SEQUEL LENTERA DON GABRIEL EMERSON
Meskipun menikah atas dasar perjodohan, Zeda Humaira Emerson dan Arsyad Ibrahim menjalani pernikahan dengan cinta yang tulus.
Arsyad adalah seorang pria yang sholeh, pintar, dermawan, pendiri sekolah TK gratis, dan tentu Arsyad juga sangat tampan, tidak ada alasan bagi Aira untuk menolak perjodohan itu.
Cintanya pada Arsyad tumbuh semakin besar saat Arsyad tak mempermasalahkan Aira yang tak kunjung hamil setelah 5 tahun pernikahan mereka berjalan.
Namun, Aira tertampar sebuah kenyataan pahit saat ia menemukan fakta, bahwa sang suami telah menikah lagi dengan salah satu guru TK-nya, bahkan istri kedua suaminya itu kini tengah mengandung.
Sementara Arsyad, ia sangat mencintai Aira lebih dari apapun, Aira adalah wanita muslimah yang begitu taat pada agama, orang tua, dan suami. Namun, ia terpaksa menduakan Aira karena sebuah alasan yang tak bisa ia tolak.
Apakah karena Aira yang tak kunjung hamil?
Atau ada alasan yang lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SkySal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MC Zeda Humaira #15 - Di Antara Dua Hati
Keberadaan Via bukan hanya membawa kebahagiaan untuk Aira dan Arsyad, namun juga untuk Ummi Ridha. Apalagi Via anak yang cerdas dan menggemaskan.
Pagi ini, Ummi Ridha sedang menemani Via belajar menulis dan menggambar. "Wah, Via pintar sekali, Sayang." Ummi Ridha begitu kagum pada Via yang kini belajar menulis huruf arab.
"Iya, 'kan di ajari Ummi, jadi Via cepat belajar, biar Ummi senang," jawab Via sambil tersenyum sumringah.
"Sepertinya Via sangat sayang sama Ummi Aira, kenapa?" Ummi Ridha bertanya sambil menatap Via lekat-lekat.
"Karena Ummi Aira baik, Nek. Ummi Aira sayang semua orang jadi semua orang pasti sayang Ummi Aira, Ummi seperti ibu bidadari, yang cantik dan baik," jawab Via dengan antusias yang membuat Ummi Ridha terdiam.
Aira cantik dan baik, bak bidadari. Ummi Ridha tidak menafikan itu, karena itu memang faktanya, namun satu kekurangan yang di miliki Aira, seolah menjadi penutup semua kelebihan yang ia miliki di mata Ummi Ridha.
"Oh, ya, Nek. Apa benar yang waktu itu Nenek katakan pada bunda Kinan, kalau Ummi Aira tidak bisa punya anak?" tanya Via dengan polosnya, matanya yang bulatnya itu menatap Ummi Ridha dengan penasaran, saat Ummi Ridha mengunjungi panti asuhan tempo hari, ia memang membicarakan tentang Aira yang tak bisa punya anak pada ibu Kinan dan saat itu Via tanpa sengaja mendengarnya.
Ummi Ridha hanya mengangguk pelan. "Tapi kenapa?" Tanya Via lagi. "Apa karena anaknya Ummi Aira pergi seperti ibunya Via yang pergi? Jadi Via juga tak bisa punya ibu."
"Sebenarnya...."
"Ummi...." Arsyad memotong pembicaraan ibunya itu, Arsyad menatap Ummi-nya penuh kecewa, ia sungguh tak menyangka ibunya akan membicarakan Aira pada anak kecil.
Arsyad mendekati Via dan berkata. "Sayang, minta ganti baju sama Ummi, ya. Kita pergi ke sekolah setelah ini." Via mengangguk dan langsung berlari menuju kamar Aira. "Tidak boleh lari di tangga, Sayang. Nanti jatuh!" seru Arsyad.
Kini Arsyad menatap ibunya itu. "Ummi, bisa nggak Ummi nggak usah membicarakan tentang hal seperti itu pada Via? Dia masih kecil, Ummi." Arsyad mendesis tertahan sambil melirik ke tangga, takut Aira datang dan mendengar ucapannya.
"Dia nanya sendiri," jawab Ummi Ridha yang membuat Arsyad semakin tak habis fikir dengan jalan fikiran Umminya.
"Dia masih anak kecil, selalu punya pertanyaan, tapi bukan berarti kita akan menjawab dengan gamblang, Ummi." Arsyad berkata penuh penekanan kemudian ia segera meninggalkan ibunya sebelum perdebatan semakin menjadi.
Arsyad naik ke kamarnya dan ia melihat Aira yang sedang bersiap-siap di depan meja rias. Sementara Via justru duduk bersila di tenagah ranjang sambil menatap Aira.
"Abi bilang ganti baju, kok malah duduk santai disana?" Tanya Arsyad.
"Ummi duluan ganti baju, Abi. Nanti baru Via, soalnya, baju Ummi besar, kayaknya susah di pakai," kata Via dengan polosnya yang membuat Aira dan Arsyad tertawa.
"Ini namanya baju syar'i, Sayang. Nggak susah kok pakainya, gampang," kata Arsyad kemudian ia mengambilkan cadar Aira dan memakainkannya.
"Kenapa Ummi selalu pakai itu setiap hari?" Tanya Via penasaran.
"Karena Ummi milik Abi, jadi tidak boleh ada yang melihat wajah Ummi kecuali Abi," jawab Arsyad.
"Kenapa tidak boleh?" Tanya Via lagi.
"Menurut Via, Ummi cantik, nggak?" Via mengangguk. "Nah, kalau wajah Ummi nggak di tutup, nanti ada pria lain yang melihatnya dan menyukainya. Selain itu, Ummi juga pemalu, karena itulah selalu berpakaian tertutup." Arsyad menjelaskan dengan sabar dan hati-hati, sementara Via mendengarkan dengan seksama.
Aira hanya menahan senyum melihat kesabaran Arsyad meladeni Via dan menurut Aira, Arsyad sudah memberikan jawaban yang tepat.
"Ayo, Sayang. Saatnya Via ganti baju..." Aira menurunkan Via dari ranjangnya.
"Aku tunggu di mobil, Sayang," kata Arsyad kemudian dan Aira mengangguk.
***
"Ma, aku pergi dulu, ya...."
"Loh, kamu mau ngajar? Katanya ambil cuti?" Tanya Bu Husna pada Anggun yang kini sudah sangat rapi dan sudah siap pergi.
"Aku bosan di rumah, Ma," jawab Anggun, ia mengambil kunci mobilnya di atas meja.
"Tapi kondisi kandunganmu masih lemah, Anggun. Kata dokter kamu harus istirahat total."
"Aku sehat kok, Ma. Lagian cuma mengajar, sebentar aja, aku bosan di rumah," ulangnya
"Ya sudah tapi jangan nyetir sendiri, Nggun. Bahaya, biar Mama antar, nanti pulangnya Mama jemput."
Saat di mobil, bu Husna bertanya tentang hubungan Anggun dengan Arsyad, karena ia ingin melihat anaknya juga bahagia. "Kalau saja kamu nggak cinta sama dia, Mama nggak akan pernah izinin kamu jadi istri kedua, apalagi cuma istri siri, harus di sembunyikan seperti selingkuhan," keluh bu Husna.
"Nggak apa-apa, Ma. Mas Arsyad orangnya baik, Mama tahu itu. Dia cuma butuh sedikit waktu untuk memberi tahu Aira tentang pernikahan kami, setelah itu dia akan memperlakukan aku sama seperti Aira," tutur Anggun.
"Semoga dia memberi tahu secepatnya, supaya kalian bisa mengumumkan pernikahan kalian sebelum perutmu besar."
"Aku juga berharap begitu, Ma," lirih Anggun sambil tersenyum masam, apalagi saat mengingat kejadian di restaurant. Bahkan, setelah Anggun mengirimkan pesan panjang lebar, Arsyad hanya menjawab 'iya'.
Sesampainya di sekolah, Anggun langsung di suguhkan pemandangan yang membuat hatinya panas dan sesak.
"Itu anak angkat Arsyad dan Aira?" tanya bu Husna yang juga memperhatikan Arsyad, Aira dan Via yang sedang berbincang dengan guru disana.
Arsyad merangkul Aira dengan posesif, selalu seperti itu.
"Iya," jawab Anggun dingin kemudian ia turun dari mobil. "Mama pulang aja, nanti aku telfon," kata Anggun.
Anggun mendekati Arsyad dan ia mamasang wajah 'baik-baik sajanya' meskipun hatinya begitu panas terbakar api cemburu.
"Selamat pagi, Bu Aira...." sapa Anggun dengan ramah namun tatapannya menatap Arsyad. Sementara Arsyad menghindari tatapan Anggun, ia justru menatap Aira, dengan tatapan penuh cinta yang membuat mata Anggun langsung berkaca-kaca.
Sekuat mungkin ia membendung air matanya agar tak tumpah.
"Selamat pagi, Mbak Anggun," Balas Aira juga dengan ramahnya.
"Siapa namamu, Sayang? Kamu cantik sekali," Anggun berlutut di depan Via, ia memegang pipi chubby Via dengan gemas.
"Livia, Tante. Panggil saja Via," jawab Via.
"Mau sekolah juga?" Tanya Anggun namun Via menggeleng.
"Nanti, Tante. Masuk SD, Via sudah lulus TK di panti," jawab Via dengan lugas.
"Kamu pintar sekali, Sayang," puji Anggun.
"Iya dong, kan Via anaknya Abi dan Ummi. Jadi harus pintar," jawab Via sambil mendongak, menatap Ummi dan Abinya dengan mata berbinar.
"Benar sekali," kata Aira sementara Arsyad hanya tersenyum tipis.
"Bu Anggun, bukannya ibu cuti?" tanya salah satu guru disana.
"Cuti kenapa?" tanya Aira.
"Tidak apa-apa, Bu. Hanya butuh sedikit istirahat karena saya..." Anggun melirik Arsyad, berharap Arsyad meliriknya walau sekejap namun Anggun harus menelan kekecewaan karena Arsyad masih enggan menatapnya. "Saya sedang tidak enak badan," ucap Anggun kemudian.
"Kalau begitu, Mbak Anggun harusnya istirahat, menjaga kesehatan itu penting.
"Sayang, ini sudah siang. Kita pergi ke restaurant sekarang?" Sambung Arsyad.
TBC...