya sudahlah. Apa boleh buat, makan saja sudah.'

"Ayna." panggil Adam.

"Ya?"

"Duduklah."

"Ya?"

Adam tak langsung menjawab. Ia mengambil piring dan menyendokkan nasi ke piring itu dan memberikannya kepada Ayna.

"Kamu sudah bekerja keras hari ini. Ikutlah makan bersamaku. Lagian ini lauknya banyak juga, aku mana mungkin makan sebanyak ini."

"Tuan..."

Ayna tersenyum haru. Bagaimana bisa orang berpengaruh sepertinya bisa sebaik dan selembut ini hanya kepada dirinya yang seorang wanita hina dan cacat? Kenapa?

"Terima kasih, Tuan Adam..."

"Hm. Makanlah yang banyak."

***

Setelah makan siang dan membereskan peralatannya, Ayna langsung tertidur begitu saja tepat di atas karpet ruang keluarga. Melihatnya membuat Adam heran sekaligus gemas.

"Hm. Masih sama seperti dulu. Seperti anak kucing saja, hehehe."

Karena tak tega jika wanita muda itu tidur di atas karpet, Adam menggendongnya ala bridal style menuju ke kamar Ayna. Sebagai informasi, sedari Ayna diboyong ke rumahnya pertama kali, Ayna sudah ditempatkan di kamar kosong tepat di depan kamar Adam. Dan kebetulan juga kamar itu luas walaupun tak seluas kamar Adam.

"Hup yaahhh. Astaghfirullah... Ini badan atau kapas? Kenapa tubuhnya ringan begini? Kapas saja kalah ringannya. Sepertinya kamu harus banyak makan ya gadis kecil. Kulihat, tanganmu saja seperti tulang berbalut kulit."

Adam menggenggam tangan kurus Ayna, ia menatap sendu tangan mungil itu dan mengelusnya perlahan.

"Haruskah aku memberitahu kakek dan nenek kalau Ayna..."

Adam tak meneruskan ucapannya, bayangan serta ucapan Chairul yang lalu teringat di benaknya. Apabila Ayna ditemukan, maka Chairul serta Tiana akan merawatnya. Yang berarti, mereka berdua akan memboyongnya ke mansion besar itu.

"Ngga, ngga, ngga, ngga! Jangan sampai... Jangan sampai kakek dan nenek tahu! Kalau mereka tahu, Ayna ngga akan ada di sisiku lagi. Ngga, jangan sampai..."

Tiba-tiba, firasat mengatakan kalau ia harus ke depan rumah. Segera, ia menutup pintu kamar Ayna rapat-rapat dan segera menuju ke pintu depan. Suara deruan mobil yang familiar terdengar di telinganya.

"Yang benar saja!"

Mobil hitam mewah berhenti tepat di depan pagar rumahnya. Itu adalah mobil Chairul dan Tiana. Adam panik seketika saat kakek dan neneknya keluar.

***

"Hm? Mobilnya ngga ada di rumahnya ya?"

Tiana memandang halaman rumah, dan benar saja tak ada mobil milik Agam disana.

"Di kantor aku ngga melihatnya dan Fadli bilang dia ngga masuk. Meleng kemana lagi dia?" di depan pagar, Chairul mengomeli Adam yang dikiranya pergi entah kemana.

"Hei, coba buka pagarnya." titah Chairul pada sopirnya.

"Dikunci, Tuan."

Helaan nafas terdengar di pasangan tua itu. Hancur sudah harapan mereka ingin berkunjung di rumah sang cucu.

"Kutendang lama-lama bokongnya itu nanti kalau ketemu. Apa yang dia pelajari selama di Inggris hah? Anak itu, lama-lama mirip dengan Azam." geram Chairul.

"Aisshh sudahlah. Besok saja kita ke kantor. Semoga saja besok dia ada di kantornya sekalian bahas ini itu. Lagian ya Abang, jangan salahkan sifat cucu kita yang menurun dari mendiang anak kita. Sifat kalian berdua itu, menurun dari pusatnya alias dari Abang sendiri." celetuk Tiana, ia juga memukul lengan Chairul.

"Aduh! Mana ada aku begitu." jawab Chairul tak terima.

"Kalau saya setuju yang dibilang Nyonya." sang sopir tiba-tiba ikut masuk pembicaraan.

"Heru. Jawab lagi, kupotong gajimu bulan ini." ancam Chairul.

"Hehehe, ampun Tuan."

Karena tak menghasilkan apapun, akhirnya Chairul serta Tiana memilih untuk pulang ke rumah. Mobil mewah itu akhirnya menjauh dari rumah Adam.

***

Di dalam rumah...

"Alhamdulillah, pulang juga akhirnya. Untung mobilnya aku taroh di belakang. Pagar sudah kukunci semuanya, digembok pula."

Nasib mujur menurut Adam, kakek dan neneknya tak jadi mampir dan mereka tak mengetahui Ayna ada bersamanya.

Dirasa sudah benar-benar aman, Adam kembali menaiki tangga menuju kamar Ayna. dilihatnya, ternyata Ayna masih dengan posisinya memeluk guling. Deru nafasnya yang tenang menunjukkan Ayna sudah berada dalam alam mimpi dengan nyenyak.

Langkah tegap Adam mendekati Ayna yang berada di atas ranjang empuk. Pria itu duduk di samping Ayna, tangannya terulur mengambil beberapa helai rambut panjang Ayna. diciumnya dengan lembut dan dihirupnya dalam-dalam.

"Ayna, gadis kecilku. Tahukah kamu? Aku sangat ngga suka saat kamu menyebut dirimu seakan-akan pelayan rendahan. Malah kamu merasa ini bukanlah beban berat, menganggapnya enteng, dan kamu melakukannya dengan ikhlas dan tulus. Jujur, aku ngga suka Ayna, ngga suka. Bagiku, kamu itu bagai permata yang bersinar. Tapi kenapa kamu sampai begini dan seperti menyiksa dirimu, Ayna? Sudah tahu keadaanmu begini..."

"Ah, benar. Aku pernah dengar saat kamu mengigau, menyebut kakek dan nenek. Kamu bilang merindukan mereka. Lalu Aku, aku ngga disebutkan olehmu kah kalau kamu merindukanku selama bertahun-tahun ini?"

Seringai menyeramkan tercipta di wajah tampan Adam. Ia berbisik tepat di telinga Ayna.

"Aku ngga akan mengizinkanmu untuk bertemu kakek dan nenek. Jika kamu bertemu mereka, maka kamu ngga akan ada lagi di sampingku. Kamu harus dan akan selalu di sampingku, gadis kecil. Mulai detik ini, aku akan mengurungmu dalam sangkar burung. Aku juga akan menciptakan dunia yang indah buatmu dalam sangkar burung tempatmu dikurung, supaya kamu tetap ada, aman, dan terjaga bersamaku."

~Bersambung~

1
Ataru Moroboshi
Saya suka sekali sama cerita ini, ayo cepat update lagi biar saya gak kesal.
Jena
Bikin terharu
valeria la gachatuber
Membuat terkesan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!