"Aku dimana?"
Dia Azalea. Ntah bagaimana bisa ia terbagun di tubuh gadis asing. Dan yang lebih tidak masuk akal Adalah bagaimana bisa ia berada di dunia novel? Sebuah novel yang baru saja ia baca.
Tokoh-tokoh yang menyebalkan, perebutan hak waris dan tahta, penuh kontraversi. Itulah yang dihadapai Azalea. Belum lagi tokoh yang dimasukinya adalah seorang gadis yang dikenal antagonis oleh keluarganya.
"Kesialan macam apa ini?!"
Mampukah Azalea melangsungkan kehidupannya? Terlebih ia terjebak pernikahan kontrak dengan seorang tokoh yang namanya jarang disebut di dalam novel. Dimana ternyata tokoh itu adalah uncle sang protagonis pria.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon queen_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
OMB! (28)
Selamat Membaca
*****
Alex terheran-heran melihat Zanna yang berdandan di depan cermin. Penampilan yang sudah rapi dengan blazer di tubuhnya membuat Zanna tampak lebih cantik dan fresh. Sangat berbeda jauh ketika Alex melihat Zanna biasanya yang hanya memakai dress tanpa berdandan.
"Mau kemana sayang?"
Zanna menoleh dan bangkit dari tempat duduknya. Ia mengambil alih dasi yang dipegang Alex lalu melanjutkan kegiatan memasang dasi. "Aku memutuskan kembali ke perusahaan."
Jdaar! Bagai di sambar petir, perkataan Zanna sukses membuat Alex mendadak membeku di tempat. "K-kembali ke perusahaan?" Alex tertawa kecil, "Untuk apa? Tidak perlu sayang, aku masih bisa mengurus perusahaan kita."
Zanna tersenyum sambil menepuk beberapa kali jas Alex, "Aku tahu. Suamiku pasti mampu mengurus perusahaan PAPA ku itu. Tapi akhir-akhir ini aku merasa bosan, jadi aku memutuskan untuk kembali. Dan mulai minggu depan aku akan mengatur ulang semua posisi kalian di perusahaan."
Zanna mengambil tas miliknya di atas tempat tidur, "Cepatlah Alex, kita akan terlambat jika kau terus berdiam diri di sana."
"Sial!," umpat Alex melihat punggung Zanna yang mulai menjauh. Alex pun keluar dari kamarnya mengikuti Zanna yang berjalan di depannya.
Zanna duduk tepat di sebelah Alex saat Sofia telah menggeser kursi itu untuknya, "Terimakasih adik ipar, kau baik sekali menggeserkan kursi untukku." Zanna tersenyum manis pada Sofia. ia mulai menyiapkan makanan untu Alex, Darren dan Aron.
"Oiya, dimana Zendra? Sejak tadi aku tidak melihatnya?" tanya Sofia mengundang semua mata ke arahnya terutama Zanna yang langsung meletakkan sendok secara kasar. "Kakak, kau harus lebih tegas pada Zendra agar dia tidak terus-terusan bermain," kata Sofia menatap Alex.
Darren pun langsung membanting sendoknya kasar, "Dia ada-."
"Itu bukan urusanmu Sofia," potong Zanna lebih dulu. Posisi Zanna dan Sofia yang memang berhadapan memudahkan Zanna melihat Sofia. "Setelah dipikir-pikir, kenapa kau selalu mengurusi anak-anakku? Mulai dari Auris, Darren, Aron, dan sekarang Zendra." Zanna menatap datar Sofia, "Ingatlah satu hal, kau hanya pendatang di rumah ini. Jadi apapun yang dilakukan keluarga ku tidak ada urusannya dengan mu. Lebih baik urus saja Caramel, kau tidak takut dia akan kesusahan di rumah mertuanya? Secara putrimu itu terbiasa dimanja sejak kecil."
Darren dan Aron menyunggingkan senyum di wajah mereka. Hari ini Zanna tampak berbeda dari biasanya. Dan mereka lebih suka Zanna yang seperti ini.
"Sudah, lanjutkan sarapan kalian. Dan kau Sofia, tolong jaga perkataan mu pulai sekarang," tegas Alex.
Setelah menyelesaikan sarapan, Alex dan Zanna langsung berangkat ke kantor. Zanna yang sejak tadi memeluk lengan Alex mesra membuat Sofia menekuk wajahnya.
Zanna turun dari mobilnya dengan anggun dan gaya angkuhnya. Beberapa karyawan tampak terkejut melihat Zanna yang kembali ke perusahaan setelah lama berhenti karena menyerahkan kekuasaannya kepada Alex.
Seorang pria berjas hitam datang menghampiri Zanna dengan wajah datarnya. Ia membungkuk hormat, "Selamat datang kembali nona muda."
Zanna tersenyum dan mengangguk. Ia berjalan sambil memeluk lengan Alex di sampingnya. Mereka menaiki lift khusus CEO untuk menuju ke ruangan mereka. Zanna masuk lebih dulu dan tersenyum tipis. Ia duduk dikursi kebesarannya dan berputar-putar. "Hah, akhirnya aku bisa kembali ke sini."
"Oman, untuk minggu depan atur rapat untuk para pimpinan perusahaan. Aku ingin semuanya hadir." Aura yang dikeluarkan Zanna begitu berbeda jika berada di rumah. Alex hanya berdiri di samping Zanna layaknya seorang bodyguard. "Satu lagi, berikan seluruh data perusahaan padaku, aku ingin memeriksanya sendiri."
Oman mengangguk kemudian berlalu pergi meninggalkan Alex dan Zanna berdua di dalam ruangan. Alex langsung menatap Zanna meminta penjelasan terkait perubahannya hari ini.
"Kenapa menatapku seperti itu?" Zanna menatap santai pada Alex.
"Apa tujuanmu kembali ke perusahaan?"
Zanna terkekeh kecil, "Tentu saja kembali ke posisi ku seperti semula. Posisi dimana akulah yang mengatur semuanya termasuk dirimu." tatapan Zanna kembali datar dan serius menatap Alex, "Ingatlah satu hal suamiku, seluruh aset yang kau punya saat ini masih atas namaku."
*****
"Kau serius kak? Mama melawan ucapan tante Sofia? Mama membelaku?" Zendra menatap tidak percaya pada Darren, setelah kakaknya menceritakan kejadian saat mereka sarapan.
"Kakak tidak berbohong Zendra. Mama membelamu bahkan Auris juga."
Zendra terdiam dengan pemikirannya sendiri. Ada rasa tidak percaya ketika mendengar Zanna membela mereka. Pasalnya selama ini yang ia tahu, Zanna selalu diam saja saat mereka apalagi Auris diperlakukan tidak adil.
"Kakak dengar, mama akan melakukan olah posisi pada di perusahaan, mama juga akan menempatkan kita di perusahaan seperti Aron."
Zendra mengangguk paham. "Kira-kira apa tujuan mama melakukan ini? Jika memang untuk membantu kita, kenapa baru sekarang? Kenapa setelah Auris sudah membencinya?"
"Ntahlah, kakak tidak tahu. Aku masih memikirkan bagaimana nasib kakak setelah mama mengetahui perbuatan yang kakak lakukan." Darren menyandarkan kepalanya di sofa sambil memejamkan mata.
"Hah, makin kesini hidup kita semakin berantakan kak. Untung saja Auris sudah keluar dari rumah itu. Jika tidak dia pasti akan semakin menderita."
*****
Caramel menatap Sofia heran. Sejak tadi mamanya itu hanya diam dengan wajah merengut. Bahkan ia tidak tersenyum dari tadi. "Mama, aku ingin mengatakan sesuatu."
"Tadi pagi Bian mengirimkan bunga padaku. Sejak semalam dia juga selalu mengatakan jika bayi ini miliknya. Bagaimana ini ma? Aku takut jika ada yang tahu."
Sofia memijit keningnya pelan. "Selesaikan dulu masalahmu sendiri Caramel. Mama juga pusing memikirkan masalah mama!"
"Maksud mama?"
"Zanna mulai berubah dan menjadi berani melawan ucapan mama. Dia bahkan tidak takut dengan Alex. Hari ini dia memutuskan untuk kembali ke perusahaan."
"Apa?" Caramel menggebrak meja membuat beberapa mata mengarah padanya. "Tante Zanna kembali ke perusahaanya?"
Sofia mengangguk, "Kita dalam masalah Caramel. Auris sudah memiliki Aldrick, Darren, Aron, dan Zendra sudah memiliki Zanna sebagai pelindung mereka. Alex sendiri bahkan sampai tidak berani melawan ucapan Zanna. Posisi kita terancam Caramel." Sofia menatap Caramel serius, "Car, mintalah pada Reynold sejumlah uang untuk mama. Mama perlu mencairkan pikiran mama."
"Tidak!" Caramel melepas tangan Sofia padanya, "Aku tidak bisa ma. Aku dan reynold juga sedang bertengkar. Apalagi mama Ariana terus saja mengawasiku. Mama lihat supir itu? Dia adalah suruhan mama Ari untuk mengawasiku setiap saat."
Sofia berdecak kesal, "Ck..Kalau begitu ambil saja uang reynold diam-diam. Dia pasti menyimpan sejumlah uang di kamar atau di ruang kerjanya. Ayo beri mama uang Car."
"Aku tidak bisa ma. Lagipula kemana semua uang mama?"
"Sudah habislah. Mama sudah membelanjakan semuanya kemarin. Alex belum memberikan mama uang, apalagi Zanna sudah kembali sekarang. Mama akan semakin sulit mendapatkan uang"
Caramel menghela napasnya lelah. Kenapa hidupnya semakin menderita? Padahal ia sudah melakukan semuanya sesuai rencana. Menikah dengan Reynold dan menjadi menantu satu-satunya di keluarga itu, tapi kini seakan semua impiannya perlahan hancur satu persatu.
*****