Alaish Karenina, wanita berusia dua puluh sembilan tahun itu belum juga menikah dan tidak pernah terlihat dekat dengan seorang laki-laki. Kabar beredar jika wanita yang akrab dipanggil Ala itu tidak menyukai laki-laki tapi perempuan.
Ala menepis semua kabar miring itu, membiarkannya berlalu begitu saja tanpa perlu klarifikasi. Bukan tanpa alasan Ala tidak membuka hatinya kepada siapapun.
Ada sesuatu yang membuat Ala sulit menjalin hubungan asmara kembali. Hatinya sudah mati, sampai lupa rasanya jatuh cinta.
Cinta pertama yang membuat Ala hancur berantakan. Namun, tetap berharap hadirnya kembali. Sosok Briliand Lie lah yang telah mengunci hati Ala hingga sulit terbuka oleh orang baru.
Akankah Alaish bisa bertemu kembali dengan Briliand Lie?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfian Syafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25. Pertama kali kenal
Ujian semester satu telah tiba dan ini adalah momen yang sangat Ala tunggu. Dimana dia bisa ngobrol sama seseorang yang beberapa hari ini telah mencuri perhatiannya. Namanya Briliand Lie. Laki-laki itu satu kelas dengan Ala. Bahkan nomor urut absen mereka atas bawah jadi pas ujian selalu duduk depan-belakang. Ala ada di depan Brian.
Momen itu saja mereka selalu bicara selebihnya tidak. Entah karena Ala pendiam atau Brian yang cuek dan memilih bercanda pada cewek populer di kelasnya.
"La," panggil Brian sambil mendorong kursi Ala.
Sebal sih tapi cuma ini yang bikin Ala senang. Pertama kalinya Ala jatuh cinta pada seorang laki-laki dan mengerti apa itu pacaran meski Ala yakin kalau Brian tidak akan pernah bisa Ala gapai. Ala sadar kok kalau dia nggak pantes buat seorang Briliand Lie.
Pesonanya selalu membuat para cewek kelimpungan. Bahkan Ala tahu siapa mantan Briliand. Rata-rata memang cantik dan populer.
"Apan!" Ala menoleh sekilas. Takut kalau pengawas lihat.
"Nyontek!"
Briliand memang tidak pernah berpikir apalagi belajar. Dia selalu mengandalkan Ala kalau ujian dari kelas dua sampai kelas tiga sekarang. Pasti Briliand selalu meminta bantuan Ala. Herannya yang nyontek malah dapat nilai bagus.
Hal yang aneh memang tapi ini nyata.
Ala yang sudah hampir selesai mengabaikan ucapan Briliand karena tanggung. Laki-laki itu juga sabar menunggu Ala. Lalu, gadis itu akan memperlihatkan kertas jawabannya kepada Briliand.
"Sudah selesai!" bisik Briliand.
Ala langsung merapikan kertas soal dan jawaban. Menunggu jam istirahat datang dia menyandarkan punggung di tembok. Beberapa murid juga sudah selesai dan ruangan sedikit ramai.
"Udah selesai?" tanya Guru pengawas.
"Sudah, Pak!" jawab para murid serempak.
"Kumpulkan! Tapi jangan ada yang keluar untuk istirahat!"
Dengan senang hati mereka mengumpulkan agar ada waktu mengobrol. Begitu juga dengan Ala, dia pasti diajak ngobrol sama Briliand meski kadang jawabnya singkat.
"La," panggil Briliand.
"Paan!"
"Kumismu kok ngalah-ngalahin kumisku sih? Aku cowok aja belum tumbuh kumis kamu udah!" ledek Briliand.
"Bodo amat!" Ala melirik sekilas lalu menghadap ke depan.
Menenggelamkan wajahnya diantara tangan yang dilipat karena kedua netranya terasa mengantuk.
"La," panggil Briliand lagi sambil mendorong-dorong kursi Ala.
"Berisik, Bri!" sungut Ala.
Lama-lama kesal tapi Ala senang bisa ngobrol sama laki-laki yang dia sukai meski bikin jantung nggak aman.
"Kalau tidur di rumah jangan di sekolah," ucap Briliand.
"Yan, godain anak orang mulu deh!" kata Budi, teman Briliand yang kebetulan duduk dibelakang Briliand.
"Apa sih, Bud! Ganggu aja!" ucap Briliand sambil terkekeh.
Cuma Ala yang selalu manggil Briliand dengan panggilan Bri. Ala nggak tahu aja kalau Briliand suka dengan panggilan itu. Briliand juga sebenernya penasaran sama Ala.
Gadis itu beda. Cuma dia yang nggak ngejar Briliand dan bahkan terlihat cuek. Dia yang berhasil mencuri perhatiannya.
Baik Briliand dan Ala nggak ada yang tahu kalau saling menyukai. Jika Briliand penasaran, Ala lebih ke jatuh cinta. Briliand kan terkenal playboy. Suka gonta-ganti cewek dan pilih-pilih juga. Milihnya pinter lagi. Cakep dan bisa dibawa kemana-mana nggak malu-maluin.
Sementara Ala nggak ada apa-apanya. Cuma modal kulit putih aja. Soal tinggi dia kalah kemana-mana jadi mending memendam rasa itu. Kalau teman-teman Ala udah pada punya pacar apalagi ada juga yang naksir mereka.
Ala selalu beranggapan kalau nggak bakal ada yang suka sama modelan kayak dia. Jadi ya biarlah Ala nggak mau berharap apalagi bilang suka sama Briliand.
"Itu loh, Yan. Udah di kode suruh bobo bareng," kata Budi. Obrolan mereka nggak ada yang dengar soalnya kelas udah kayak pasar.
"La," panggil Briliand lagi.
"Apalagi?"
"Nggak, manggil doang sih. Takut pingsan," ujar Briliand lagi. Gatel rasanya kalau nggak godain Ala.
Ala cuma menghela napas panjang aja. Malas mau jawab, buang-buang energi. Mending disimpan buat nanti jalan beli jajan pas istirahat. Takut kehabisan energi kan bikin lemes.
Kriiiiing ....
Suara bel istirahat berbunyi. Mereka pun berhamburan keluar untuk pergi ke kantin. Ada juga yang keluar beli jajan karena banyak pilihan. Di kantin penuh soalnya sempit.
"Ciee yang digodain Briliand terus!" goda Tya, teman dekat Ala.
Wajah Ala langsung memerah. Terlihat jelas soalnya wajahnya putih meski nggak pakai bedak seperti Tya dan cewek lainnya.
Ala cuma diem, mau jalan cari jajan karena suasana penuh jadi menghemat energi dengan cara nggak jawab godaan Tya.
"Mukamu merah, cie cie ... Briliand kayaknya naksir sama kamu," kata Tya.
"Hem!"
Tya cuma geleng-geleng kepala aja, gemes sama Ala yang selalu irit bicara. Jarang sekali ngobrol banyak. Heran sama Ala ini selalu saja hemat energi dan juga kadang lemot tapi ya agak pinter kalau soal pelajaran.
Ala pun membeli batagor dan es teh cekek. Kenapa dibilang cekek? Ya karena pake plastik dan megangnya kayak nyekek orang.
Tya dan Ala pun duduk di teras depan kelas. Sambil bahas soal pelajaran tadi. Kalau soal ini Ala bisa ngomong panjang tapi kalau soal lain, percaya deh nggak bakal dijawab panjang.
"Nomor dua soal esay susah banget kan, La?" tanya Tya. Sebenarnya nggak niat buat bahas soal. Cuma mau iseng dan mancing Ala aja.
"Iya, susah banget. Padahal aku dah belajar semalam sama tadi abis sholat tahajud. Eh kok yang keluar tadi lupa nggak dipelajari coba. Dikisi-kisi kan juga nggak ada ya?"
Nah, kan? Ala bisa ngomong panjang sambil makan batagor abang-abang depan sekolahan yang jadi langganan Ala.
"Pikirannya ke Briliand mulu sih!"
Ala cuma melirik aja dan langsung diem. Nggak bakal dia balas omongan Tya. Apalagi soal Briliand. Ala memalingkan wajah supaya Tya nggak tahu kalau wajahnya sudah merah kayak kepiting rebus.
"La, kalau Briliand nembak kamu, bakal kamu terima nggak?" tanya Tya sambil melirik kebelakang.
Ala yang melihat lirikan Tya pun seketika jantungnya berdebar tidak karuan. Keringat dingin keluar karena takut kalau dibelakangnya ada Briliand. Mau jawab diterima nanti Briliand kepedean lagi atau Ala yang geer (gede rasa) karena Briliand nggak akan pernah nembak Ala.
Takut jika pertanyaan Tya itu menjebak.
"Mana ada si Bri nembak aku, Tya! Mantan dia cakep mana mau sama aku yang minimalis dan jelek," kata Ala.
"Eh kamu cantik kok, Briliand aja suka sama kamu."
Uhuuk
Ala tersedak batagornya, cepat-cepat dia menyeruput es teh sampai habis. Tya ini kalau bicara nggak lihat kondisi. Lagi enak-enak makan malah bahas Briliand.
"Malas aku!" ucap Ala. Wajahnya udah cemberut.
Tya terkekeh karena berhasil membuat Ala salah tingkah. Tahu kalau sahabatnya ini sedang jatuh cinta untuk pertama kalinya. Mengenal Ala sejak kelas satu jadi paham bagaimana watak gadis itu. Dulu pas SMP ditanya pacar siapa aja Ala nggak paham apa itu pacaran.
Pernah lihat Ala diantar sama cowok waktu Ala kelas dua, Tya tanya itu pacar kata Ala ya bukan, karena Ala sendiri belum tahu apa itu pacar. Otaknya memang belum dewasa dan belum paham jatuh cinta. Sekarang dia sudah sedikit dewasa dan tahu apa itu cinta.
"La, jujur. Kamu suka sama Briliand kan?" tanya Tya ketika mereka sudah di kelas dan kebetulan masih sepi.
"Kalau jantung berdebar pas deket orang yang di sukai itu jatuh cinta ya namanya? Terus ada rasa bahagia karena ketemu," tanya Ala polos.
Tya terkekeh geli, "Ya ampun Ala! Udah mau empat belas tahun pun nggak paham jatuh cinta!" Tya menepuk keningnya.
Ala menggaruk lehernya yang tidak gatal sambil nyengir tanpa dosa. Tya pun memilih duduk di bangkunya sendiri karena Briliand dan kawan-kawan sudah datang.
"Hay, Ala! Puasa ya? Kok nggak jajan!" Briliand duduk disebelah Ala karena kursinya kosong.
Mereka pas ujian duduknya sendiri-sendiri karena sudah kelas tiga. Beda pas kelas dua dulu pasti duduk sama adik kelas. Sekarang sendiri-sendiri karena nanti pas ujian kelulusan juga sendiri-sendiri duduknya.
Ala membulatkan kedua netranya. Gugup karena Briliand duduk disampingnya. Bagi Ala ini adalah sebuah mimpi yang nyata. Duduk bersama cowok yang dia sukai. Ah, bakal nggak bisa tidur Ala ini. Bibirnya berkedut pengen senyum tapi Ala tahan. Selain pendiam gadis itu juga jarang senyum. Datar mukanya. Sudah jadi ciri khas Ala.
"Kok diem sih!" Briliand mencolek pipi Ala dan langsung bersemu merah.
Rasanya nanti nggak mau cuci muka setelah pulang sekolah.
"Bri, pindah. Kamu berisik!" Ala yang sedang baca buku itu cuma melirik sekilas karena nggak berani menatap cowok yang dia taksir.
"Nggak mau! Orang mau duduk disini!"
Ala menghela napas panjang. Semakin lama Briliand duduk disampingnya maka semakin nggak aman buat kesehatan jantung Ala.
"Ih, ngeselin!" kata Ala lirih.
"Apa?!" Briliand mendekatkan telinganya karena pura-pura nggak denger.
"Ciee Briliand ... Pedekate nggak udah-udah. Gas langsung tembak apa, Yan!" celetuk Tomo, teman Briliand juga. Mereka ya satu kelas. Sedang berkumpul dibelakang memperhatikan aksi Briliand.
"Apa sih, Mo. Berisik aja!" Briliand tersenyum. Dia gemas sama Ala karena responnya cuek. Malu-malu kucing.
"Pulang sekolah aku antar ya," bisik Briliand dan langsung bangkit dari duduknya.
Hati Ala bersorak gembira. Perut Ala mendadak jadi kebun bunga yang terdapat ribuan kupu-kupu terbang. Rasanya nggak sabar menanti pulang sekolah supaya bisa jalan berduaan dengan Briliand.
"Apa aku sedang bermimpi?"
Ala diam-diam mencubit tangannya karena takut ini hanya mimpi. Nggak nyangka seorang Briliand ngajakin pulang bareng.
Tanpa Ala sadari, Tya yang melihat tingkah Ala yang sedang menunduk pura-pura baca buku itu tersenyum. Ingin rasanya dia bilang bukunya terbalik tapi takut Ala malu.
Memang ya, kalau ketemu cowok yang ditaksir mendadak jadi orang bego. Kayak othor kalau ketemu ayangnya pasti mendadak amnesia karena saking senengnya.
Bersambung...
Jangn lupa like, komen dan subscribe ya.
Visual ada di ig, FB dan tiktok othor. Jangan lupa follow. nama akunnya : Alaish Karenina
cintanya mas bri udah stuk di kamu
semangat kakak,