Kinara yang menjadikan Geffie sang suami sebagai panutan lantas harus di hadapkan dengan kenyataan terpahit yang menuntun dirinya membuka tabir kepalsuan yang di sembunyikan oleh suaminya selama ini.
Hati perempuan mana yang tak runtuh ketika melihat suami yang begitu penyayang dan penuh kehangatan, ternyata berselingkuh dengan sahabat dekatnya sendiri tanpa rasa bersalah sedikitpun.
Ketika rasa terjatuh karena perselingkuhan suaminya semakin menusuk hatinya, Kinara dipertemukan dengan seseorang yang mempunyai luka yang sama dengannya.
Mampukah seorang Kinara memperbaiki segalanya? akankah segala hal yang mereka lalui berakhir dengan kandas? atau malah berlabuh ke lain hati?
Ikuti terus kisahnya hanya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja liana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenapa harus dia?
Kinara memasuki kamarnya dengan perasaan yang campur aduk, ia benar benar merutuki kebodohannya berulang kali karena bisa bisanya dia menangis di depan Kafeel. Kinara lantas mengambil ponsel miliknya dan mulai mendial nomor Damar di sana.
"Halo" ucap suara di seberang sana.
"Halo pak boleh saya tanya sesuatu?" ucap Kinara.
"Ada apa dengan bahasa mu Ra? bukankah kita tidak sedang di kantor saat ini? jadi santai saja tidak perlu terlalu formal seperti itu." ucap Damar terkekeh.
"Baiklah kalau begitu aku akan langsung ke intinya saja, kenapa kamu tidak bilang kalau Kafeel juga sedang berada di rumah singgah ini?" tanya Kinara kemudian tanpa basa basi lagi.
Damar terdiam kala mendengar ucapan Kinara, bukan tanpa sebab masalahnya kehadiran Kinara di sana merupakan kemauan Kafeel secara langsung dan Damar tidak mungkin mengatakannya secara gamblang kepada Kinara bukan.
"Em aku tidak terlalu tahu tentang itu, mungkin Kafeel sedang ada dalam perjalanan bisnis dan sedang mampir. Lagi pula apa salahnya berbagi?" ucap Damar kemudian beralasan.
"Harusnya kamu bilang dulu sebelumnya, jika kamu mengatakannya aku tentu tidak akan mau." ucap Kinara kesal.
"Hei ada apa dengan mu? kalian hanya berbagi rumah bukan berbagi ranjang! apa yang sedang kau risaukan?" ucap Damar dengan entengnya.
"Memang hanya rumah, tapi sungguh tidak etis kalau kami melakukannya padahal aku dan Kafeel sama sama sudah berkeluarga." ucap Kinara.
"Ayolah Ra ini jaman modern, selagi kalian tidak melakukan apa apa, bukankah itu sah sah saja?" jawabnya.
"Sepertinya aku hanya membuang waktu ku dengan menelpon mu, selamat malam bapak Damar yang terhormat." ucap Kinara dengan kesal kemudian mematikan panggilannya karena sepertinya berbicara dengan Damar pun terasa sia sia dan membuang waktu.
Kinara menatap kesal ke arah standing cermin yang terletak di dekat lemari, sekali lagi ia merutuki kebodohannya karena ia selalu saja mencurahkan segalanya kepada Kafeel, entah apa yang di miliki seorang Kafeel hingga keluh kesah Kinara selalu saja lolos keluar bila bersama dengan pria itu, padahal jika di ingat ingat dirinya dan Kafeel baru bertemu beberapa waktu lalu dan keduanya bukanlah teman dekat walau istrinya adalah sahabat lamanya.
Kinara lantas menatap ke arah koper miliknya sebuah ide tercetus dari sana, Kinara lantas mulai memunguti kembali beberapa barang yang ia keluarkan tadi kemudian memasukkannya kembali ke dalam koper dan mengemasnya.
Setelah di pastikan semua sudah siap Kinara bangkit dan membawa kopernya turun ke bawah. Kafeel yang memang masih berada di ruang tengah lantas menatap bingung kala melihat Kinara menuruni anak tangga dengan membawa koper bersamanya.
"Ada apa dengan koper itu?" tanya Kafeel mencoba untuk berbasi basi walau sebenarnya ia tahu bahwa Kinara yang membawa koper berarti ia akan pergi dari rumah singgah ini.
"Aku akan tinggal di hotel dan kamu bisa menggunakan rumah singgah ini." ucapnya dengan singkat sambil terus melenggang pergi dari sana.
Kafeel hanya terdiam dengan raut wajah seperti tengah kecewa, tidak ada sanggahan atau cegahan yang dilakukan Kafeel untuk menghentikan Kinara pergi. Jika kalian tanya mengapa? jawabannya adalah Kafeel bisa saja mencegahnya, namun bukankah itu terlihat terlalu jelas?
Perasaan Kafeel benar benar kesal namun tak ada yang bisa ia lakukan untuk mencegahnya, sampai kemudian sebuah ide gila tercetus di pikirannya membuat Kafeel buru buru mengambil ponselnya dan mendial nomor Rendy di sana.
"Halo" ucap Rendy di seberang sana.
"Ren lakukan segala cara agar Kinara tidak bisa mendapat hotel, villa, motel, kontrakan atau apapun itu malam ini, aku tidak mau tahu bagaimana caranya." ucap Kafeel dengan nada datar membuat Rendy mengerutkan keningnya bingung setelah mendengar perintah dari Kafeel barusan.
"Apa anda yakin bos?" tanyanya lagi mencoba memastikan bahwa pendengarannya tidak salah.
"Aku tidak akan mengulanginya lagi dan aku tidak mau ada kegagalan catat itu!" ucapnya singkat kemudian langsung menutup panggilannya secara spontan.
"Kita lihat saja, apa kamu masih bisa menolak?" ucapnya dengan tersenyum iblis.
************
Sementara itu Kinara sudah berkeliling hampir satu jam lebih dan sudah berputar putar keliling kota untuk mencari penginapan namun lagi lagi mereka selalu mengatakan sudah penuh, bukankah itu tidak masuk akal?
"Ah sungguh menyebalkan! ini bahkan bukan hari libur atau hari besar, lalu kenapa dengan semua hotel ini? bahkan sampai villa pun tidak ada benar benar luar biasa." gerutunya dengan kesal karena tak kunjung mendapatkan penginapan untuknya bermalam. "Kemana lagi aku harus pergi? apa iya aku balik lagi ke rumah singgah? tapi... enggak enggak kamu masih berstatus istri orang Kinara come on." ucap Kinara menyadarkan dirinya kembali.
Kinara kemudian melajukan mobilnya kembali tanpa arah tujuan karena hampir semua penginapan sudah ia datangi namun tak ada satupun kamar yang kosong dan tersedia untuknya, hingga tanpa sadar ia membawa mobilnya kembali menuju rumah singgah membuat Kinara berdecak kesal karena ucapan dan pikirannya sama sekali tidak sinkron.
Mobil Kinara berhenti di pinggir jalan ia enggan masuk ke rumah singgah, pikirannya benar benar bergejolak dan Kinara bingung harus bagaimana sekarang.
"Ah baiklah baiklah sepertinya tidur di dalam mobil tidaklah buruk." ucapnya kemudian.
Kinara lantas menurunkan sedikit kursi mobilnya agar nyaman untuknya tidur di sana, lalu ia mengambil selimut dan mengenakannya.
"Ya aku memang benar benar akan bermalam di sini rupanya, tak apa ini bahkan tidak terlalu buruk." ucap Kinara lagi lalu mencoba memejamkan matanya berusaha untuk tidur.
********
Sementara itu di dalam rumah singgah Kafeel menatap ke arah mobil Kinara yang terparkir di luar, seulas senyum kemenangan terlihat jelas di wajah Kafeel, ia melirik jam tangannya sekilas mencoba berhitung waktu yang tepat untuknya keluar dan pura pura bertanya kepada Kinara di sana.
"Bagus Ren, aku akan memberi mu bonus setelah ini berhasil." batinnya dalam hati.
Setelah beberapa menit menunggu waktu yang tepat untuk keluar, pada akhirnya Kafeel memutuskan untuk keluar dan melangkahkan kakinya perlahan menuju ke arah mobil Kinara terparkir. Kafeel mencoba bersikap setenang mungkin walau perasaannya kali benar benar meledak bahkan senyuman tak kunjung pudar dari wajahnya, benar benar terlihat kalau dirinya sangat sangat bahagia saat ini.
Tok tok tok
Kinara yang memang dalam posisi baru tertidur lantas sedikit terkejut kala mengetahui kaca mobilnya di ketuk dari luar, membuatnya langsung bangkit karena terkejut takut itu adalah perampok atau orang yang berniat jahat padanya, namun saat ia sudah membenarkan posisinya dan duduk yang terlihat adalah sosok Kafeel di luar mobilnya membuat Kinara bingung harus berbuat apa.
"Kenapa harus dia sih?" ucapnya sambil menggigit bibir bagian bawahnya.
Bersambung