Kalandra terpaksa menerima perjodohannya itu. Padahal dia akan dijodohkan dengan perempuan yang sedang hamil lima bulan.
Saat akan melangsungkan pernikahannya, Kalandra malah bertemu dengan Anin, perempuan yang sedang hamil, dan dia adalah wanita yang akan dijodohkan dengannya. Ternyata Anin kabur dari rumahnya untuk menghindari pernikahannya dengan Kalandra. Anin tidak mau melibatkan orang yang tidak bersalah, harusnya yang menikahinya itu Vino, kekasihnya yang menghamili Anin, akan tetapi Vino kabur entah ke mana.
Tak disangka kaburnya Anin, malah membawa dirinya pada Kalandra.
Mereka akhirnya terpaksa menikah, meski tanpa cinta. Apalagi Kalandra masih sangat mencintai mantan kekasihnya. Akankah rumah tangga mereka baik-baik saja, ketika masa lalu mereka mengusik bahtera rumah tangga mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Delapan Belas
Anin terbangun, dia melihat pemandangan indah, melihat Kala memeluk Dava. Anin tersenyum manis, dia beranjak dari tempat tidurnya, dia segera ke dapur untuk memasak sarapan untuk Suaminya.
Anin membuka kulkas, hanya ada sosis dan telur. Dia melihat tempat nasi, dan masih ada nasi sisa semalam, dan belum basi. Dia berniat membuat nasi goreng untuk sarapan Kala dan dirinya.
“Hanya ada ini saja, mungkin Bi Imah belum belanja.” ucap Anin sambil memotong cabai, bawang merah dan bawang putih untuk membuat nasi goreng ala chef Anin.
Setelah selesai memasak, dia menata di meja makan yang berada di dekat dapur. Dia juga membuatkan teh hijau untuk Kala dan dirinya. Setelah semua tertata, Anin pergi ke kamar untuk membangunkan suaminya. Dia duduk di samping suaminya yang masih memeluk Dava dengan erat.
“Kala, bangun sudah siang, kamu hari ini ke kantor kan?” ucap Anin sambil menggoyang-goyangkan tubuh Kala. Kala membalikkan badannya menghadap Anin. Dia melingkarkan tangannya ke perut Anin.
“Hai, bangun Kala. Ayo, jangan malas, kamu harus ke kantor, ka?” Anin mencoba mengangkat wajah Kala yang bersembunyi di paha Anin.
“Sebentar aku ingin memelukmu, Anin.”ucap Kala yang menarik paksa tubuh Anin di atas Kala.
”Kala, jangan seperti ini, ayo bangun." Kala malah mengeratkan pelukannya. Wajah Anin berhadapan dengan Kala begitu dekat. Kala mengecup bibir Anin, dan membuka matanya. Dia tersenyum melihat pipi Anin merah merona.
“Morning kiss. Balas dong ciumannya. Kok malah memerah pipinya” demi apapun Anin tak bisa berkata apa-apa. Bagaimana bisa Kala bersikap seromantis ini?
“Kala, lepaskan, ayo sarapan, aku lapar.” Anin mengalihkan pandangan dari Kala.
“Kalau berbicara, tatap wajah lawan bicaramu, Anin.” Kala memutar kepala Anin biar menghadap dengan wajahnya. Dia kembali mencium bibir Anin. Anin membiarkan Kala mencium bibirnya, belum ada balasan dari perbuatan Kala pada dirinya. Dia menikmatinya, tapi tidak membalas ciuman Kala. Hati Anin makin tidak baik-baik saja, karena orang yang sedang menikmati bibirnya itu, suaminya yang semalam berbicara tak akan melakukan apapun dengan dirinya. Tapi, pagi ini, dia mengingkari perkataanya.
“Apa ini sebenarnya laki-laki, yang bilang tidak ingin melakukannya, tapi sekarang dia meciumku seperti ini? Sangat menikmatinya.”gumam Anin dalam hati. Anin mencoba membalas ciuman Kala yang dari tadi ia lakukan. Anin mengimbangi ciuman Kala yang semakin dalam, sesekali mereka melepas ciumannya untuk menghirup oksigen yang telah habis. Lalu ia lanjutkan lagi. Tanpa aba-aba, tangan Kala menyusup ke dalam kaos Anin, mencoba menyusup ke dalam bra yang Anin gunakan untuk menutup dadanya.
Anin menikmati apa yang Kala lakukan, memang Anin membutuhkan sentuha itu, sentuhan yang lama sekali tidak ia dapatkan lagi, semenjak Vino pergi meninggalkannya. Anin meleguh saat tangan Kala berhasil menembus penutup dada Anin dan tangan Kala bermain di dalamnya.
Anin yang sadar dengan itu, dia tak mau meneruskan rasa nikmat yang ia terima dari perlakuan Kala. Beruntung Dava terbangun dan menangis. Kala melepaskan ciumannya dan tangan Kala langsung keluar dari kaos Anin. Jantung mereka masih berdegub kencang. Mereka saling melempar senyuman, Kala mencium kening Anin.
“Ayo sarapan, Dava biar aku yang gendong.” ucap Kala dengan suara yang masih terengah-engah.
Anin membenarkan penutup dadanya yang di acak-acak oleh Kala, dia mencium Dava yang sudah bangun. Dava tak mau digendong Kala. Karena Dava lapar ingin menyusu Anin.
“Mungkin dia haus, aku akan memberi dia Asi dulu, sana kamu keluar.” Anin menyuruh Kala keluar dari kamarnya.
“Aku ingin melihatnya.” ucap Kala dengan menyunggingkan senyumannya.
“Kala, keluar dulu sana!” perintah Anin.
“Kenapa harus keluar, tadi saja aku sudah menyentuhnya. Sudah aku di sini saja.” Anin yang kesal, akhirnya memberi ASI untuk Dava di samping Kala, tapi, dia memiringkan tubuhnya, agar Kala tidak melihatnya.
“Anin, maafkan kata-kataku semalam.” ucap Kala.
“Iya, aku tau kamu masih mencintainya, tolong lain kali jangan seperti ini lagi, aku tau hati kamu belum siap, dan tadi melakujan seperti itu, bukan karena kamu mencintaiku, tapi karena nafsu. Aku tidak mau, Kala, aku tidak mau jatuh terlalu dalam. Aku tidak mau, aku takut jika aku mencintaimu, dan lebih dalam mencintaimu lagi. Karena itu akan membuatku sakit.” ucap Anin
“Aku tau, Anin. Maafkan aku.” ucap Kala.
Dava sudah selesai menyusu, Anin dengan segera menutup dadanya dan menggendong Dava.
“Ayo, temani papah sarapan.” Kala meraih Dava dari gendongan Anin. Dia menggendong Dava, sepertinya dia sangat menyukai Kala.
Anin tersenyum bahagia melihat Kala sarapan dengan memangku Dava. Dia dengan lahap menikmati nasi goreng buatan Anin.
“Nasi gorengnya masih ada, Nin?” tanya Kala.
“Masih, kamu mau lagi?” Anin menawari nasi goreng pada Kala.
“Iya, nasi gorengnya enak sekali,” ucap Kala. Anin mengambilkan nasi goreng untuk Kala lagi. Kala langsung melahapnya, tak lupa dia juga menyandingkan kerupuk udang buat pasangan nasi gorengnya.
Setelah selesai sarapan Kala mengajak Dava ke depan, ke taman bunga depan rumahnya. Dia bermain dengan Dava. Anin hanya melihat dari kejauhan, Kala menggendong Dava dengan raut wajah yang bahagia. Anin menikmati teh hijaunya sambil membaca buku resep kue dan masakan.
Kala berjalan ke arah Anin yang sedang duduk di kursi teras. Kala memberikan Dava pada Anin, Karen sudah agak siang, dia harus pergi ke kantornya.
“Ayo sama mamah dulu, papah mau siap-siap pergi ke kantor.” Kala memberikan Dava pada Anin.
“Sini sama mamah. Biar papah mandi dulu.” Anin memangku Dava, Kala duduk di samping Anin, dia mengambil cangkir teh hijau milik Anin, lalu meminumnya.
“Itu kan punya aku, Kala, punya kamu di sebelah sana yang masih utuh.” ucap Anin sambil menatap Kala yang sedang meminum Teh Hijau miliknya.
“Aku ingin minum punya kamu, biar punyaku buat nambah ini lagi. Ya sudah aku mandi dulu.” Kala masuk ke dalam ruang untum mandi. Sebelum masuk dia mencium Dava dan mencium kening Anin.
Anin tersenyum mendapat perlakuan manis dari Kala. Dia mengekori Kala masuk ke dalam rumah. Anin masuk ke kamar Kala, Kala sedang mandi di dalam kamar mandi, Anin menidurkan Dava di atas ranjang, lalu dia menyiapkan baju kerja milik Kala. Rasa sesak di dadanya kembali muncul saat melihat baju Sandra ada di lemari Kala.
“Kala, harusnya baju aku yang ada di dalam lemarimu, bukan baju Sandra.” guman Anin dalam hati.
Setelah menyiapkan baju untuk Kala, dia keluar dari kamar Kala dan menggendong Dava menuju ke kamarnya. Dia merebahkan Dava kembali ke tempat tidurnya, lalu dia menyiapka air hangat untuk mandi Dava. Setelah siap, dia melepas baju Dava dan memandikan Dava.
“Sudah wangi anak mamah, ayo keluar, ke Bi Imah, mamah juga mau mandi.” Anin membawa Dava keluar dari kamarnya .
Kala juga keluar dari kamarnya, dia sudah siap untuk berangkat ke kantor, dia memakai baju yang diambilkan Anin tadi. Anin melihat Kala keluar dari kamarnya, dia tertegu melihat Kalau yang terlihat begitu tampan, beda dari biasanya.
“Kenapa Kau ciptakan makhluk setampan itu, Tuhan?” gumam Anin sambil menatap suaminya yang membawa dasi di tangannya. Mereka berjalan saling mendekat.
“Berikan Dava padaku, dan tolong pakaikan dasi ini, Nin,” pinta Kala. Anin menuruti apa yang Kala inginkan. Anin memberikan Dava pada Kala dan dia mengambil dasi dari tangan Kala.
Anin memakaikan dasi Kala, Kala mengajak Dava bercanda, hingga Dava tertawa, gelak tawanya membuat Kala semakin menggodanya. Kala memandang wajah istrinya yang masih memakaikan dasinya. Dia mencium kilas kening Anin. Dava seakan tidak terima melihat Kala menatap Anin, dia menepuk pipi Kala dengan lucu.
“Papah nakal ya, Dav?” ucap Anin.
“Habis wajah mamahmu lucu sekali, Sayang,” ucap Kala.
“Sudah, sini Dava sama mamah lagi, papahnya mau kerja dulu.” Anin mengambil Dava dari Kala. Anin mengantar Kala ke depan, Anin mencium tangan Kala, Kala mencium Dava dan mencium kening Anin.